Part 19

50.7K 1.7K 8
                                    

Sesampai di parkiran pondok pesanstren yang terbilang masih sepi karena para santri masih di kelas.

Gus Agam turun dari mobil di ikuti oleh Arabella dari belakang. "Kamu langsung ke ndalem, biar saya dan Mang Asep yang bawa berasnya!" ucap Gus Agam sembari mengambil satu karung beras untuk di panggul.

"Ya udah, Ara panggil Mang Asepnya." Gus Agam mengangguk mendengar ucapan Arabella.

Setelah memanggil Mang Asep, Gus Agam sudah kembali dari dapur santri untuk mengambil beras lagi. Sisa beras satu karung lagi dan Arabella berinisiatif membawa karung beras itu.

Dengan enteng Arabella memanggul beras tidak seperti Gus Agam yang langsung meregangkan ototnya saat di dapur.

"Saya sudah bilang langsung ke ndalem, ini ngapain ikutan bawa beras?" tutur Gus Agam melihat Arabella masih memanggul beras.

Bugh!

Arabella menjatuhkan karung berasnya dengan pelan sehingga membuat Gus Agam dan Mang Asep menatap kaget karena tadi mereka berdua menurunkan beras dengan kasar.

"Neng," beo Mang Asep menatap Arabella.

"Iya, Mang?"

"Ara pamit, assalamu'alaikum!"

Arabella berlalu pergi dari dapur dan langsung ke ndalem untuk mengangganti bajunya yang kotor.

"Itu Neng Ara, samson?" tanya Mang Asep beralih menatap Gus Agam.

"Kayaknya iya, Mang."

>><<

Mak Nyai yang sedang menyapu di buat tak percaya dengan kedatangan Arabella yang baik-baik saja tanpa lecet sedikit pun.

"Kamu udah pulang?" pertanyaan yang sangat tak masuk akal keluar dari mulut Mak Nyai karena memang Arabella sudah pulang sehingga Arabella heran mendengarnya.

"Iya, Ummi. Ara ke kamar dulu, assalamuaaikum!"

"Wa'alaikumsalam." jawab Mak Nyai dengan lirih dan masih tak percaya dengan apa yang barusan ia lihat.

'Bukannya gak bisa bawa mobil, tapi kenapa ini bisa? Informasi yang tidak akurat,' batin Mak Nyai kesal karena informasi yang ia dapatkan tidak sesuai.

Di dalam kamar Arabella membersihkan dirinya yang lengket dan kotor karena tadi.

Ceklek!

Arabella membalikkan badannya ke arah pintu menampakkan Gus Agam yang mendekat ke arahnya.

"Kalau mau kemana pun itu bilang ke saya, jangan bikin saya khawatir!" ucap Gus Agam sembari mengambil ikat rambut Arabella dan ia ikatkan.

Arabella tampak berdiam saat Gus Agam menguncir rambutnya dan meneliti wajah Gus Agam di cermin.

'Tampan juga, ya,' batin Arabella terpesona dengan wajah Gus Agam.

"Kalau mau muji langsung aja, gak usah di dalam hati," celetuk Gus Agam sudah selesai menguncir rambut Arabella.

"Pede amat jadi orang, muka jelek gitu bangga," balas Arabella dengan santai tanpa takut.

Gus Agam tersenyum tipis sembari menatap Arabella. "Bilang apa sekali lagi?"

"Gus jelek,"

"Kalau saya jelek, mana mungkin banyak yang ngejar,"

"Ge'er, amat, Gus Jelek plus galak." tutur Arabella menggoyangkan kepalanya di depan wajah Gus Agam.

"Terserah saya, mau galak atau apa."

"Berarti Ara juga terserah mau bilang apa pun. Gus jelek," ucap Arabella mengambil hijab instannya dan berlalu pergi keluar kamar.

'Saya ini mirip idol korea, di bilang jelek. Matanya kelilipan atau apa ya?' batin Gus Agam dengan sangat percaya diri menatap wajahnya di cermin.

>><<

Di sore hari awan begitu mendung menumpahkan semuanya membuat Arabella begitu senang saat turun hujan.

"Tyas, Rea mau ikut Ara?"  tanya Arabella di ambang pintu masuk kamar.

"Kemana?"

"Hujan-hujanan,"

Mereka berdua berpikir sejenak dan mengangguk.

"Eh, tapi tunggu bentar aku mau ngomong sesuatu!" ucap Rea membuat Arabella dan Tyas berbalik ke arah Tyas yang masih duduk.

Arabella dan Tyas pun menghampiri lagi Rea. "Ada apa?" tanya Arabella.

"Pas waktu akad nikah Ara sama Gus Agam, aku ngeliat Sindy naik ke atas gerbang belakang yang biasa kamu panjatin. Aku ikutin sampai akhirnya Sindy nanya tentang informasi terbaru,"

Rea menjeda ucapannya sebelum bercerita lagi membuat Arabella dan Tyas penasaran. "Ternyata informasi itu tentang kamu Ara dan setelah Bik Yani ngasih tahu bahwa hari itu kamu akad nikah dengan Gus Agam, Sindy ngasih amplop yang berisi uang dengan tebal. Aku gak tau maksudnya apa," lanjut Rea membuat Arabella mengangguk paham dengan inti ceritanya.

"Makasih infonya, mari kita senang-senang dari pada mikirin hal itu," ujar Arabella langsung menuju pintu.

Tyas dan Rea mengangguk mengikuti Arabella dari belakang dan membantin bersama. 'Semoga semuanya baik-baik saja,'

>><<

Sesampai di halaman belakang Pondok mereka bertiga langsung berlarian kesana kemari.

Semua santriwati yang melihatnya ikut menyaksikan dengan hati yang ikut main dengan mereka bertiga.

"Udahlah sini, kapan lagi ada hujan sore-sore gini!" ucap Arabella dan semua santriwati mengangguk.

Bermain hujan-hujanan semakin seru dengan terdapatnya banyak yang ikut main.

Hujan adalah rahmat yang Allah berikan jangan sampai kita mencela hujan karena tak turun hujan, tetapi setelah di beri hujan tetap sama mencela. Seharusnya kita mensyukuri atas rahmat yang Allah berikan.

Hujannya mulai mereda membuat semuanya kembali ke asrama untuk membersihkan diri.

Adzan maghrib berkumandang dengan terburu-buru Arabella berangkat ke Masjid karena Tyas dan Rea sudah duluan.

"Rea, kenapa yang salat cuman kita berempat? Kemana yang lain?" tanya Arabella bingung karena di bagian belakang tempat perempuan hanya ada Rea, Tyas, dan Sindy.

"Palingan juga demam abis hujan-hujanan,"

"Bisa jadi."

Besoknya setelah hujan-hujanan banyak orang tua santriwati yang menjenguk karena mendapatkan kabar bahwa putrinya sakit.

"Ara, Tyas, Rea sama Abah kyai di suruh ke ndalem!" kata Sindy, Arabella pun mengangguk dan segera menuju ke ndalem.

Sesampai di ndalem mereka bertiga di marahi oleh Abah kyai karena ulahnya membuat semua santriwati sakit demam.

"Abah biar Ara yang menanggung hukumannya, jangan bawa Tyas dan Rea karena mereka di ajak sama Ara."


19 Januari 2024
Revisi: 3 Mei 2024

JODOHKU GUS GALAKWhere stories live. Discover now