Part 34

40.8K 1.5K 12
                                    

Sidang perkara tuntutan untuk Mak Nyai, Sindy, Ustadzah Nisa dan Ning Ayla sudah selesai dengan lancar.

Banyak pembelaan dari pihak terdakwa, tetapi keputusan ketua hakim sudah tidak bisa di ganggu. Walau nanti setelahnya ada penurunan entah apa itu, jadi keputusan ketua hakim tidak selamanya tetap seperti awal karena bisa berubah-rubah.

Walau banyak pengurangan dari pihak korban dan penuntut. Mak Nyai di kenai dengan pidana penjara selama 20 tahun karena ia juga termasuk dalang dari semuanya.

Ustadzah Nisa di kenai pidana penjara selama 3 tahun 7 bulan, untuk Ning Ayla di kenai pidana penjara 5 tahun lamanya karena banyak melakukan kekerasan dan yang terakhir Sindy di kenai pidana penjara selama 2 tahun 8 bulan.

>><<

Ning Syakil menangis histeris saat mendengar bahwa Mak Nyai di penjara selama 20 tahun.

"Kalau enggak ada Ummi, Syakil milih MATI." tekan Ning Syakil.

Vhera yang mendengarnya lantas mendekat. "Gini deh, apa mau Syakil?" tanyanya untuk Ning Syakil mempertimbangkan.

"Mbak Ara keluar dari pondok." semuanya menghembuskan nafasnya pelan mendengarnya.

"Ning Vhera,"

"Iya Ra?"

"Kalau itu maunya Ning Syakil in syaa Allah Ara akan keluar pondok nanti malam,"

"Enggak Ra, Syakil masih kecil belum bisa menerimanya."

"Maka dari itu Ning, lebih baik Ara keluar dari sini. Karena tak ada lagi yang bisa Ara buat untuk mengeluarkan Ummi,"

"Jika Ara keluar dari pondok saya ikut!" sahut Gus Agam.

"Ngapain ikut Gus? Udah Gus di sini temani Abah!"

Entah terbuat dari apa hati Arabella ketika di tindas dia tidak membalas dan ketika di asingkan dia tetap peduli.

Semuanya berdecak kagum dengan ketuluasan hati Arabella tetap memikirkan orang lain ketimbang dirinya sendiri.

>><<

Keputusan Arabella sudah bulat akan keluar dari pondok, setelah berpamitan ke orang ndalem dan teman-temannya.

"Kalau Ara pergi terus Rea sama siapa di asramanya?" lirih Rea memeluk Arabella.

"Ada Tyas, Re."

"Kalau gitu Ara pamit ya. Tyas, kakak minta maaf dan Rea jangan nangis mulu liat jelek gitu mukanya." kekeh Arabella sontak Rea memukul lengan Arabella.

"Kakak gak perlu minta maaf karena Kakak gak melakukan kesalahan apa pun," ujar Tyas ikut memeluk Arabella.

Arabella pun pergi ke gerbang keluar pondok dengan menenteng koper dan tas kecil di bahunya.

Titt!

Klakson berbunyi tepat di sampingnya dengan seseorang yang mengemudinya turun menghampiri Arabella.

"Arab, saya bantu!" ucap Gus Agam langsung membawa koper ke dalam bagasi.

"Kamu pergi, saya ikut pergi!"

"Ngapain Gus? Kasian Abah,"

"Abah ada Mas Andri, Syakil dan Mbak Vhera dengan suaminya."

"Terserah, Ara pusing mau debatnya!" tutur Arabella langsung masuk ke dalam mobil meninggalkan Gus Agam.

>><<

Arabella tertidur di dalam mobil karena sudah capek seharian memikirkan tentang hasil sidang tadi pagi.

"Merepotkan sekali," gumam Gus Agam menggendong Arabella untuk memasuki rumah miliknya.

Setelah menidurkan Arabella dia kembali ke dalam mobil untuk mengambil koper dirinya dan Arabella.

"GUS!" teriak Arabella.

"Jangan teriak karena suara wanita itu aurat!" Arabella mengangguk.

"Ngapain bawa ke sini bukan ke rumah Umma sama Abah,"

"Udahlah saya males debat."

'Punya suami yang kurang peka gini ya?' batin Arabella.

'Punya istri yang bikin darah tinggi gini ya?' batin Gus Agam memasuki kamar mandi.

Saling beradu dalam batin tentang pasangannya tetapi mereka juga besyukur walau banyak kekurangan dalam diri mereka tetap di lengkapi lewat pasangannya.

Arabella pergi ke bawah untuk ke dapur, saat mencari makanan hanya ada mie instan yang tersedia.

Prang!

"Belum berapa jam di sini udah mecahin mangkok," sahut Gus Agam yang sudah berada di belakang Arabella.

"Mangkok doang Gus,"

"Istigfar, itu mangkok mahal."

"Enggak emak, anaknya sama aja bilang ini mahal itu mahal," cicit Arabella.

"Ngomong apa?"

>><<

Ke esokannya banyak paket datang ke rumah membuat Gus Agam marah ke Arabella.

"Ngapain marah kan ngeganti mangkok yang kemarin malem,"

"Bisa gak? Gak bikin darting tiap hari," Arabella mengangkat bahunya acuh dan mengangkat paketnya ke dalam rumah.

"Jangan boros."

"Gak boros orang pake koin jadi gak ngeluarin uang,"

Gus Agam memilih ke atas untuk mengganti bajunya karena ada acara hari ini.

"Saya berangkat! Gak usah ikut." pamit Gus Agam.

"Ge'er amat jadi orang,"

>><<

Arabella memilih menonton televisi setelah kepergian Gus Agam.

Ting!

Tong!

Suara bel berbunyi dengan cepat Arabella berlari menuju pintu utama.

"Assalamu'alaikum Tera!" salam Nina dengan senyuman manis miliknya.

"Wa'alaikumsalam, sini masuk!" Arabella mempersilahkan Nando beserta istrinya untuk masuk.

Nina sudah dahulu di gendong Arabella entah apa yang akan di lakukan Arabella bersama Nina.

Nando berinisiatif mengambil minum sendiri karena Nando tau bahwa Arabella kalau sudah ada Nina akan lupa bersama Nina ada orang tuanya.

"ARAA!"

"Apa Kak?" sahut Arabella membawa Nina yang sudah di penuhi bedak.

"Kamu ngapain beli paket banyak-banyak? Mubadzir tau,"

Arabella menghembuskan nafasnya pelan. "Itu Ara ngeganti mangkok yang pecah dan ini semua Ara beli pake koin." ucapnya memberikan Nina ke Fesha--istri Nando.

"Astagfirullah Nina, muka kamu kayak hantu," pekik Fesha.

"Bukan hantu tapi tuyul,"

"Tadi liat di meja Tera ada banyak bedak jadi Nina habisin satu bedak di muka Nina di bantu Tera." lanjutnya membuat Fesha hanya bisa tersenyum tipis.

"Kamu keluar dari pondok?" tanya Fesha.

"Iya Mbak,"

"Udah jangan dipikirin Ra, gak papa Mbak sama kakak mu ngerti." Arabella mengangguk tersenyum.

"Mbak kapan pulang?"

"Nanti malam, jadi mbak sama kakak mu ke sini sekalian pamit,"

"Huaa, Ummi sama Abi jahat. Padahal Nina pengen di sini," cicit Nina sudah menangis.

"Jangan nangis nanti bedaknya luntur," ucap Nando sontak Nina berhenti menangis.

JODOHKU GUS GALAKWhere stories live. Discover now