Part 20

51.8K 1.8K 7
                                    

'Kalau mau nangis, nangis aja. Tapi, nangislah dalam hati, biar Allah yang tahu tentang hatimu seorang.'

_Arnando Wiraguna

Ara sedang menjalankan hukuman dengan berbagai macam hukuman yang Abah Kyai beri.

Tetap santai dengan penuh senyuman mewarnai wajahnya membuat Gus Agam yang khawatir, seakan-akan terobati dengan senyuman yang menandakan baik-baik saja.

Sesudah menjalankan hukuman seharian Arabella di suruh kembali untuk memasak oleh Mak Nyai.

"Arab, kamu diem di kamar! Biar saya yang masak." ucap Gus Agam terus memperhatikan Arabella.

"Yang Ummi suruh itu Ara, bukan Gus,"

"Liat muka kamu pucet gitu!" Arabella hanya tersenyum tipis mendengarnya.

"Saya bantu." ujar Gus Agam sembari mengambil pisau untuk memotong wortel.

Srett!

Baru saja satu potong dan bukan kena ke wortel melainkan tangan Gus Agam.

Arabella dengan gesit mengisap darah itu membuat jarak antaranya dekat.

"Udah galak, ngeselin, bandel lagi," omel Arabella dengan mengobati luka Gus Agam.

Sesudah makan malam Arabella dan Gus Agam sudah ada di kamarnya.

"Sekarang kamu tidur, biar badan kamu pulih!"

"Gak ngantuk." balas Arabella dengan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Saya mau nanya, kenapa kamu selalu buat ulah? Emang gak capek?"

"Menurut Ara gak capek karena dengan itu Ara dapet perhatian dari Abah Kyai dan yang lain,"

"Tapi caranya yang buat saya tidak suka,"

Arabella tidak suka saat ada orang yang mengusik tentang kelakuannya karena menurutnya masih dalam batas yang wajar. "Emang apa urusannya dengan Gus?" ucap Arabella.

"SAYA SUAMI KAMU PURA-PURA LUPA ATAU APA?" sentak Gus Agam.

Arabella menghembuskan nafasnya pelan untuk tidak tersulut emosi dan meluapkannya. Di baringkan tubuhnya menghadap ke kanan sesuai dengan sunnah Rasullah saw.

"Ara tidur duluan." ucap Arabella menyelimuti tubuhnya dengan selimut dan berusaha untuk tidur.

>><<

Ke esokan harinya seperti biasa setelah salat subuh Arabella langsung memanjat gerbang belakang untuk keluar sebentar.

Tetapi sekarang Arabella tidak pergi ke tukang bubur melainkan ke tempat pemakaman umum untuk bertemu orang tua kandungnya.

"Assalamu'alaikum Umma, Abah." ucap Arabella.

"Umma, Abah. Ara mau cerita karena Mamah sekarang sibuk banget. Memang kebutuhan Ara terpenuhi tetapi yang Ara butuh bukan itu, melainkan rasa kasih sayang,"

Arabella menceritakan semuanya tanpa mengeluarkan air matanya sedikit pun hanya berkaca-kaca, karena terus mengingat ucapan abangnya 'Kalau mau nangis, nangis aja. Tapi nangislah dalam hati, biar Allah yang tahu tentang hatimu seorang'. Itulah yang Arabella selalu ingat saat ia mau menangis.

>><<

Gus Agam mencari-cari Arabella karena sampai berakhirnya kelas Arabella tidak terlihat, sudah mencari ke asrama, danau, tukang bubur. Tetap tidak ada.

"Dia pasti marah tentang kejadian semalam," gumam Gus Agam.

Gus Agam mencoba menanyakan ke Tyas. "Ara kemana?"

"Tadi dari subuh Kak Ara berangkat ke TPU dan sekarang belum pulang."

"Makasih,"

"Tolong carikan Gus, saya takut kenapa-kenapa sama Kak Ara," ucap Tyas dan di balas anggukan oleh Gus Agam.

>><<

Arabella berdiam di pemakaman tanpa berpikiran untuk pulang ke Pesantren karena rasanya malas bertemu dengan Gus Agam.

"Arab, kenapa gak bilang kalau kamu mau kesini?" tanya Gus Agam to the point.

"Salam dulu Gus!" jawab Arabella tanpa menoleh.

Gus Agam sampai lupa ngucap salam, terlalu khawatir dengan Arabella. Gus Agam pun mengucapkan salam dan di balas lirihan oleh Arabella.

"Sekarang pulang! Ini udah siang." Arabella mengangguk dan berdiri menatap makam kedua orang tuanya.

"Ara pulang dulu ya, Umma, Abah. In syaa Allah nanti Ara ke sini lagi,"

Saat perjalanan menuju Pesantren, Gus Agam terus berbicara tiada henti dengan tidak lupa dengan nada dan wajah galaknya.

"Terusin aja sampe Pondok kalau mau ngomel, wajahnya juga terusin galaknya," sahut Arabella karena Gus Agam sejenak berhenti berbicara.

"Masih marah soal semalem?" tutur Gus Agam dengan hati-hati.

"Ngapain marah, emang Ara yang salah."

"Kita mampir ke minimarket dulu!" lanjut Arabella.

"Mau ngapain?"

"Beli es krim buat Gus, biar gak marah-marah mulu. Nanti cepet tua,"

Gus Agam mengguyar rambutnya kebelakang sembari menoleh ke Arabella. "Meskipun saya tua, tapi saya tetap tampan," ujar Gus Agam dengan menaikan alisnya.

"Pede amat,"

>><<

Satu bulan berlalu Arabella tidak ada perubahan sama sekali masih dengan kenakalannya Gus Agam menjadi semakin galak karena sudah capek menghadapi Arabella

"Di sini bukan kamu yang capek, tapi saya." Arabella di buat bingung oleh penuturan Gus Agam.

Kenapa Gus?"

"Saya tiap hari ngehukum kamu, tapi yang di hukum malah bahagia buat saya capek sendiri,"

Arabella sudah muak dengan penuturan semua orang tentangnya dan selalu pasti bilang capek bukan dirinya melainkan yang menghukumnya.

"Gus saya punya cara yang berbeda untuk mendapatkan perhatian, berbeda dengan Gus yang selalu di perhatikan oleh semua orang,"

"Jadi jangan salah sangka bahwa Ara nakal, berarti sifat Ara juga sama. Enggak Gus." lanjut Arabella pergi ke asrama karena hukumannya sudah selesai.

Jadi jangan bilang kalau sifat dan sikap itu sama. Sifat dan sikap itu berbeda tidak sama, jadi sebenarnya sifat Arabella adalah lemah lembut dan selalu nurut tidak seperti yang ada pikiran orang-orang tentang dirinya.

Gus Agam berdiam dan merasa bersalah karena dia sebagai suami tidak mengerti keadaan Sang istri.

"Maaf saya sebagai suami belum bisa mengerti kamu Arab," gumam Gus Agam pergi ke ndalem.

19 Januari 2024
Revisi: 4 Mei 2024

JODOHKU GUS GALAKWhere stories live. Discover now