Bz-7

288 162 8
                                    

Meysha kembali menyodorkan setusuk sempol ke arah Zea yang di balas dengan gelengan lemah namun meysha tak berhenti di situ ia malah menjejalkan paksa sempol tersebut ke mulut zea membuat sang empu menepuk nepuk dadanya karena tersedak. Laknat bukan? Untung saja tusuknya tidak tertelan.

"Senewen lo!" Ghazea melempar tusuk sempol tersebut ke arah meysha dengan kesalnya, ia di paksa makan dengan porsi yang berlebihan seperti ini.

"Bantuin nih habisin makanan mubazir kalo di buang" Tunjuknya dengan tangan yang belepotan pada berbagai makanan di atas karpet yang mereka gerai. Lalu ia kembali mengambil sempol dan hendak di sodorkan ke zea namun urung karena zea sudah mendelik lalu memasuk sempol tersebut ke mulutnya sendiri.

Zea memunguti sampah yang berserakan di sekeliling mereka mulai dari tusuk bambu, plastik, styrofoam dan beberapa botol minuman. Mereka terlihat seperti pemulung dari pada gadis yang sedang berpiknik, di tambah lagi dengan meysha yang makan dengan rakus seperti tak makan beberapa bulan.

"Udah deh nyerah gue nyerah" Meysha menyenderkan punggungnya di batang pohon kemudian mengelus elus perut karetnya.

"Udah habis baru nyerah"

"Kita itu masih muda lagi aktif aktifnya makan lagi banyak banyaknya jadi wajar aja dong" Sahutnya lalu kembali mengambil sepotong martabak.

"Hati hati lo di tinggal dito gara gara melar tu badan" Zea memasukan semua sampah kedalam kantong plastik besar kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas karpet, melihat langit biru yang membentang luas dengan matahari yang bersinar lembut karena matahari mulai condong ke arah barat  tak lupa angin berembus lembut nyaman menerpa kulit. Suasana yang damai.

Pretetettt!!

"Anj perut gue" Meysha bergerak gelisah dengan kedua tangan yang menekan perutnya dan juga terus menerus mengeluarkan gas berbau busuk yang berbunyi seperti bajai.

Suasana damai the end.

"Aswh...... Dahh gue pergi dulu udah mau jebol ini" Ucapnya menunjuk nunjuk pantatnya lalu ngacir mencari toilet umum untuk melaksanakan panggilan alam.

Ghazea tak memperdulikan sahabatnya ia tetap bertahan di posisi rebahannya dan kini ia menutup matanya menikmati hembusan angin yang menyentuh kulit. Ia ingin seperti angin, terus berembus tanpa ada yang bisa menghalangi. Tapi yahh mau bagaimana lagi hidup ini seperti sungai yang mengalir.

Ada saja tai yang lewat.

Ghazea beranjak bangun dan meregangkan badannya ketika kantuk mulai menyerangnya, ia tak mau tertidur dipinggir jalan seperti ini terlihat seperti orang yang tak mempunyai rumah tapi memang zea tak punya rumah bukan?

Ia menenteng plastik besar yang berisi sampah dan mulai mencari tong sampah terdekat namun langkah kakinya terhenti ketika merasakan ada yang mengikutinya namun saat ia berbalik tak ada seorang pun di belakangnya, sebenarnya ia sudah sering merasa seperti ini namun biasanya ia tak akan merasa gelisah seperti ini.

Melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan perasaannya yang semakin tak karuan, tak ada angin tak ada hujan jantung nya tiba-tiba terpacu semakin cepat dan langkah kakinya pun senada dengan jantungnya. Kantong plastik di tangannya terjatuh dan sialnya kakinya yang ia kira akan menolongnya malah membawanya ke pinggiran hutan kota yang sepi.

Srettt!

Sialan!

Tubuh ghazea terpelanting kebelakang ketika ada seseorang yang menarik keras lengannya, lelaki misterius berbaju serba hitam dengan masker yang menutupi wajahnya adalah pelakunya.

BarrazeaWhere stories live. Discover now