Bab 4

28 17 0
                                    

Bulan membuka matanya sambil menggeliat. Ia duduk dan menyibak selimut.

"Bintang ini udah jam berapa?". tanya Bulan sambil mengucek-ngucek matanya yang terasa kabur.

Ia melirik Bintang yang menyadarkan dirinya didepan pintu dengan buku yang menutupi wajahnya.

"Ah Bintang tidur". Gumamnya.

Bulan membuka jendela yang membawa terik matahari bewarna jingga masuk kedalam ruangan itu.

Terlihat hari dengan langit bewarna jingga dan ketujuh warna indah yang bersatu.

Bintang mengambil buku yang berada diwajahnya, menutupnya dan membuka mata.

"Ehh Bintang kebangun ya". tanya Bulan merasa bersalah.

"Enggak kok tadi Bintang enggak tidur. Cuma nungguin Bulan bangun". elak Bintang tak ingin membuat Bulan merasa bersalah karena telah membangunkan nya.

"Liat deh Bintang, pelangi ya cantik banget, ada senja nya lagi tambah cantik". ucap Bulan tersenyum lebar melihat keluar jendela yang menampakkan pelangi dan senja bersatu.

Bintang pun keluar melihat pemandangan yang indah itu. Ia duduk didepan rumah itu yang terdapat teras kecil.

Bulan pun menyusul Bintang dan duduk disampingnya.

"Kata orang, jangan menjadi pelangi buat orang yang buta warna, terus ada yang jawab, kalo warna senja yang ia inginkan lalu pelangi bisa apa?".ucap Bulan bermanalog sendiri menatap lekat kearah langit yang indah itu.

"Pelangi hanya bisa menerima kenyataan, kalau orang itu sama sekali tidak tertarik kepada dirinya walau ia memilik ketujuh warna indah". jawab bintang.

"Lantas kenapa ia lebih memilih warna senja yang hanya memiliki satu warna, jika pelangi memiliki 7 warna berbeda yang indah?".

"Karena, walau senja itu datang hanya sebentar lalu ia pergi, tapi ia berjanji akan kembali lagi besok, berbeda dengan pelangi, ia memang indah tapi ia bisa pergi dan tak tahu kapan ia akan kembali". ucap Bintang menjawab pertanyaan dari Bulan.

"Kalo Bulan sih, enggak akan memilih antara senja dan pelangi kalo keduanya sama-sama menyakitkan". ucap Bulan mengomnetari.

"Senja mengalah demi malam yang akan datang, sedangkan pelangi pergi entah kemana apa alasannya". ucap Bintang tetap berteguh kenyakinan akan senja.

"Hmm".Bulan kehabisan kata-kata, ia tak tahu harus menjawab apalagi.

"Yok pulang ini udah jam 16.17". ucap Bintang beranjak tegak dari duduknya masuk kedalam mengambil tas dan keluar sambil mengunci pintu nya.

"Yok".ajak Bintang menyandang tas hitamnya dan memegang tas pink milik Bulan.

Bulan turun duluan sebelum Bintang, sesampai dibawah ia membentangkan kedua tangannya menghirup udara segar sehabis hujan.

Bintang yang sudah sampai dibawah pun menuju motornya dan memasang helm.

Bulan mendekati Bintang yang berada dekat dengan motornya sambil mengambil tasnya yang di pegang oleh Bintang dan menyandang nya. Bintang memasangkan helm kewajah Bulan.

"Yok naik". ucap Bintang.

Bulan pun naik dan Bintang melajukan motornya. Bintang hanya menghantar bulan sampai arah masuk gang, karena bintang tau jika sampai orang tua Bulan tau pasti Bulan akan dihukum habis-habisan.

"Dah cantiknya Bintang,". ucap Bintang dengan lembut saat Bulan turun dan mulai berjalan mendekat kearah rumahnya.

"Dah Bintang, hati-hati ya jangan ngebut-ngebut". jawab Bulan sambil melambai-lambailkan tangannya.

"Siap bocil". balasnya lalu melajukan motornya.

Bulan pun berjalan beberapa langkah mendekat kerumahnya. Saat tiba didepan gerbang pun ia membuka nya dan memasuki area perumahan.

Terdapat didepan pintu bewarna cat putih itu seorang lelaki paruh baya yang melipatkan kedua tangannya didadanya.

"Assalamualaikum". ucap Bulan hendak menyalimi tangan sang ayah.

"Dari mana saja kamu?". tanya Candra kepada Bulan dengan dingin dan tatapan tajam.

"Aku tadi habis kerja kelompok Yah". bohong Bulan agar Candra tidak marah jika mengetahui dia pergi ketempat lain.

"Kerja kelompok dimana hah". selidik Candra kepada Bulan.

"Dirumah temen". elaknya.

"Cowok?".

"Cewek Yah".

Plakk

Bulan tertoleh kesamping akibat tamparan dari sang ayah.

"Itu hukuman, karna kamu enggak ngabarin saya dan buat saya marah". ucap Candra lalu melenggang masuk kedalam rumah.

"Hukuman, apa lagi salah aku, gara-gara enggak ngabarin, haha lucu sekali". gumamnya sambil tertawa renyah.

Bulan melepas sepatunya lalu masuk kedalam rumah. Ia melihat Rini sedang duduk disofa ditemani oleh alexa disampingnya, Rini sedang menonton televisi dan alexa yang tengah bermain ponsel melirik kearah Bulan lalu tersenyum smirknya tanda kemenangan bahwa Candra telah menamparnya.

Tak diragukan lagi tamparan candra sangatlah kuat bahkan sampai terdengar digemaan dalam rumah.

Bulan acuh tak acuh membalas senyuman itu, ia berjalan keatas tangga. Saat sampai dikamarnya ia meletakkan tas nya diatas meja belajar lalu membaringkan diri diatas kasur empuknya sambil melihat atap langit langit dikamarnya.

"Kapan sih, Ayah sama Ibu Nganggap aku sebagai anak mereka, kenapa hal kecil gini bisa buat mereka marah, kenapa ayah selalu aja berbuat kasar sama aku, kenapa mereka memperlakukan aku beda dengan alexa, apakah aku bukan anak kandung mereka, aku jadi iri deh sama alexa haha". batin Bulan sambil tersenyum.

                                   ***

Hai hai hai
I love you
Gimana kabarnya pada baik kan??
Enggak baik cerita sini chat aku di akun ini
Bakal dengerin kok kebetulan lagi pengen dengerin orng curhat, hehe maaf.

Jangan lupa vote, komen, share ya itutu namanya simbiosis mutualisme hihi harus saling menguntungkan.

Kalian vote, komen aku update part ya hehe
Bantu follow ig
@putrienjelia2

Tiktok
@sayaputri

Wattpad
@putrienjelia9

See you next part

Love you mainmunah

Hurt Each Other (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang