23

4 1 3
                                    

S e l a m a t  m e m b a c a
{Usahakan vote dulu}
.
.
.
.


"Dok, kenapa, kenapa putra saya bisa mengalami itu, kenapa dia sama sekali gak cerita".

"Menurut data, sudah sekitar 3 tahun pasien mengalami kondisi tersebut, dan untuk sampai sekarang ia masih bisa bertahan, dan setelah saya cek lagi, ternyata pasien sudah beberapa kali tidak melakukan cuci darah dan tidak meminum obat yang diberikan dokter. maka, waktunya tidak akan lama lagi, kita hanya bisa menunggu keajaiban saja, Buk, Pak".jelas dokter itu.

"Apa dok, ti-ga?, tahun?".ucap Gina terbata-bata, semuanya syok, begitupun dengan Dimas, Bulan sampai membekap mulutnya akibat terlalu terkejut, kecuali Angkasa yang hanya menatap datar.

"Iya, Bu".

"Lalu, anak saya bisa sembuh kan dok?".tanya Dimas penuh harapan.

Dokter itu mengambil napas berat, lalu menggeleng pelan menandakan bahwa itu keterbalikkan dari ucapan Dimas. Sontak itu membuat Gina menggeleng-gelenggkan kepalanya tidak menyangka bahwa ini terjadi pada putranya. Ia menumpahkan semua tangisan nya didalam pelukan Dimas.

Begitupun dengan Bulan, air mata terus mengalir dengan deras dipelukkan Angkasa ia tidak akan sanggup hidup jika Bintang pergi. Angkasa berusaha mulai menenangkan Bulan dengan lembut.

"Udah gak usah nangis, Bintang pasti sembuh kok, ya".ucap Angkasa berusaha menenangkan Bulan sambil mengelus-elus rambut belakang Bulan.

"Enggak Sa, kalo Bintang pergi Bulan juga harus ikut pergi, Bulan gak bisa hidup tanpa Bintang, cahaya Bulan".

"Shttt, Bulan ngomong gitu ya!, Bintang bakalan selamat kok, kan Bintang kuat".

"Kalian sudah bisa memasuki ruangan pasien jika melihatnya".ucap dokter itu lalu beranjak pergi meninggalkan mereka.

Kebetulan rumah sakit itu adalah tempat dokter Riski bekerja, jadi dokter Riski bisa menghampiri mereka jika tugasnya sudah selesai, kebetulan ia sedang menangani seorang yang mempunyai kelemahan mental juga. Ya, mengingat dirinya dokter psikologis.

***

"Aaaa, Papa, Mama Alexa seneng banget dehh, makasih liburannya".ucap Alexa sangat kegirangan akibat kesenangan. Dengan senyum lebar yang terus terpancar diwajahnya.

"Iya, Mas, makasih ya, hidup kita kayak tenang-tenang aja ya tanpa sibeban itu".ucap Rini sekaligus memanas-manasi.

"Seharusnya aku bunuh dia dari awal agar dia tidak membebani otak tuaku".

"Iya Mas, seharusnya begitu, untung saja kita masih berbaik hati kepadanya, tapi dia?, dia sama sekali tidak menghargai kebaikan kita".

"Haha, sudah, hari ini aku sedang tidak mau memikirkan anak sialan itu, jangan bahas dia lagi, hari ini aku ingin menenangkan pikiranku tanpa dirinya".

"Iya, Pah".

"Kita pulang 2minggu lagi".

"Okee".

***

sebuah ruangan yang dihiasi warna putih pekat, terdapat sebuah bankar yang ditiduri oleh seseorang yang tengah memejamkan mata nya. Wajah yang terlihat pucat, begitu juga dengan bibirnya dan mata yang tertutup sayu seperti sedang melepaskan semua lelah nya, keluh kesahnya.

Hurt Each Other (On Going)Where stories live. Discover now