Oct, 2019

97 72 3
                                    

Sebuah bus besar kehilangan kendali dan menubruk seseorang yang sedang menyetir, sialnya Laurena duduk di samping orang itu.

BRUK!

Mobil tertabrak karena tidak bisa menghindar, belum selesai, sebuah truk bensin juga menabrak mereka dari arah belakang yang membuat gesekan kuat sehingga menimbulkan percikan api di mobil mereka.

Laurena panik tak bisa keluar, dia berusaha membuka pintu mobil namun benda itu macet. Sampai akhirnya mobil berasap dan meledak di tempat. Laurena yang masih setengah sadar melihat ke arah pria yang tak sadarkan diri di sampingnya.

Entah karena berhalusinasi atau apa, samar-samar dia mendengar suara lirih seorang perempuan yang seperti menangis memanggil namanya, "Lau."

Terdengar familiar, namun dia tak bisa menerka siapa itu. Kesadarannya mulai hilang seiring dengan api yang membara di sekeliling. Hawa api yang begitu panas membuat tubuh Laurena terasa sangat terbakar.

Namun, alarm digital mengejutkannya. Membangunkan dia dari mimpi buruk tadi. Terkejut dengan membuka mata secara mendadak, dan tangannya berusaha meraih benda tersebut.

Entah kenapa tubuhnya masih terasa panas, bahkan bercucuran keringat seakan-akan mimpi itu terjadi secara nyata. Dia menyentuh dahi sendiri dengan punggung tangan kanannya.

Demam, sudah lama dia tidak sakit seperti ini.

"Astaga, gue makan eskrim kacang merah kemarin." Suaranya pun terdengar begitu serak.

Sekarang sudah terlambat untuk pergi ke sekolah, karena saat ini pukul tujuh pagi.

"Loh, bukannya gue setting jam setengah enam?"

Semakin dia pikirkan, kepalanya juga menjadi pusing. Dia meraih smartphone dan menekan nomor untuk menelpon Lia, tapi nada panggilan berhenti tanda dia tidak menjawab.

Akhirnya Laurena menelpon Felix, selang beberapa detik kemudian diangkat olehnya.

Kenapa Lau?

Udah berangkat?

Belum, masih setjam lagi

Duh, gue lagi demam
Bisa nitip surat ga?

Jir, lu sakit?
Tar gua otw


Tutt.

Panggilan ditutup secara sepihak. Bergegas dia menulis surat keterangan yang menyatakan dia sedang sakit.

Tak lama Felix sampai di kediaman sahabat kecilnya itu. Dengan sedikit tenaga yang ada, Laurena menyambut kedatangan Felix.

"Salah makan ya?" Ujarnya tanpa basa basi.

"Iya, es krim kacang merah."

"Gua bilang juga apa-"

Felix mengambil surat yang dipegang Laurena dan kembali mengoceh.
Merasa sahabatnya itu akan memulai pidato panjang, Kepala Laurena semakin pusing dibuatnya.

"Berangkat gih, nanti telat." Potong Laurena.

"Yaudah, lain kali jangan lupa-"

"Iya.. Iya. Sana, maaf ngerepotin ya Lix."
Ucap Laurena sambil membalikkan tubuh Felix dan mendorongnya perlahan ke arah pintu.

"Yaelah biasa aja kali, lagian pasti bu Devty nyari surat keterangan sakit tar."

"Tadi gua pesenin bubur lewat online, udah tf, jangan lupa makan!" Teriak Felix dari kejauhan, Laurena menanggapi dengan mengacungkan jempol disertai anggukan pelan.

Senyuman terlukis di wajahnya yang pucat itu agar tidak terlalu dicemaskan.

Senyuman tadi lalu memudar dan dia kini berkespresi seperti orang sakit pada umumnya.

Menutup pintu dengan pelan, ia berniat untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat. Tapi niat itu diundur karena pikirnya pasti sebentar lagi yang di pesan Felix datang.

Jadi dia memutuskan menonton tv sebentar. Ya, dia hanya sendiri di rumah yang lumayan besar itu.

Orang tua laurena yang terlalu sering melakukan perjalanan bisnis, dan lebih mengepentingkan bisnis mereka membuat Laurena terbiasa sendiri.

Saat Athalia mendengar cerita tentang keluarganya membuat ia terkejut.
Bahkan Athalia yang sibuk menjadi stargram, masih memiliki waktu bersama orang tua yang juga sibuk dengan bisnis.

Tak lama pesanan tadi sampai dan dia segera menyantap sarapan itu dan meminum obat yang biasanya dia minum ketika demam.

Karena obat memiliki efek mengantuk, jadilah ia tidur.

Saking manjur efek itu, Laurena terlelap sampai menjelang sore hari.

Gadis itu menghabiskan siang hingga sore dengan melakukan telepon bersama Athalia yang begitu menghawatirkan dirinya.

Untungnya, demam saat ini berkurang dibandingkan dengan pagi tadi.

habis ini jaga kesehatan
yang betul ya Lau.

Banyak yang mereka bicarakan selama tidak bertemu seharian.
Dirasa sudah cukup, dia mematikan telepon.

Tenggorokannya kini terasa haus, tentu ia mengambil air putih di dapur.
Baru beberapa tegukan, suara dari luar mengejutkannya.

Suara pagar yang menggelegar di senja itu.
Penasaran, Laurena mengintip apa yang terjadi di jendela dekat pintu.

Ternyata tadi adalah suara dari tetangga seberang, tapi Laurena kurang tau mengenai tetangga yang baru saja pindah beberapa bulan lalu.

"DASAR ANAK BERANDAL! SAMA AJA KAYA BAPAK LO YANG PEMABUK ITU!" Terdengar suara wanita paruh baya berteriak kasar.

"TERSERAH!" Balasan dari seorang pria yang baru keluar menggunakan motornya.

Pria itu, Kazaro?

MEMORIES OF BLUE ROSES [REVISI]Where stories live. Discover now