PROLOG

111 57 16
                                    

*untuk trailer, mohon maaf tidak bisa ditampilkan lagi.

*dengarkan lagu, disarankan untuk menggunakan earphone

..

Mana kala hati . .
Menggeliat mengusik renungan . .
Mengulang kenangan,
Saat cinta- menemui cinta . .

Suara sang malam, dan siang-
seakan berlagu . .
Dapat aku dengar,
Rindumu memanggil namaku . .
Saat aku tak lagi di sisimu . .

Ku tunggu kau,– dikeabadian

Aku tak pernah pergi,
Selalu ada di hatimu . .
Kau tak pernah jauh,
Slalu ada, di dalam . .
Hatiku.

Sukma ku berteriak !
Menegaskan- ku cinta padamu ..
Terimakasih pada,
Maha cinta menyatukan kita . .

Saat aku tak lagi di sisimu,

Ku tunggu kau, – dikeabadian

Begitulah note-note piano berbunyi diiringi suara seorang wanita bermelodi yang terdengar kala petir dan hujan mengikuti tiap ketukannya. 

Netra cokelat muda wanita itu menatap sebuah kotak yang terlihat begitu berdebu, sudah lama ia pajang dan tak pernah dibuka lagi sejak beberapa tahun lalu.

Laurena Adinata, adalah pemilik kotak bersejarah itu. Dia adalah sang maestro sekaligus pemilik sekolah musik ternama saat ini.

Dahulu, julukan sang the next maestro tak asing di telinganya. Suara samar pujian orang selalu menggema menemani hari-hari Laurena.

Ia berdiri dan menghampiri lemari kaca tempat semua pajangan berharganya.

Satu tangan lembutnya menyeka debu yang tebal, membuat judul kotak tersebut nampak sangat jelas tuk dibaca.

Memories of blue roses (2019).

Kerinduan akan kenangan itu sangat menyiksa dirinya, sehingga alasan inilah dia ingin kembali mengenang masa remajanya.

“Sudah lama, ya?”

Ia membongkar isi dari kotak tersebut.
Baru saja membuka, tak sadar tetesan demi tetesan mengalir melukis kesedihan di wajah wanita itu.

Berbagai barang tersusun rapi tanpa pernah teracak.

Enam tangkai bunga mawar biru yang sudah kering dari awal, kotak musik berbentuk piano, lilin aroma yang sudah tak terpakai, kamera jaman dulu, serta..

Surat-surat yang menurutnya tak jelas pada masa itu. Semua ia terima dari seorang fans terberat-nya dahulu kala.

Laurena mengenal betul siapa fans itu. Suara, wajah, serta tatapan mata dengan penuh arti yang begitu familier di ingatan.

Dia bercemin dan mengamati rambutnya yang sekian lama selalu ia potong jika memanjang.

Sang maestro ini takut jika rambutnya panjang maka akan selalu teringat wajah masa remajanya yang menyedihkan.

Terakhir, ada foto enam orang disana.
Tak pernah terpikir bahwa mereka bisa dapat berteman begitu akrab padahal dahulu sekali, sifat mereka bertolak belakang.

Kini, momen itu tak bisa diulang, hanya bisa dikenang.

Inilah kisah pengulangan, sang maestro, Laurena Adinata bersama orang-orang yang hidup sebelum pandemi 2019 mengacaukan seluruh dunia.

Tbc, next is flashback chapter.

MEMORIES OF BLUE ROSES [REVISI]Where stories live. Discover now