Oct, 2019

86 70 9
                                    

Setelah mendapatkan refrensi yang ia cari, Laurena kembali ke kelas. Untung saja tidak ada jam pelajaran dari siang tadi. Jadi dia bisa bersantai sebentar di perpustakaan.

Athalia yang sudah terlalu lama menunggu, saat melihat sahabatnya itu kembali dia langsung menghampiri Laurena, "Lau!"

"Harusnya ajak gue ke perpus." Rengek Lia.

"Lo tadi tidur, ga enak rasanya ngebangunin."

Laurena beralih pandang ke mejanya yang ternyata ada satu kotak cokelat berukuran sedang.

"Dari siapa?" Laurena memegang kotak tersebut, dan sebuah note kecil tertempel di sana.

Selamat ulang tahun.
Alunan piano dikala itu, sangat indah.
Cocok untuk gadis cantik yang
memainkannya kemarin.

-fans terberat Laurena.

Dia membaca isinya dan sedikit tersenyum ketika tau dia punya penggemar, apalagi penggemar berat.

"Tadi ada murid cewe yang kasih." Lia menjelaskan.

Mendengarnya Laurena menebak yang memberi adalah gadis mungil itu, karena saat mereka bertemu dia terlihat sangat senang dan seperti ingin mengatakan sesuatu.

Saat hendak membuka,
"Buka pas dirumah aja, katanya." Lia menyampaikan kembali apa yang diucapkan gadis yang memberinya hadiah.

Dia hanya mengangguk pelan tanda mengerti, meski sangat penasaran dengan apa yang ada di dalamnya.

Sepanjang sore dia menahan untuk tidak membuka, atau bahkan menyentuh kotak hadiah itu sampai di rumah.

Rafelix memperhatikan benda yang sejak dia lihat di atas meja Laurena. Tapi dia enggan bertanya dari siapa dan apa isinya.

Dia jadi teringat bahwa belum memberi hadiah pada sahabatnya itu, lalu berencana untuk membeli sesuatu di malam hari nanti.

Laurena pulang di jemput oleh supir pribadi ayahnya yang baru selesai cuti. Dia bergegas masuk kamar dan perlahan membuka bungkusan cokelat tadi, di dalamnya terdapat sebuah kotak musik berbentuk piano berwarna putih.

"Cantik!" Pujinya.

Perlahan membuka kotak itu, terdapat balerina beserta magnet di bawahnya. Dia meletakkan balerina yang cantik tersebut ke tempat seharusnya dia menari balet. Laurena memutar tuas beberapa putaran, dan benda itu mengeluarkan alunan melodi favoritnya.

 Laurena memutar tuas beberapa putaran, dan benda itu mengeluarkan alunan melodi favoritnya

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Dia memandangi benda itu sampai melodinya berhenti. Entahlah, sangat senang rasanya diberi hadiah sederhana seperti ini, apalagi bentuk hadiahnya adalah piano mini.

"Kalo ketemu dia lagi, gue harus berterima kasih."

Kotak musik itu dipajang di lemari kaca miliknya, yang bersebelahan dengan beberapa lilin aroma hadiah dari Lia.

Kebahagiaan itu terhenti karena ibunya mengetuk pintu kamar, tumben sekali.

Dia membuka pintu dan mendapati ibunya yang sudah rapi dengan pakaian semi-formal. Sang ibu memberikan gaun berwarna biru navy pada Laurena, "Pakai ini, kita ada makan malam keluarga sebentar lagi."

Diiringi dengan senyuman yang jarang sekali anaknya lihat. Laurena hanya mengangguk dan kembali menutup pintu saat ibunya sudah pergi.

Perasaannya seketika menjadi tak enak,
akan ada drama apalagi saat makan malam keluarga besar mereka nanti?

Singkatnya tanpa beristirahat yang cukup Laurena harus menghadiri tradisi langka di keluarga besarnya ini.

Sebuah restoran di lantai paling atas telah disewa hanya untuk acara makan satu malam.

"Apa kabar Laurena? Sudah lama ga ketemu." Basa-basi yang basi dari kakak ayahnya, alias bibi Laurena.

"Selalu baik, tan." Ujarnya sambil memaksakan senyum.

Yah, walaupun view lantai paling atas sangat indah karena dapat melihat bintang bersinar pada malam itu, tetap saja hawa tak enak menyelimuti sekeliling area mereka.

Mereka hanya membicarakan seputar perusahaan, penerus, warisan dan sebagainya.

"Liam, anakku setelah lulus kuliah kemungkinan bangun perusahaan teknologi. Meneruskan jejak ayah kita." Ucap bibi yang berbasa basi tadi sambil memegangi pundak anak kebanggaannya itu.

Nampak Liam juga malas menanggapi. Dia bahkan beralasan izin ke toilet tapi tidak kembali lagi.

"Sayang kalian gapunya anak laki-laki, nanti siapa penerus perusahaanmu kak?

Ibu yang mendengar itu sedikit kesal dan membalas perkataan adik suaminya itu, "Jangan kolot, anak laki-lakimu aja belum tentu bisa diandalkan, haha."

Ayahnya juga sedikit tertawa mendengar balasan dari istrinya.

Ibu berbisik pada Laurena, "ingat, tante tadi meremehkan kamu secara halus, buktikan kalau kamu lebih superior dibandingkan anak laki-lakinya, di masa depan nanti."

Melihat suasana yang kurang mengenakkan, ibunya menuyuruh Laurena pergi dari sana dengan alasan mencari sepupunya Liam yang tak kunjung kembali.

Dengan senang hati dia menuruti perkataan ibunya untuk pertama kali.

Restoran itu memiliki beberapa lantai, tepat di lantai bawah ada bar yang cukup ramai.

Keluar dari lift, lalu memasuki area itu karena mengira Liam pasti ada di sana.

Banyak yang tak sadarkan diri karna mabuk, tapi yang lebih mengejutkan adalah Kazaro ada di tempat ini yang tidak seharusnya dia kunjungi.

MEMORIES OF BLUE ROSES [REVISI]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن