9

1.3K 144 24
                                    

...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...

###

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

###

Suasana malam itu cukup cerah. Seakan mendukung acara konser kecil Tristan. Sebenarnya tidak bisa dibilang kecil juga sih, soalnya mahasiswa-mahasiswi diperbolehkan untuk membawa teman atau saudara dari luar.

Ruby celingukan mencari kedua temannya, Naya dan Mawar. Lokasi sudah lumayan penuh dengan orang-orang. Tapi akhirnya Ruby bisa melihat lambaian tangan Naya yang berada di barisan depan. Bergegas Ruby menghampiri.

"Wiihh, diizinin atau enggak bilang nih?" goda Naya.

Ruby mendengus. "Kalau bilang gak mungkin aku ada di sini."

Mawar terkekeh. "Eh tapii kenapa lo gak bilang aja sih mau nonton konser Kak Tristan? Kalau ketahuan gimana lo?"

"Sama aja bunuh diri. Om Victor itu orangnya cemburuan banget. Dulu aja aku cuma balas chatnya temen sekolah, dia diemin aku seharian. Serem tauu!" jelas Ruby.

"Tandanya dia sayang sama lo!" ucap Naya.

"Iya, tapi kan nggak gitu juga. Eh, aku mau ke toilet dulu. Mendadak gugup nih mau liat kak Tristan!"

"Ya udah sana. Jangan lama. Bentar lagi mulai kayaknya."

Ruby mengangguk. Setelah berpamitan pada Naya dan Mawar, ia menerobos kerumunan menuju toilet. Ada beberapa mahaswiwa lain yang juga kebetulan lewat.

Namun tiba-tiba, di dekat pintu sebuah ruangan tak jauh dari lokasi, Ruby melihat seseorang tengah berdiam diri seperti gelisah. Samperin nggak ya? Batinnya.

"Kak Tristan, kok di sini?" tanya Ruby setelah ia memutuskan untuk menghampiri sosok yang ternyata adalah Tristan. Tokoh utama malam ini. "Bukannya MC udah di panggung ya?"

Tristan terkejut dan menoleh. Pemuda itu seperti melirik ke kanan dan ke kiri. Detik berikut ia menarik tangan Ruby dan membawanya masuk ke dalam ruangan.

Jantung Ruby mencelos. Ruangan dengan penerangan samar-samar dan Tristan yang kini berdiri di hadapannya dengan jarak cukup dekat, membuat Ruby kesulitan bernafas. "K-kenapa?"

Tristan menarik nafas dalam. "Gue nervous."

Mendengar jawaban Tristan, sekarang Ruby mengerti kenapa tadi pemuda itu tampak gelisah.

"Ini konser pertama gue. Gue takut nggak bisa memenuhi ekspektasi orang-orang selama ini. Wajar kan gue gugup?"

Ruby tersenyum. "Kak Tristan, liat aku coba. Mungkin kak Tristan emang gak kenal aku, tapi saat ini aku adalah salah satu manusia yang menyukai karya kakak. Aku cuma mau bilang, jangan pernah takut jadi diri sendiri, jangan takut nggak bisa memenuhi ekspektasi orang-orang. Kalaupun di dunia ini tidak ada lagi yang menyukai karya kak Tristan, inget masih ada satu orang yang akan selalu mencintai karya kak Tristan sampai kapan pun. Kakak tahu siapa satu orang itu?"

"Siapa?" tanya Tristan mendadak antusias. Sebab, entah kenapa ia sedikit terharu dengan kalimat gadis yang bahkan belum ia tahu namanya.

"Tentu saja kak Tristan sendiri. Coba berkarya untuk diri sendiri. Banggalah pada diri sendiri."

Tristan tercenung sesaat. "Nama lo siapa?"

"Ruby."

"Nama lengkap lo."

"Ruby Jane Adijaya."

"Oke, Ruby, malam ini jadilah tamu spesial gue."

💜💜💜

"SELAMAT MALAM SEMUANYA!" suara Tristan mengintruksi seluruh penonton malam itu. Setelah menyelesaikan sepuluh lagu ciptaannya sendiri, kini ia sudah berada di penghujung acara.

"GUE MAU NGUCAPIN TERIMAKASIH ATAS ANTUSIAS KALIAN SEMUA. DEMI APA PUN GUE NGGAK NYANGKA KALIAN SUKA SAMA LAGU-LAGU MILIK GUE." Tristan menarik nafas sejenak. "Malam ini, sebagai manusia, jujur gue bener-bener gugup sebelum acara dimulai. Gue hampir mau batalin acara, tapi tiba-tiba ada seseorang berwajah kecil dan cantik datang ke gue. Dia bilang dia adalah salah satu penikmat karya gue. Dan entah dia sadar atau tidak tapi perkataannya bikin gue tenang dan semangat lagi. Dan seseorang itu, ada di sini, lagi nonton acara gue. Ruby Jane Adijaya, boleh gue minta lo naik ke panggung dan temenin gue nyanyi?"

Semua orang mengalihkan pandangan ke satu titik yang dilihat Tristan.

"A-aku?" sekarang Ruby yang gugup. Ternyata ini yang Tristan bilang jadi tamu spesial.

"Iya, elo. Tolong naik ke panggung."

Naya dan Mawar tercengo tak percaya. Tapi tak lama mereka mendorong Ruby untuk naik ke atas panggung.

Dengan malu-malu, Ruby terpaksa menuruti permintaan Tristan. Jujur, jantungnya dilanda degup yang luar biasa. Semua yang menonton mendadak riuh.

"Sing with me?" Tristan memberikan mic kepada Ruby saat gadis itu berhasil naik ke atas panggung.

Dengan tangan yang gemetar, Ruby menerima mic yang diberikan Tristan. Sumpah, ia tak menyangka akan mendapat momen nyanyi bareng idolanya!

"Baiklah. Lagu terakhir kita yang berjudul Like Your Eyes ini jadi akhir yang spesial, karena lagu ini akan dinyanyikan oleh Tristan dan dek Ruby Jane! Selamat menikmati guys!" suara MC menggelegar seantero taman kampus.

Namun di tengah asyik menyanyikan lagu, Ruby tak sengaja melihat Naya dan Mawar melambaikan tangannya. Awalnya Ruby pikir mereka berdua sedang menyemangatinya, tapi saat melihat ekspresi keduanya seperti tengah ketakutan dan menunjuk-nunjuk ke belakang, Ruby coba mengikuti, dan rupanya mulut mereka berkata;

"Mati lo, Om Victor ada di belakang dan liatin lo nyanyi sama Tristan!!"

Menemukan Victor di antara kerumunan, dengan tatapan layaknya harimau yang sedang marah, Ruby boleh pingsan aja nggak sih?

###

Guys, kalian tim Victor-Ruby atau Tristan-Ruby ??

CEO's Little Wife | Taennie AUWhere stories live. Discover now