11

1.3K 155 46
                                    

Malam ini, Victor mengajak Ruby jalan-jalan sekitar Jakarta, sekaligus makan malam di luar. Mereka seperti pasangan baru. Victor yang tidak sedikitpun melepaskan genggaman tangannya dari Ruby. Membuat perempuan itu tak henti tersenyum sepanjang perjalanan.

"Cantik banget sih," celetuk Victor setelah memposting foto Ruby di twitter beberapa menit lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Cantik banget sih," celetuk Victor setelah memposting foto Ruby di twitter beberapa menit lalu. Namun ia masih memandangi hasil jepretannya itu.

Ruby yang penasaran dengan apa yang membuat Victor tersenyum sendiri mencoba mencari tahu. Tapi Victor segera menghindar. Membuat Ruby cemberut. "Mau liat ih!"

"Tidak boleh." Victor mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. Ruby tidak menyerah. Ia meloncat-loncat untuk meraih tangan Victor meski hasilnya nihil. Victor hanya tertawa dengan tingkah lucu istri kecilnya itu.

"Oom, mau liaaat!" Ruby merengek seperti anak kecil.

"Nanti saja."

"Ish!"

Cup!

Pipi Ruby berhasil dicium Victor. Habisnya pria itu gemas sekali pada Ruby. "Lapar tidak?"

Mata Ruby berbinar. Ia mengangguk semangat. "Lapaaarr. Mau makan ayam bakar!"

"Ayo!" Victor memberikan lengannya untuk diraih gadis cantiknya itu. Mereka pun segera memasuki porsche milik Victor.

Tak sampai sepuluh menit, akhirnya mobil berhenti di depan sebuah restoran.

"Om Victor sering ke sini?" tanya Ruby begitu mereka memasuki restoran yang cukup banyak pengunjung.

"Sering. Dulu sama Sooya makannya di sini. Menunya enak-enak."

Tanpa sadar Ruby melepaskan genggamannya di lengan Victor. "Oh."

Saat Victor menoleh, gadis itu langsung membuang wajahnya. Seketika ia tersadar dengan apa yang diucapkannya. Bodoh! Mengapa juga ia harus menyebut nama 'Sooya' di saat-saat seperti ini?

"Sayang, maaf. Saya hanya berusaha berkata jujur." Victor berusaha merayu Ruby agar tidak marah dan memalingkan muka seperti sekarang. Sumpah, Victor merasa bersalah.

"Baiklah. Kalau begitu kita cari restoran lain aja ya?" bujuk Victor.

"Tidak mau. Kepalang. Aku udah lapar." Ruby lebih dulu berjalan menuju salah satu meja kosong yang ada di dalam restoran itu.

Memandangi itu, Victor hanya menghela nafas. Pada akhirnya ia mengikuti istrinya itu kemudian duduk di sampingnya, sambil melihat-lihat buku menu.

"Ruby."

"Hmm?"

"Jangan marah."

"Nggak."

Tiba-tiba Victor mendekatkan kursi mereka, tanpa peduli situasi ia memeluk Ruby dari samping.

Ruby melotot. "Om Victor! Lepasin nggak? Malu diliatin tauu!" Wajahnya sudah memerah seperti tomat.

"Maafin saya dulu."

"Iyaaa. Cepet lepasin!"

Toeng! Bukannya melepaskan, pria itu malah semakin berani dengan menciumi wajah Ruby.

"Om Victor!"

Victor tersenyum, memandangi wajah Ruby yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. "Tidak apa-apa. Biar semua orang tahu kalau kamu punya saya, Ruby."

"Posesif."

"Kan sama istri sendiri."

"Ayo pesen menunyaa, aku mau makan."

Victor terkekeh. "Dasar tukang makan. Itu perut apa gentong, sayang?"

Perkataan Victor membuat Ruby memonyongkan bibirnya. Enak saja disamain sama gentong!

"Kemarin kan udah dibilangin, sekarang jangan manggil Om lagi ya," lanjut Victor.

"Emang kenapa sih, Om?"

"Saya berasa tua."

"Kan memang udah tua."

"Rubyyy!"

Ruby terkikik. "Tapi ganteng kok, serius. Tapi kalau dibandingin sama Eren Jaeger, masih gantengan dia."

"Enak aja dibandingin sama Titan."

"Biarpun Titan, tapi ganteng dia mah. Ayo pesen menunyaa ih!"

"Manggilnya yang bener."

Ruby menarik nafas kesal. "Mas Victor, suamiku yang ganteng kalem, Ruby lapar, mau makan. Tolong pesenin ya?" ucapnya tak lupa dengan puppy eyes.

"Anak pintar. Kalau gitu kan romantis dengernya. " Victor mengacak-acak puncak kepala Ruby gemas sebelum akhirnya ia memanggil salah satu pelayan dan mulai memesan menu.

Mereka menunggu pesanan datang sambil membaca komentar-komentar di postingan Victor.

"Ruby? Mas Victor?" Sebuah suara membuat keduanya mendongak. Didapatinya Sooya berdiri di hadapan mereka. "Mas Victor masih suka ke sini?" tanya Sooya. Terdengar nada tidak percaya sekaligus senang saat menanyakan itu.

"Ehm, iya," dehem Victor. "Kamu habis makan sama siapa?"

"Sama Anna," jawab Sooya. "Dia lagi ke toilet."

Sementara Ruby hanya diam saja, tidak mau mengganggu obrolan suami dan kakaknya itu. Ada rasa panas di dalam hatinya. Entah mengapa Ruby sedikit cemburu melihat Victor sebaik itu memperlakukan Sooya.

"Sooya!" suara Anna membuat ketiganya menoleh. "Eh, Victor? Dan perebut kecil?"

Deg!

Jantung Ruby mencelos.

Dia bilang apa tadi?

Perebut?

"Anna!" tegur Sooya tidak enak hati. "Lo ngomong apa sih?"

"Lho, emang bener kan? Adik lo itu yang udah rebut calon suami lo, Sooya. Harusnya kalau dia udah tau kejadian sebenarnya, jangan gitulah. Lo pergi karena lo sakit. Tapi dengan gak tau dirinya adik lo itu malah bahagia di atas penderitaan lo. Cih!"

"Anda siapa? Sehingga berani menyimpulkan kehidupan orang lain, hmm?" Victor sampai berdiri dan menatap Anna tepat di manik mata. Tidak terima dengan semua perkataan yang baru saja dilontarkan perempuan itu.

Menyaksikan situasi memanas, Sooya segera ambil tindakan. "Anna, ayo kita pulang!" bentaknya. Ia lalu menatap mantan pacar dan adiknya itu. "Mas Victor, Ruby, maaf ya aku harus pergi duluan. Maaf atas perkataan Anna. Selamat menikmati makan malam kalian." Usai mengucapkan itu, Sooya segera menyeret Anna pergi dari sana.

Victor menoleh Ruby. Benar saja, gadis itu tengah menunduk. Ia mengelus surai Ruby. "Sayang."

"Aku mau pulang!"

"Tidak, makan dulu."

"Aku nggak mau makan. Aku mau pulang!" Tanpa menunggu, Ruby berdiri dan meninggalkan Victor. Hatinya hancur sekali.

###

Jangan lupa vomment ya :)

CEO's Little Wife | Taennie AUWhere stories live. Discover now