20

1K 120 33
                                    

"Ruby dimana?" tanya Victor meski sempat sedikit terkejut dengan adanya Sooya di rumah mereka malam ini.

"Lagi mandi, mas," jawab Sooya yang saat itu sedang membuatkan susu ibu hamil untuk Ruby.

"Kamu nggak capek tiap pulang kerja langsung ke sini?" tanya Victor sambil menggulung lengan kemejanya. Pemandangan itu tidak terlepas dari tatapan Sooya.

"Nggak kok, aku seneng rawat Ruby. Aku tahu dia masih muda banget, emosinya masih labil, rasanya khawatir kalau biarin dia sendirian di masa kehamilannya ini." Sooya sudah selesai membuatkan segelas susu.

"Susunya biar saya aja yang kasih, kamu boleh pulang sekarang. Bukan maksud saya ngusir, tapi kamu juga harus istirahat." Victor hanya berdehem saja sebelum memutuskan untuk naik ke tangga menuju kamar Ruby. Namun belum tiga langkah, suara Sooya menahannya.

"Aku cuma tulus mau rawat Ruby, mas Victor jangan berpikir macam-macam tentang aku. Aku juga udah lupain mas kok."

"Terimakasih," singkat Victor sebelum melanjutkan kembali langkahnya. Sebenarnya tidak keberatan jika Sooya sering ke rumahnya, Victor malah senang karena Ruby ada yang menemani selama ia bekerja, tetapi jika nyaris setiap hari, Victor juga sedikit risih. Bukan apa-apa, ia hanya butuh berduaan saja dengan Ruby. Tanpa ada orang lain.

Victor memutar kenop pintu kamarnya. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah betapa cantiknya Ruby yang baru saja mandi dengan rambutnya yang basah. Gadis itu masih mengenakan robe berwarna putih.

"Om Victor, kapan pulangnya?" tanya Ruby sedikit terkejut.

"Belum lama kok." Victor mendekati Ruby setelah meletakkan segelas susu di atas nakas.

"Kak Sooya kemana?"

"Saya suruh pulang."

"Kok disuruh pulang?"

"Gapapa, kasian dia baru pulang langsung ke sini."

Ruby hanya mengangguk mengerti.

"Diminum susunya ya, saya mandi dulu," ucap Victor setelah meninggalkan kecupan di kening dan bibir Ruby. Tak lupa ia juga memberi kecupan di perut Ruby yang mulai membuncit.

Meski begitu Ruby sedikit heran, tidak biasanya Victor bersikap dingin lagi seperti hari ini. Apa Ruby melakukan kesalahan?

***

Berita boomingnya lagu Tristan yang berduet dengan Ruby tidak mustahil sampai di jangkauan Victor. Itulah mengapa ia uring-uringan. Ditambah akhir-akhir ini Ruby makin aktif sebagai penyanyi setelah lagunya sukses besar yang mana banyak menarik hati beberapa perusahaan musik.

Victor khawatir dengan kehamilan Ruby yang baru menginjak bulan ke-empat. Tapi gadis itu tetap kekeuh ingin berkarir dan tidak mendengarkannya. Waktunya untuk Victor semakin menyempit, ditambah ia juga sibuk dengan pekerjaan kantornya. Bukan Victor tidak mendukung impian Ruby, ia hanya khawatir.

Bayangkan saja, Victor pernah menjemput Ruby jam 9 malam, hanya untuk menyasikan Ruby sedang mengadakan acara makan malam bersama Tristan dan timnya. Apa nggak marah dia?

Tiba-tiba Victor jadi insecure karena merasa telah mengambil waktu muda Ruby yang harusnya dihabiskan untuk mengejar mimpi dan pendidikan. Tak jarang ia juga merasa cemburu jika melihat Ruby dan pria lain di sosial media.

Di tengah riuhnya pikiran Victor, ponselnya berbunyi. Ia mendapat panggilan dari Sooya. "Halo, ada apa?"

"Mas Victor, cepat ke rumah sakit sekarang! Ruby pendarahan!"

Degg!

Belum selesai kerisauannya, kabar dari Sooya bak sambaran petir untuk Victor. Seluruh jarinya gemetar. Tidak butuh lima detik, ia segera menyambar jas kerjanya. "Saya ke sana sekarang."

Setelah menutup panggilan dengan Sooya, Victor berlanjut menelfon Jimin untuk menghandle jadwalnya.

Dalam perjalanannya, Victor berusaha berpikir positif. Meski begitu ia nyaris menabrak bapak-bapak yang hendak menyebrang karena konsentrasinya tengah buyar.

Jantung Victor berdegup kencang. Bisakah ia langsung berada di rumah sakit saja?

Tuhan, semoga mereka baik-baik saja.

###

Tbc

CEO's Little Wife | Taennie AUWhere stories live. Discover now