25

1K 132 58
                                    

Begitu keluar dari dalam mobil, Victor bergegas masuk ke dalam rumah demi menemui seseorang yang menjadi alasan ia selalu ingin cepat pulang. Jika dulu, Victor adalah salah satu manusia paling gila kerja. Ia selalu berambisi dengan pekerjaannya sampai terkadang tidak memiliki hari libur. Tapi sekarang, ia memiliki seseorang yang selalu menunggu kepulangannya. Ralat. Dua orang. Victor tidak bisa memungkiri, kebahagiaannya semakin bertambah setelah kelahiran malaikat kecilnya yang ia beri nama Orion Levino Wardhana.

"Rubyyy! Sayaang!" Victor berteriak tak sabar. "Orion, daddy pulaang!"

Victor tersenyum tulus begitu mendapati Ruby keluar dari dapur bersama bayi di gendongannya.

"Wah, sayang, daddy kamu udah pulang tuh," sambut Ruby tak kalah senang saat melihat suaminya.

Sudah tiga minggu berlalu setelah hari dimana Victor tidak bisa menemani Ruby melahirkan. Itu adalah hari yang paling ia sesali sepanjang hidupnya. Istrinya sedang berjuang untuk anak mereka, tetapi Victor hanya mampu berbaring lemah di rumah sakit. Dan karena itu jugalah Ruby terpaksa harus menjalani caesar demi keselamatan ibu dan bayinya.

Sebagai gantinya, sejak saat itu Victor berhenti terlalu berambisi dengan pekerjaannya. Ia tidak ingin menyesal untuk kedua kali.

"Iya habisnya daddy kangen terus sama Orion," balas Victor setelah sekilas mencium kening dan bibir Ruby. "Sayang, sini biar saya gendong. Kamu pasti capek kan?"

"Tapi dia lagi nen, Om. Belum dilepas nih. Tunggu sebentar lagi ya." Ruby memamerkan cengirannya lalu berjalan menuju ke sofa untuk duduk.

Victor cemberut meski sambil mengikuti Ruby. Ia tidak putus asa. Pria itu menunggu dengan sabar sampai bayinya selesai menyusu pada ibunya. "Sayang, udah belum?"

Melihat suaminya begitu tak sabar ingin segera menggendong sang bayi seperti anak kecil yang sedang merengek pada ibunya, membuat Ruby tak kuasa menahan senyum. "Aaaa lucu banget sih, Om Victor," celetuknya.

Victor terkekeh. "Maklum, sayang. Lagi gemas-gemasnya sama kembaran."

"Aku yang ngandung dia lho, tapi muka persis banget Om Victor," cibir Ruby.

"Jangan marah. Itu tandanya cinta saya lebih besar dari kamu tahu," ucap Victor sambil mengecup pelipis Ruby. Ia kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Ruby sambil menundukan pandangannya memperhatikan sang bayi yang masih asyik minum susu ibunya. "Baby, sisain untuk daddy, nak, jangan diminum semua. Jangan serakah ya."

Ruby menepuk pelan lengan Victor yang sejak tadi melingkari pinggangnya. "Iiii bicaranyaa. Baby mana ngerti, Om. Eh, udah dilepas. Udah kenyang ya minum cucunyaa?"

"Tuh, sayang, dia denger dan ngerti kata-kata saya," cengir Victor. "Akhirnya daddy bisa gendong kamuu, kembaran."

Dengan hati-hati Ruby menyerahkan baby Orion kepada Victor. Dapat terlihat jelas wajah sang ayah yang begitu tulus dan bahagia ketika menatap sang putra. Tapi sedetik, Ruby kembali memajukan bibirnya. "Nanti pokoknya kalau aku hamil lagi bayinya harus mirip aku ya, biar adil."

Victor berhenti menciumi wajah mungil Orion sebelum menoleh Ruby. "Oke. Tapi nanti anak ketiga harus mirip saya lagi."

"Ooom ih! Emangnya mau punya anak berapaa?" omel Ruby.

"Lima."

"Apa?" Ruby tergelak. "Banyak amaaat."

"Nggak apa-apa, biar rumah kita hangat dan nggak sepii."

Ruby menghela nafas. "Tapi capek buatnyaaa."

"Biar saya yang buat. Kamu cukup pasrah aja, sayang."

"OM VICTOOOR!!"

***

***

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

***

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

***

***

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

###

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

###

Bertanya sikit boleh?

Kalian udah bosen nggak sih sama story inii??

CEO's Little Wife | Taennie AUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora