10

1.3K 144 40
                                    

Ruby terpaksa menurunkan mic-nya, membiarkan Tristan menyelesaikan lagunya sendiri. Fokusnya sudah buyar karena menyaksikan Victor yang kini berdiri di barisan depan. Tepatnya di sebelah Naya & Mawar yang sempat mendapat pelototan tajam dari pria itu.

Bahkan kedua gadis itu ikut merinding melihat tatapan marah yang ditujukan Victor, bukan pada Ruby melainkan pada Tristan. Wajah Victor seakan bilang 'berani-beraninya laki-laki itu tersenyum pada miliknya!'

Tristan menyadari bahwa lawan duetnya sudah tidak fokus. Ia berusaha tetap tenang dan menyelesaikan lagunya sampai tuntas.

Saat alunan musik berhenti, Ruby tiba-tiba berbisik pada Tristan. Entah apa yang gadis itu katakan, tapi detik berikut, Tristan mundur beberapa langkah, mengambil tempat duduk di salah satu sudut panggung.

"Selamat malam. Sebelumnya aku minta maaf karena mengganggu waktu kalian. Aku sudah izin sama kak Tristan. Aku ingin membawakan sebuah lagu untuk seseorang yang spesial, seseorang yang membuatku bahagia akhir-akhir ini. Mungkin sekarang orang itu sedang marah padaku karena sebelum ke sini aku berbohong padanya untuk kerja kelompok, padahal aku ingin menonton konser kak Tristan. Aku salah satu penggemar lagu-lagu ciptaannya. Tapi ternyata aku salah dan aku menyesal karena tidak jujur pada seseorang itu. Untuk ituu, aku benar-benar minta maaf. Aku salah." Ruby menarik nafas dalam. "Sebagai permintaan maaf, aku akan menyanyikan lagu ini khusus untuk seseorang itu. Dia adalah matahari di kehidupanku, suami tercintaku, Om Victor Wardhana, this is song for you. Lagu ini milik kak Syifa Hadju, judulnya Jangan Pernah Berubah."

Victor terkejut bukan main. Ruby dengan tegas bahkan tanpa merasa ragu dan malu memperkenalkan dirinya sebagai suami. Di hadapan semua penonton Tristan dan mungkin banyak teman kampusnya. Victor yang awalnya hendak marah karena tak terima dibohongi, mendadak salah tingkah saat Ruby mulai bernyanyi sambil tersenyum ke arahnya.

Pintar sekali bocah itu merayuku supaya tidak jadi marah. Batin Victor gemas sendiri.

"Oh cintakuuu... Kumau tetap kamu. Menjadi kekasihku. Jangan pernah berubaaaah. Selamanyaa, kan kujaga dirimu. Seperti kapas putih di hatiku. Takkan kubuat noda."

Di tengah Ruby menyanyikan bagian Reff, pandangan Victor justru teralihkan pada sosok Tristan yang tengah tersenyum memperhatikan gadis itu bernyanyi.

Sial! Victor ingin menghajarnya.

###

###

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Chat-an sama siapa, hmm?" Ruby yang sedang berdiri di balkon kamarnya terkejut ketika merasakan sepasang lengan kekar melingkari pinggangnya dari belakang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Chat-an sama siapa, hmm?" Ruby yang sedang berdiri di balkon kamarnya terkejut ketika merasakan sepasang lengan kekar melingkari pinggangnya dari belakang.

"Sama Naya dan Mawar, Om," jawab Ruby sambil memperlihatkan layar ponselnya. "Om beneran udah nggak marah kan sama aku?"

Victor mengecup pipi Ruby sekilas. "Asal jangan ulangi lagi."

Kepala Ruby mengangguk semangat. "Semalam Om Victor nggak jadi lembur ya?"

"Sengaja. Saya khawatir membiarkan istri saya keluar malam, makanya tidak jadi lembur."

"Hehe."

"Taunya malah nonton konser pria lain. Nakal banget." Victor menjawel hidung mungil Ruby dengan gemas. Gadis itu terkekeh pelan.

"Maafiin."

"Sepertinya saya harus menyewa bodyguard."

"Buat apa, Om?"

"Saya takut kamu diambil orang."

"Om Victor mah. Emangnya aku anak kecil!"

Victor menggigit telinga Ruby. "Bukan begitu, sayang. Tapi lebah-lebah di luar sana banyak yang menginginkan bunga cantik sepertimu."

"Tapi aku milik Om Victor." Pipi Ruby memerah. "Aku juga cuma cintanya sama Om Victor."

"Kamu tidak merasa kehilangan masa muda kamu karena harus menikah dengan saya?"

Ruby menggeleng. "Awalnya aku emang marah. Aku nggak mau jadi istri Om karena usiaku masih 17 tahun. Aku masih pengen nikmatin waktu sama temen-temen. Tapi Om Victor memperlakanku dengan sangat baik, lama-lama aku jadi jatuh cinta."

Senyum Victor mengembang. Ia membalikkan tubuh mungil Ruby tanpa melepas lengannya sehingga kini mereka berhadapan. "Kamu adalah hadiah terindah di hidup saya, Ruby, setelah luka hebat waktu itu. Saya bersyukur memiliki kamu. Semua rasa sedih dan lelah yang saya rasakan tiap hari, selalu lenyap ketika saya menatap wajah kamu."

"Om Victor juga cinta sama aku?"

"Awalnya belum. Di awal pernikahan, jujur bayang-bayang kakakmu kadang masih sering muncul, tapi saya lawan dengan menatap senyum kamu. Saya sadar bahwa masa depan saya itu kamu. Bukan Sooya." Victor melihat raut muka Ruby sedikit kecewa. Tapi kemudian Victor tersenyum. "Dan sekarang saya benar-benar takut kehilangan kamu. Saya mencintai kamu, Ruby lebih dari apa pun."

Jari jemari Ruby membelai wajah Victor. "Aku mau punya baby."

"Hmm?" Victor mengerjap tidak percaya. "Kamu bilang apa, sayang?"

"Aku udah berhenti minum pil kb. Aku mau punya baby." Ruby menundukan wajah karena malu.

"Kamu yakin?"

Ruby mengangguk. Detik selanjutnya tubuh Ruby melayang karena Victor menggendongnya ala koala. Ruby segera melingkarkan kedua kakinya di pinggang Victor.

"Hari ini tidak perlu ke kampus ya." Victor tersenyum.

Ruby lagi-lagi mengangguk, ia kembali menyerahkan dirinya pada Victor. Semoga keputusannya ini benar.

###

Siapa yang mau baby junior Victor cepetan launching guys? Wkwk

Jangan jadi pembaca gelap ya ☺

CEO's Little Wife | Taennie AUWhere stories live. Discover now