Bab 8 Antares

1.1K 187 50
                                    

“Antares bukan sekedar bintang yang sedang sekarat di Rasi Skorpius, antares adalah tentang sesungguhnya aku”.

###

Arabella POV

          “My 1st golden hour with u. Lope sekebon <3”

          Caption yang ditulis Kak Aera telah menjawab semua, bahwa ada hal baik yang terjadi di senja ini. Ternyata polisi itu bekerja cepat terkait perasaan, tak ingin kakakku terombang-ambing terlalu lama. Hingga Skyland menjadi saksi penyatuan mereka, saksi cinta mereka bertaut. Boleh nggak sih aku menangis senang atau mungkin iri ingin seperti kakak. Bagaimana sih rasanya diperlakukan istimewa oleh seseorang yang menginginkan kita?

          Definisi cinta saja aku tak paham dan sekarang malah dipatahkan oleh rencana perjodohan bodoh ini. Rencana itu semakin bergaung saat sore ini papa mengumumkan ke depan wajahku. Saat aku hanya ingin mengisi perut dengan ayam goreng dan sambal bawang, papa malah berkata hal yang mem-bagong-kan. Kata beliau, ada pengumuman terkait alien misterius itu. Sumpah, dibayar sejuta pun aku nggak minat dengerin.

          “Bella siap mendengar clue selanjutnya? Dia sudah di sini, Bella, kota yang sama dengan kita,” ucap Papa antusias. Namun, aku hanya menatap kosong.

         “Memang selama ini dia ke mana?” sahut Mama lembut.

         “Ada,” jawab Papa pendek seolah masih ingin membuatku penasaran. Papa menyeruput wedang jahe lalu mengecap sisa pedasnya jahe dan menatapku.

         “Sebelumnya Bella harus jawab Papa dulu, kenapa sekarang kamu pendiam? Apa kamu masih musuhan sama Papa?” Papa berusaha membuatku baikan, tapi aku masih malas jua.

          Aku hanya menggeleng pelan. “Bella lapar, Pa. Boleh makan dengan tenang?”

         “Jadi Papa hanya membuatmu sakit belakangan ini?” Papa menatapku lembut.

          “Menurut Papa hidup Bella baik-baik saja setelah Papa mengacaukan semua?” sindirku tajam. Mama menyentuh lenganku dengan hangat.

          “Sayang, tidak ada orang tua yang mau anaknya sakit atau kacau. Sekarang kami belum bisa mengatakan alasan kenapa semua ini harus dilakukan. Namun, jika saatnya sudah tiba, kami akan katakan semua,” kata Mama berusaha menghiburku.

         “Kami, jadi Mama sudah tahu? Mama setuju semua ini terjadi sama Bella?” tudingku sakit hati.

         “Sayang, awalnya Mama memang tidak terima dengan rencana Papa. Namun, setelah menimbang dan mendengar cerita Papa, Mama rasa semua ini tujuannya baik,” jelas Mama lembut. Emosi Mama sangat tenang dan berusaha menguasai diriku.
        
        “Selama ini Bella hidup seperti Antartika, tenang dan tak banyak aksi. Hanya, kenapa Papa bisa memanfaatkan Bella semacam ini?” tanyaku perih. Papa hanya mengusap mulutnya bingung.

        “Bukan Papa yang memanfaatkan, kertas itu yang menjawabnya Bella. Hanya ada namamu dan Kakak, namamu yang keluar dalam undian itu. Papa harus sportif, ‘kan? Sejak kecil Bella belajar sikap sportif seperti apa, ‘kan?” jelas Papa yang membuatku sadar.

        “II – iya sih, tapi perjodohan itu aja udah aneh, Pa. Kenapa harus dilakukan pula dengan undian? Pasti orang ketawa kalau tahu keluarga kita sekonyol ini!” keluhku sembari menunduk ke atas meja. Mama lalu mengelus kepalaku yang berbalut kerudung abu-abu. Konsep busanaku hari ini adalah mendung dan petir, pakai maxy dress dongker dan jilbab abu.

        “Okay, Papa langsung saja.” Papa menghela napas panjang dan tiba-tiba membuatku mendongak. “Lelaki itu baru saja selesai tugas di perbatasan. Dia akan segera menemuimu esok malam selepas Isya.”

Konstelasi Cinta // END(Rewrite Suddenly in Love)Where stories live. Discover now