Bab 17 Makhluk Mars

1.1K 180 33
                                    

“Butuh hati seluas Samudera Pasifik untuk mengenali makhluk yang berasal dari Mars yang kesasar di Belahan Pluto macam dia”.

####

Rupanya hari-hari sebelum ketemu dengan Mas Rimba adalah hari paling tenang dan menyenangkan dalam hidup seorang Arabella. Hidupku yang mulai tertata di kota indah ini perlahan berantakan lagi setelah bertemu teman dari dunia mayaku itu. Kukira kita hanya akan berakhir di media sosial, ternyata sekarang malah ada di acara ngepas baju Persit dan kebaya untuk acara pernikahan. Ini benar-benar gila, bagaimana bisa hidupku mirip alur sinetron kacangan?

Sebenarnya, pria yang sedang mencoba beskap silver itu bukanlah orang yang buruk. Wajahnya rupawan dengan tinggi yang cukup menjulang, tapi jangan tengok kisah hidupnya yang seberantakan nasi goreng mawut. Mungkin hanya wanita kuat yang bisa mendampinginya, apa aku bisa? Apa kedewasaan karbitanku saat menghadapi kakak bisa diterapkan pada makhluk Mars satu ini, heh? Kalau aku edan tipis-tipis gimana.

“Dia bisa senyum dikit nggak sih?” gumamku sembari mengelus perutku yang kembali keroncongan. Makananku tadi dipalak preman, mau gimana?

Ini selepas Isya dan acara membosankan ini tampaknya malah baru dimulai. Tante Ariana baru saja datang dan menyebarkan aroma parfum klasiknya ke seantero ruangan. Beliau terlihat kalem dan elegan saat menyalami dan memeluk mama. Tampaknya beliau lebih bisa menguasai situasi dibanding sebelumnya karena tampak biasa saat menerima salaman palsu dari Mas Rimba. Predator Insyaf itu sekarang sedang mengutak-atik ponselnya meski masih mencoba beskapnya, tampak sibuk sendiri dengan dunia loreng itu deh.

“Dek, mau sandwich telur? Ini dibelikan Om Gun,” tawar Mama yang memecah lamunanku. Aku menoleh dan menerima makanan lezat penolong perut karetku ini.

“Makasih Mama,” ucapku pelan yang dibalas senyum lembut Mama. Untung saja hari ini Mama mendampingiku. Membuat suasana tak begitu kaku seperti tempo lalu. Gegas aku pun menyantap makanan enak ini. Tahu aja si Om ada toko sandwich kekinian di pusat kota.

“Calon pengantin lelaki bisa coba busana yang lain? Mungkin mau coba seragam militernya atau gimana?” tanya Mbak Imelda, perancang baju, dengan ramah.

Mas Rimba hanya mendongak dan memasang wajah datar. Tampak dipaksa nikah deh kayaknya. “Saya nggak bawa seragam. Skip aja dulu, Mbak.”

“Oh, baik. Gimana kalau coba yang tema internasional? Pakai jas gitu bagaimana?” tawar Mbak Imelda masih ramah, meski mungkin hatinya sangsi. Ini pasangan asli atau pasangan mau karnaval?

“Pakai adat Sunda aja gimana, saya lebih suka kultur Indonesia,” sambar Tante Ariana yang tiba-tiba membuatku deg-degan. Aduh, ini kali pertama mereka terlibat percakapan lagi.

Mas Rimba hanya menarik napas panjang lalu memainkan ponselnya lagi. “Saya menyesuaikan saja.”

Detik ini aku bersyukur ada Mama di dekatku, setidaknya masih ada tameng yang membuat makanan ini bisa masuk ke lambungku. Iyalah siapa yang nggak mual kalau berhadapan dengan golongan ginian saat makan?

“Memang kamu nggak bawa seragam apa pun gitu? Doreng kek, PDH kek?” tanya Tante Ariana dingin tanpa menatap lawan bicaranya.

Yang diajak bicara pun sedingin freon AC. “Bawa kok, Bu. Ada PDH di mobil,” jawabnya santai.

“Ya udah pakai aja, biar ada kemajuan kalian foto gandeng aja dulu,” suruh Tante Ariana dingin sembari memanggil Mbak Imel. “Fotografer ada, ‘kan, Mbak? Masa foto gandeng tentara nggak paham dia?”

Wow, ngeri bener sih mamanya Revanol nih. Bisa-bisanya dia menyentil pegawai butik ini dengan 'ramahnya'. Yang begini mau kamu jadikan mertua, Bel? Bisa-bisa kamu disantap kalau berbuat salah sekali aja. Jangan-jangan kalau aku nanya resep masakan malah dikasih resep racikan bom. Duh, gimana dong? Tenang, tetap slay dan ramah di era gempuran mertua bengis macam Tante Ariana.

Tanpa babibu cacicu, Mas Rimba pun mengambil seragam itu di mobilnya. Tak pakai lama pula dia kembali masuk ke dalam butik dan menyebarkan aroma tubuhnya yang nyaman itu. Perasaan tadi sepanjang jalan aku kurang mencium parfumnya, kok sekarang strong lagi? Jangan-jangan dia sempat mandi parfum saat ambil seragam barusan? Iyuh, cowok genit.

“Aku ganti baju dulu biar kamu tahu gagahnya calonmu ini,” bisiknya lembut di telingaku. Usil sih, tapi aku merinding seluruh badan.

Konstelasi Cinta // END(Rewrite Suddenly in Love)Where stories live. Discover now