Bab 32 Fly Me to The Moon

1K 170 15
                                    

"Kita bergandengan tangan untuk terbang ke bulan, menaruh mimpi indah di antara kerlip gemintang, dan berharap akan selalu terkenang saban kita menatap rembulan - you're all i long for all i worship".


###


Arabella Senja POV


Halaman luas berumput hijau perdu mulai dihias dengan bunga-bunga cantik. Di beberapa sudut sudah ada tenda putih yang berhias bunga cantik wangi dan beberapa buah piring saji besar tanpa isi. Ada juga bakaran BBQ dan beberapa tempat api unggun kecil yang belum menyala. 2 malam dari sekarang adalah hari pernikahan kak Aera dan kak Baim. Sesuai dengan konsep yang telah diinginkan, pesta itu akan sarat dengan kekeluargaan - lebih menyatu dengan alam dengan bunga-bunga, buah, dan pepohonan tinggi yang dihiasi lampu indah.


Siapa pun yang hadir mungkin akan teringat dengan momen kemah masa kecil mereka yang penuh petualangan dan pengalaman baru tentang keakraban.


Beralih ke sebelah kanan area permakanan, ada venue untuk akad dan resepsi. Pun dengan prosesi pedang pora yang akan dilaksanakan di karpet bertabur bunga yang indah esok lusa. Lalu di sebelah Paviliun Mawar, ada kolam renang yang penuh dengan taburan kelopak bunga mawar merah. Kata mbak WO, jumlahnya sampai seribu lebih. Iyalah untuk memenuhi kolam dan membentuk inisial nama dua pengantin itu dibutuhkan banyak properti selain lampion kecil.

Namun, sesuatu yang butuh effort lebih itu hasilnya memang di luar nalar, sangat indah dan berkesan. Aku sangat bangga karena ide manis ini adalah pemberian Mas Rim. Memang dia keji dan musuh abadi Kak Aera, tapi sikap manis baik hatinya cukup memesona. Lihat saja gayanya sekarang saat mengawasi


pembuatan kolam renang ini. Acara baru dua hari tapi sudah di-set sekarang. Tidak terlalu cepat katanya karena kejutan ini memang untuk esok hari. Jam 9 malam saat kakakku sibuk sendiri bersama mama di dalam rumah induk, set kolam sudah selesai. Kolam indah itu sudah ditutup jaring agar terhindar dari kekepoan kakakku dan hujan yang mungkin turun kapan saja.


Keraguan ini muncul karena langit pegunungan selabil hatinya kakak. Bisa saja tetiba mendung dan angin keras menerpa, bisa juga cerah menampakkan ratusan gemintang cantik di atas sana. Bagus sekali ide mereka yang memilih Aerabella sebagai saksi janji seumur hidup karena dari sini bintang terlihat amat dekat. Tahu aja kalau melihat bintang adalah obat bagiku. Mungkin karena tempat ini menyimpan banyak kenangan bagi kami.

Di halaman berumput hijau perdu ini Mas Rim pernah melukai tangannya. Di sini pula kami telah membuat kenangan manis bersama buah-buah tak berdosa itu. Mungkinkah di sini kami akan membuat kenangan manis lainnya, semacam pemberian mahkota berharga yang masih utuh milikku? Hih, membayangkannya membuat sekujur bulu romaku berdiri. Ditambah dengan gaya sok kerennya Urap Sayur yang sedang ngomel karena hiasan pot bunga agak miring, duh bikin pengin meluk dari belakang.


"Mas," kusentuh pelan punggung bidangnya dan membuat priaku menoleh kaget.


"Yakin bunganya di-display sekarang? Nggak takut kena angin atau hujan malam, di sini sering hujan lho."

"Nggak apa, Mas udah lihat perkiraan cuaca. Cerah sampai lusa, santai aja, Bella." Mas Rim penuh percaya diri memandang langit yang penuh misteri itu.


"Bagus juga konsepnya Baim," pecah suara yang membuat kami menoleh. Waduh, orang yang sempat jadi biang pertengkaran kami mendekat. Semoga nggak ada percikan aneh sih.

Salah satu tim sukses acara mendekat dengan wajah berseri bangga meski gayanya cuek dengan memasukkan tangan ke saku celana jinnya. "Kamu, Sar! Berhasil juga kamu cari bunga tangan yang sesuai selera Si Ribet itu! Hebat!" Mas Rimba mengepakkan tangannya bangga.

Konstelasi Cinta // END(Rewrite Suddenly in Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang