Bab 30 I'm in Love with a Monster

1.4K 181 33
                                    

"Kamu seburuk monster penghancur mimpi, tapi apa jadinya kalau aku nggak sama kamu?"

###

Arabella Senja POV

Kehidupan seorang Arabella berubah belakangan ini. Biasanya cuma bolak-balik rumdis papa dan sekolah, sekarang mondar-mandir rumdis papa ke rumdis Mas Rim. Menyenangkan sih karena aku jadi sering nyetir mobil idaman saban waktu. Ternyata Mas Suami tuh bukan tipikal protektif ke benda kepunyaannya, tetap santai badai saat kupenuhi jok dengan bungkus camilan. Kayaknya dia bisa menerima kenyataan kalau istrinya ini nggak bisa nyetir tanpa ngemil. Tenang aja, aku bersihkan kok setiap selesai pakai Bleki - nama setir bundar mengkilat ini.

Aku suka Bleki karena aromanya enak mirip empunya, bukan Stella jeruk kok. Lagian di kendaraan itu kami juga mengukir banyak kenangan. Ya perasaan di setiap benda selalu ada jejak kami deh. Kayaknya aku mulai nyaman berkreasi sama Mas Rim, sedikit demi sedikit aku mengenal sisi lainnya selain cuma Predator Lalapan.

Tanpa terasa sekarang pernikahanku masuk ke hari kedelapan, tandanya pernikahan kakak dan Kak Baim tinggal 2 hari lagi. Oleh karena itu, kakak berisikku semakin sibuk eksperimen ini itu pada makanan rumahan. Nggak masalah sih, asal jangan suruh aku nyoba deh. Pertama, takut sakit perut. Kedua, males diomeli Mas Rim karena aku makan sembarangan. Btw, mental kakak kuat banget kena sindir saban hari sama Pangeran Julid.

Kalau aku nggak nikah sama Mas Rim, mungkin aku nggak bakal ngerasain masak menu sat-set saban pagi. Setiap pagi aku harus menuruti request Predator Sambal yang minta dimasakin menu yang beda. Kemarin pecel, sekarang pecel ayam pakai kremesan. Hadeh, untung cinta jadi tak masakin aja. Nggak masalah sih, sekalian aku curcol sama mama, 'kan?

Bahasan kami nggak penting-penting amat kok. Selain kesibukan menjelang hari bahagia kakak yang mirip ke reuni keluarga, aku dan mama juga bahas tentang masa lalu pasangan alias mantan. Jleb, harus ya Bel, iya harus. Aku ingin bersikap seelegan mungkin pas kenangan buruk tentang masa lalu Mas Rim kembali muncul. Gimana sih sudut pandang Mama terhadap masalah mantan, elah udah kayak bahas masalah elit global nggak seh?

"Mam, gimana sih rasanya berteman sama mantan pacar papa?" Begitu tanyaku.

Dengan elegan, Mama menjawab, "rasanya aneh, Dek. Cemburu tentu saja. Awalnya Mama tidak bisa menerima kenyataan kalau papa masih berhubungan dengan Tante Ariana apa pun alasannya. Tetapi seiring dengan pertambahan usia, kedewasaan kita juga bertambah. Perlahan tapi pasti Mama bisa menerima kehadiran Tante Ariana, bahkan sekarang jadi besan Mama. Ada apa sih, Dek? Mas Rimba punya mantan?"

"Nggak kok, Mam." Aku menggeleng kuat demi menutupi kenyataan.

Well, begitulah kata mama yang kuharap suatu saat bisa kuterapkan. Semoga saat aku berumur 20-an, kenangan tentang Adinda Parahita hanya seperti ketoprak yang wajib ditertawakan. Mungkin sekarang aku baper karena rasa cemburu, tapi suatu hari itu akan jadi cerita yang biasa saja.

Mama merapikan keranjang buah dan beberapa thinwall yang sedianya akan dibawa untuk menjenguk Kak Baim siang ini. Tangan putihnya begitu cekatan dan rapi dalam menyentuh sesuatu. Pasti Mama sudah berlatih ratusan kali hingga bisa seahli sekarang. Kata Papa, awal-awal Mama menikah mirip Kak Aera yang ceroboh dan berantakan. Kalau aku memang murni turunan Papa, makanya beberes sudah jadi keahlian tanpa banyak berlatih.

Di sela sibuknya aku membantu membungkus buah naga yang akan dibawa ke Sukapura, perut bawahku terasa sakit sampai aku mendesis kecil. Mama langsung mendatangiku dengan wajah cemas. "Sakit apa, Dek?"

"Biasalah, Mam. Akhir masa mens, kadang suka sakit. Cuma kontraksi ringan kok, cuman karena Bella agak kelelahan jadi agak sakit," jawabku berusaha menyantaikan wajah dengan peringisan.

Konstelasi Cinta // END(Rewrite Suddenly in Love)Where stories live. Discover now