Bab 26 Bintang Terterang

2K 211 29
                                    

"Andai kamu adalah bintang, maka namamu Bintang Biru - bintang terterang yang punya luminositas intristik yang lebih tinggi dibanding bintang-bintang yang lain".

###


Sebagai morning person, aku hampir tak pernah merasakan kesiangan. Jam 5 adalah jam yang paling siang menurutku, jam segitu aku sudah rapi dalam balutan seragam sekolah. Namun, ini adalah kali perdana aku bangun kesiangan. Jam 05.05 aku baru menggeliat dengan mata lengket. Ini juga kali perdana aku tidur di sebelah cowok lain, selain papa. Ini adalah momen aku tidur bersama suami ganteng yang manis senyumnya itu untuk pertama kali.

Engg, tunggu sebentar!

"Hwaaa!" pekikku 10 oktaf sembari melirik ke sebelah badan. Ada cowok yang sedang menatapku sayu dengan wajah dan rambut yang membasah. Dia terkesiap aneh setelah sebelumnya memasang wajah manis.

"Apa sih, Dek?" tanyanya tak suka.

"Ngapain sih Mas di sini?" Aku celingukan melihat ke segala sisi. Takut ketahuan kalau berduaan sama cowok di kamar. Namun, sebuah dorongan kecil mendarat di keningku.

"Jangan akting kepergok warga gitu kenapa! Kita ini bukan pasangan mesum, kamu amnesia apa demensia kalau kemarin aku udah halalin kamu!" semburnya judes. Mendadak aku lemas, kadar kepintaranku ndelosor ke dasar laut kayaknya.

"Oh iya."

Dia menggeleng heran sembari menarik selimutku kasar. "Makanya bangun pagi, Non! Alarm teriak-teriak kamunya ngowoh tak terkendali, pakai ngorok pula. Mandi sana, kembalikan nyawa!" omelnya sambil beberes pernik-pernik yang berantakan.

"Aku nggak ngorok, please!" ralatku yang dibalas lirikan judesnya.

"Mentang-mentang lagi mens tidur seenaknya." Aku langsung merengut tak suka.

"Aku nggak gitu!" bantahku kesal. Namun, aku langsung terkesiap gugup menutup mata karena Singkong-singkongan itu tiba-tiba membuka kaos putihnya.

Sungguh sial, demi apa mataku ternoda di pagi sebuta ini! Demi apa aku harus menikmati jejeran gerbong kereta di perutnya itu, hey! Demi apa dia telanjang dada di depan mata suciku. Iya deh, meski bibirku sudah dijamah olehnya, tapi ini kali pertama aku lihat cowok telanjang dada secara live!

"Mas gila apa gimana? Pelecehan!" Dia berdecak heran.

"Lagi, lagi! Terusin aja kayak kita belum nikah! Bella, Mas ini suamimu, ya! Mau nggak pakai baju sekalian juga halal. Tak lepas juga nih celana!" katanya setengah mengancamku. Aku tambah mencak-mencak sembari melemparinya dengan bantal.

"Nggak mau ih! Sana, serem!!" tolakku heboh sendiri. Bella lupakah kamu semalam sudah tidur di pelukannya? Bau parfumnya saja nempel di rambutmu!

"Hadeh, merusak mood pagi-pagi aja sih kamu!" keluhnya sembari menghempas kasur dengan kasar. Pegas kasurnya membuat tubuhku goyang, dia gegas menarik tanganku kuat.

Mataku masih merem dan aku selamat yeay! "Buka matamu, Bella. Aku nggak segila itu nunjukin anu di depanmu!"

Busyet, nggak kurang vulgar lagikah bahasanya? Mendengarnya ngamuk semacam itu, aku gegas mengintip dari sela-sela jemari dan mendapatinya sudah memakai kaos loreng. Jejeran gerbong kereta kotak-kotak itu sudah dibungkus rapi dan entah kapan dibuka lagi. Kapokmu kapan Bella, salah sendiri tadi nggak mau lihat!

"Mas mau ke mana?" tanyaku tiba-tiba bingung, setengah nggak rela dia ke mana-mana.

Dia menggosok wajahnya dengan pelembab aroma mentimun tanpa melihatku karena matanya fokus ke kaca. "Dinaslah ada apel pagi, Mas nggak cuti. Cuma ambil izin doang."

Konstelasi Cinta // END(Rewrite Suddenly in Love)Where stories live. Discover now