1 : new life

23 8 4
                                    

Buatlah cerita yang berawalan "Pagi ini, aku dibangunkan oleh..."

[]

Pagi ini, aku dibangunkan oleh sebuah guncangan yang cukup kuat untuk membuat kepalaku terbentur kaca mobil. Sebenarnya aku sudah bangun dua kali hari ini, saat pesawat hendak mendarat, dan saat ini. Sebagian besar dari enam belas jam waktuku di pesawat digunakan untuk tidur, itulah gambaran betapa capeknya aku.

Saat ini tubuhku seperti tidak sinkron. Kelopak mataku masih lengket dan enggan terbuka, tetapi sinar matahari yang menembus kaca mobil seolah mendobrak pertahanannya hingga membuatku silau. Kurasa aku mengalami jetlag—meskipun biasanya di jam segini juga aku belum tidur.

Oh, taksi yang kami tumpangi sudah mau berhenti di depan sebuah hotel.

Ayahku menengok ke belakang untuk mengecek keadaanku, lalu kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Tak berapa lama kemudian sang sopir menghentikan laju taksinya. Ayah membayar taksi kemudian kami bertiga menurunkan barang-barang bawaan kami.

"Ah, thank you, Sir," ucap ayahku setelah sang sopir membantu menurunkan bawaan kami.

"You're welcome, enjoy your time here!" balasnya ramah.

Kami membalasnya dengan senyuman ramah. Ketika mobil itu sudah melaju meninggalkan area hotel, aku dan ayahku berjalan menuju resepsionis. Sembari berjalan ayahku membuka percakapan dengan kalimat yang lebih mengguncangkan jiwa raga ketimbang guncangan yang membangunkanku tadi.

"You will go to school today," ucapnya kalem.

Reaksi jujurku adalah memelotot lalu bilang, "What the-? Are you serious?!"

Liburan musim panasku direnggut begitu saja?!

Oke, kata orang-orang di sini musim panasnya 11 bulan, kalau libur 11 bulan bisa-bisa anak SMA baru belajar membaca. Aku cuma mau melanjutkan tidur untuk enam belas jam berikutnya.

"Yeah, it's the first day of school. You gonna start your new life with your new friends in a new place today. You should get to know your new environment as soon as possible,"

Mulutku terkunci. Aku ingin melanjutkan protes tapi keputusan itu rasanya tidak bisa diubah dan aku terlalu lelah.

***

Bayangkan ketika upacara kau adalah salah satu murid tertinggi di sekolah, rambutmu cokelat hampir merah ketika diterpa sinar matahari, dan bukannya pakai seragam kau malah pakai kemeja kotak-kotak warna merah dan celana bahan warna hitam. Beberapa jam di lapangan ini adalah saat-saat paling menderita dalam hidupku.

Tadi saat baru datang aku beberapa kali salah barisan sampai harus ditarik penjaga barisan yang di belakang buat ditanyai sebenarnya aku kelas berapa. Ayahku tidak memberi tahu apa-apa sebelum akhirnya aku meneleponnya dan ia mengirimkan dokumen daftar nama-nama yang merupakan absensi kelasku. Ah, aku kelas XI IPS 4.

Orang yang menjaga barisan yang almamaternya beda dari yang lain itu menggiringku di tempat yang seharusnya. Sejak tadi aku mondar-mandir di barisan kelas sepuluh rupanya. Saat aku bergabung dengan kelasku, perempuan yang menggiringku barusan langsung merubah ekspresi wajahnya dari serius menjadi cengengesan saat berhadapan dengan temannya. Belum lagi tatapan dati ratusan pasang mata yang bolak-balik mengarah kepadaku karena selain aku tampak linglung, penampakanku juga begitu mencuri perhatian.

Kelegaanku rupanya hanya sementara. Kini aku harus merasakan sengatan sinar matahari secara langsung hingga membuat keringatku mengalir deras. Aku tak tahu harus menganggap orang di sekitarku sedang beruntung atau sial. Belum lagi kakiku yang mulai pegal karena berdiri sejak tadi.

Pak tua ini ngomong apa sih?! Enggak selesai-selesai!

Ketika kata-kata terakhir ia ucapkan, sampai situlah kukira penderitaanku akan berakhir. Sebenarnya habis itu terdapat penampilan dari para penjaga barisan yang tadi, meriah dan menarik. Namun, aku akan menceritakan part mengenaskannya saja.

Seperti halnya tadi di mana aku kebingungan mencari barisan, kali ini aku kebingungan mencari kelasku. Tapi itu sesungguhnya lebih mudah daripada saat mencari barisan, soalnya tiap ruangan ada tulisan nama ruangannya. Aku juga sudah cukup terbiasa menjadi pusat perhatian meskipun masih agak risih.

Begitu sampai di kelas aku langsung masuk dan duduk di kursi sisa yaitu kedua dari belakang dekat tembok dengan agak tergesa-gesa.

Salah seorang anak lelaki berjalan ke arahku dan duduk di kursi depanku. Pergerakannya diikuti beberapa anak laki-laki juga yang hendak menyambutku. "So you're the new kid?"

"Yeah," jawabku singkat.

"I'm Ali. What's your name?" Cowok berkacamata itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Kuakui tingkat kepercayaan diri dan logat bahasa inggrisnya keren juga.

"Sean." Aku menerima uluran tangannya.

"Ohh. Where are you come from?"

"London."

"Oh, so you're british?"

"Yeah, campuran. Mix Indo-Inggris."

"You can speak Indo?" Komentar seorang anak lelaki lain yang terlihat kaget.

"Sedikit," jawabku.

"So, how long you've been here?" Ali bertanya lagi.

"Tinggal di kota ini? Baru sampai tadi." Ah, rupanya aku masih agak kagok buat kembali berbahasa Indonesia. Padahal kupikir bekal membaca literatur-literatur Indonesia-ku sudah cukup. Rupanya mengucapkannya langsung tak semudah merangkai kata-kata di pikiran.

"Woah! But you have been living in Indonesia before, right? I think your bahasa is pretty advanced," ucapnya.

"Ya, pernah tinggal di beberapa kota dulu kecil, pindah-pindah."

"Wow, so you flew straight from London then attending school immediately?"

Aku tersenyum, lalu mengangguk. Percakapan kami terus berjalan. Aku juga berkenalan dengan anak laki-laki lainnya. Terlepas dari kesialan bertubi-tubi tadi pagi, hari ini cukup menyenangkan. Meski aku tak tahu berapa lama aku akan tinggal di sini, kuharap kami tidak akan pindah ke mana-mana lagi. Bertemu dengan banyak orang baru lalu harus berpisah beberapa lama kemudian itu memuakkan.

[]

Day one aman aza. Tunggu tanggal mainnya saat admin mencetuskan tema setting zaman paleolitikum. Aku yang kadung bikin teenfict SoL pasti kelabakan buat ngajarin tokoh-tokohku berburu dan meramu.

Kamis, 1 Februari 2024

REAKSI IV - NPC Daily Writing Challenge 2024Where stories live. Discover now