16 : dino hunting

7 3 0
                                    

Buatlah cerita dengan tokoh utama seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dari kejaran hewan buas.

[]

Dulu aku beserta saudara dan teman-temanku punya cita-cita tampil di acara Si Bolang. Kami sering berpetualang keliling desa sambil berebut siapa yang akan jadi Bolang, dan aku selalu kalah. Hanya ada satu bocah yang bisa menjadi Bolang, yaitu Arya. Bisa dibilang dia adalah pemimpin kami. Dia yang paling suka memerintah, suka memaksa, dan tidak mau kalah. Namun, ketika dia absen main bersama, rasanya kami seperti tidak punya tujuan. Meski dia sok jadi bos, dialah yang punya otak kreatif yang bisa membuat segala permainan menjadi seru dan memacu adrenalin.

Suatu hari aku memberi ide untuk kami menyusuri hutan untuk mencari dinosaurus. Desa kami terletak di kaki gunung, sehingga untuk mencapai ke pemukiman warga harus melewati jalanan yang kanan-kirinya hutan. Papa sering bilang saat kami lewat hutan-hutan kalau di dalamnya ada dinosaurus. Arya dan yang lainnya pun menyetujuinya. Namun, sepanjang perjalanan Arya masih memimpin pasukan kami dan terus menyudutkanku, "Mana? Katanya ada dinosaurus!"

Aku berpikir kalau kami harusnya lebih dalam ketika menyusuri hutan, mana ada dinosaurus tinggal di tempat yang pohonnya masih jarang-jarang seperti ini. Aku sempat beberapa kali menyarankan padanya agar kami bergerak lebih ke dalam lagi, tetapi dia sama sekali tak mengacuhkanku.

Akhirnya, karena kesal, aku berniat melancarkan aksi pemberontakan pada Arya. Aku memisahkan diri dan mencari dinosaurus sendiri. Mereka tampak tak menyadari kepergianku, jadi kulanjut saja.

Aku berjalan tanpa rasa gentar melewati pohon demi pohon hingga akhirnya aku mendengar suara gesekan daun dan suara ... babi?!

Kala itu aku masih cukup santai. Aku hanya berhenti berjalan, tolah-toleh, lalu mengedikkan bahu. Aku pun mulai berjalan lagi.

Namun, beberapa saat kemudian babi hutan itu benar-benar muncul. Ia berlari-lari kecil mendekatiku. Ukurannya lebih besar daripada tubuhku yang saat itu berusia enam tahun. Melihatnya semakin memangkas jarak di antara kami, aku meneguk ludah.

Kalian pikir pemburu dinosaurus sepertiku akan langsung terbirit-birit ketika ditampakkan babi hutan?

Aku hanya duduk di atas tanah yang tertutup dedaunan gugur. Kata Ibu, hewan liar tidak akan menyerang jika kita diam dan tak menunjukkan ancaman.

Hewan gemuk itu kini benar-benar berada di depanku. Ia memutari tubuhku, lalu sesekali mengendusi tubuhku. Aku tetap berusaha tenang. Aku menutup mata. Namun, ketika mataku tertutup, aku dapat mendengar suara itu lebih dekat dan embusan udara panas itu tepat mengenai wajahku. Hidungku pun mulai menangkap bau-bau kurang menyenangkan seperti ... bau hewan.

Aku pun membuka mata. Alangkah terkejutnya aku ketika moncong hewan itu menjadi pemandangan pertama yang kutangkap kala mataku terbuka. Aku pun bergerak mundur dan tak sengaja meloloskan teriakan.

Aku yang tak bisa santai lagi langsung beranjak berdiri dan lari sekencang-kencangnya. Babi hutan itu pun tampak terpacu meningkatkan kecepatannya.

Tampaknya, aromaku menggiurkan bagi babi hutan.

Kini aku tak sungkan lagi untuk berteriak sekencang-kencangnya. Babi hutan itu masih tak menyerah di belakangku. Setelah sekian lama berlari, aku menemukan pohon yang tak terlalu tinggi. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengerahkan seluruh kemampuan memanjatku demi mencapai dahan tertinggi. Sesampainya di atas, aku mengecek keadaan di bawah sambil terengah-engah. Aku terus memohon agar babi hutan tersebut pergi meninggalkanku. Aku tak berani menampakkan diriku pada babi hutan yang tengah kebingungan tersebut meski aku tidak yakin babi hutan adalah pemanjat andal.

Beberapa sat kemudian babi hutan yang kebingungan itu pun menyerah dan pergi dari tempatku. Kini aku terjebak di atas pohon di tempat yang cukup gelap. Ketika itu, aku mulai menangis dan menyesali semuanya. Harusnya, aku tak memercayai Papa. Aku 'kan sudah baca kalau dinosaurus itu sudah punah. Bagaimana bisa aku tetap percaya omongan papaku dan mengajak teman-temanku berburu dinosaurus?

Aku pun mulai meraung-raung dengan kencang. Selain karena aku memang tengah ketakutan, aku juga ingin mencuri perhatian siapa pun orang yang lewat. Tangisan histerisku sukses mengundang seorang bapak-bapak kurus yang tengah membawa sekarung besar ranting pohon.

Pria yang terlihat cukup tua itu menanyakan kenapa aku bisa nyangkut di pohon seperti ini. Aku pun menjawab jujur bahwa aku dikejar babi hutan. Ia kemudian memintaku untuk turun dan berkata bahwa aku tidak perlu khawatir karena ia akan menangkapku. Setelah turun, aku diantar ke luar olehnya.

Tak sampai ke rumah, Ibu dan teman-temanku sudah terlihat di tempat aku memisahkan diri tadi. Ibu yang begitu khawatir pun langsung berlari memelukku, begitu juga denganku yang langsung menghambur ke arahnya dengan tangisan yang makin keras. Aku mengabaikan rasa maluku karena telah sok-sokan pengin mencari dinosaurus dan mengajak teman-temanku untuk ikut serta rencana tololku. Ibu mengajak bapak itu mengobrol sejenak, lalu berterima kasih hingga menundukkan kepala berulang-ulang kali. Aku pun dibawa pulang sambil berada dalam gendongannya. Teman-temanku juga mengikuti kami kembali ke desa hingga masing-masing dari mereka memisahkan diri ke rumahnya masing-masing.

Sesampainya di rumah, aku langsung disuruh mandi. Selepas dimandikan, aku dimintai cerita selengkap-lengkapnya atas bagaimana kejadiannya sehingga aku tersesat di hutan. Setelah bercerita, Ibu memarahiku karena percaya dengan omongan Papa. Ia lalu menghukumku dengan tak membolehkanku bermain hingga sehari.

[]

Ini nggak bisa dibilang lanjutan sih, tapi ini berkaitan sama obsesi Sean akan dinosaurus pas kecil kayak di chapter 13.

Jum'at, 16 Februari 2024

REAKSI IV - NPC Daily Writing Challenge 2024Where stories live. Discover now