Hari 1 - Barzakh

107 17 10
                                    

Pagi ini, aku dibangunkan oleh seekor ular berkepala kucing yang menjilat-jilat pipiku.

Ataukah dia sebenarnya kucing berbadan ular?

Entahlah, aku tidak terlalu yakin. Yang jelas tidak ada kantuk yang tersisa saat kusadari tubuh licin hewan itu membelit lengan kiriku. Bintik-bintik kuning di badannya sesekali berpendar redup. Tampak sangat kontras dengan sisik hitam yang memenuhi tubuh ularnya.

Aku menyentak tubuh ke posisi duduk. Hewan yang setengah imut setengah menyeramkan itu langsung melepas lilitannya. Dia kemudian bergelung di sampingku seperti sebuah arca kecil dengan kedua mata yang terus mengawasi setiap gerak-gerikku. Apa yang kualami sekarang terlampau aneh untuk kupahami. Kurasa, aku tidak akan heran jika hewan itu bisa bicara.

"Selamat datang di Alam Persinggahan." Si kepala kucing benar-benar berbicara layaknya manusia.

Ternyata, tebakanku salah. Aku tetap terheran-heran saat mendengarnya. Mulutku sampai menganga lebar, sementara otakku seperti habis terkena serangan beku.

"Mulai hari ini, kau akan menjadi murid di Sekolah Persiapan Masuk Surga. Karena di tempat ini tidak ada matahari sebagai penanda waktu, pastikan kau selalu memeriksa jam tanganmu."

"Ha?" Aku kembali melongo. Sekolah Persiapan Masuk Surga katanya? Belum pernah aku bermimpi seaneh ini.

Seperti dapat membaca isi kepalaku, hewan itu kembali bersuara, "Kau tidak sedang bermimpi. Tanggal 31 Januari 2024 pukul 22.00 waktu setempat, kau telah mati dalam usia 24 tahun. Kau terlalu baik untuk masuk neraka, tetapi sayangnya tidak cukup pintar untuk masuk surga. Oleh karena itu, kau diberi kesempatan untuk menambah pengetahuan agar bisa lulus ujian masuk surga."

"Ha?" Lagi-lagi, cuma suku kata itu yang dapat kuucapkan. Hanya saja, kali ini lebih keras dan disertai dengan kerjap bingung di kedua mata.

Aku tidak tahu emosi mana yang harus kukedepankan. Kaget karena katanya aku sudah mati? Senang karena aku tidak masuk neraka? Atau kesal karena dibilang tidak cukup pintar?

Ekor si hewan menunjuk ke arah pergelangan tangan kiriku. "Empat puluh delapan menit lagi kelas pertama akan dimulai. Jangan sampai terlambat."

"Apa aku tidak bisa langsung masuk surga saja?" Aku coba menawar. Sebagian besar hidupku dihabiskan dengan bersekolah dan selama itu pula tidak ada pengalaman yang menyenangkan.

Gelengan pelan si kepala kucing mengingatkanku pada ular yang sedang menari dalam film-film India. "Sudah aku bilang, kau tidak cukup pintar untuk masuk surga."

Aku mengesah keras. Bagiku, sekolah sama mengerikannya dengan neraka.

"Kalau masuk neraka bagaimana?" Aku coba menawar lagi.

"Neraka sudah terlalu penuh."

"Ah, begitu, ya?"

Masuk akal, sih. Jika dipikir-pikir lagi, aku juga tidak mau masuk neraka. Cepat atau lambat, di sana, aku pasti akan bertemu lagi dengan para tukang bully itu. Menyeramkan.

"Ingat. Jangan lupa untuk mengecek jam. Setiap kali terlambat, kau harus mengulang dari awal," pesan hewan aneh itu sebelum melata keluar.

Aku melirik angka-angka yang berpendar di pergelangan tangan kiriku. Angka-angka itu terus berubah, menghitung mundur menit yang tersisa sampai tiba waktunya kelas pertama yang disinggung hewan tadi dimulai.

Tidak, tidak. Ini tidak mungkin terjadi! Aku tidak pernah mendengar adanya Sekolah Persiapan Masuk Surga. Ini pasti hanyalah salah satu mimpi yang singgah di benakku setiap kali aku menenggak obat pereda sakit itu. Hal terakhir yang kuingat adalah tulang-tulang yang terasa remuk setelah mereka menggeretku ke lorong sepi dan menendangi tubuhku. Mungkin aku meminum obat itu terlalu banyak, makanya mimpiku jadi absurd begini.

Kucubit lengan kiriku. Tidak sakit!

Benar, kan, ini hanya mimpi. Aku tersenyum lebar. Apa kata orang untuk membuat diri kita terbangun dari sebuah mimpi buruk? Hmm, kalau tidak salah kita hanya perlu tidur dalam mimpi tersebut, kan?

Aku pun memutuskan untuk merebahkan tubuh ke kasur dan menarik kembali selimut. Kupejamkan mata sembari menghitung bintik-bintik cahaya yang muncul di balik kelopak mata. Pelan-pelan, aku pun kehilangan kesadaran.

>>>0<<<

Kurasakan sesuatu yang kasar dan licin menyentuh pipiku. Mataku terasa sangat lengket. Perlu usaha cukup keras untuk membuatnya terbuka.

Saat kutatap mata bulat yang menggemaskan itu, aku seperti mengalami deja vu. Kukucek mata, berharap hal itu hanya khayalan yang tersisa karena aku tidur terlalu lelap. Namun, tidak ada yang berubah saat kubuka kembali mataku.

"Selamat datang di Alam Persinggahan." Si kepala kucing menyapaku lagi.

[654 kata]

>>>0<<<

Tema DWC Hari-1:

Buatlah cerita yang berawalan, "Pagi ini, aku dibangunkan oleh..."

P.s. Tema tidak boleh diubah sama sekali, ya.

>>>0<<<

Ceritamela:

Have I told you that this work will be very random and absurd?

Karena banyaknya proyek yang harus saya kerjakan, jadi saya memang berniat untuk mengikuti event ini tanpa banyak berpikir.

Pokoknya apa yang terpikir waktu di depan laptop, tulis saja. Yang penting masuk tema dan bisa lapor tepat waktu. Jadi, tulisan yang tayang tiap harinya sangat mungkin akan sangat berbeda vibe-nya.

I've warned you.

Under The Same SunWhere stories live. Discover now