Hari 18 - Salah Omong

15 2 3
                                    

Silahkan kunjungi work DWC peserta yang nomor urut ⁠pendaftaran nya ada di bawahmu (apabila kamu berada di daftar terbawah, kunjungi peserta nomor urut pertama), kemudian buatlah lanjutan cerita untuk cerita HARI KEDUA yang telah dibuat.

Tokoh utama, latar, dan alur cerita yang kalian dapatkan tidak boleh diubah sama sekali. Apabila kalian ingin menambahkan karakter kalian di cerita silahkan, tapi sebagai karakter pembantu. Alur cerita diharap tidak kontradiksi dengan cerita aslinya.

=0=

Panas. Hawa di tempat ini benar-benar panas. Entah di linimasa mana aku berada. Tempat ini pun kelihatannya bukan bumi. Apa aku terdampar ke planet lain. Sepanjang mata memandang, yang kulihat cuma pasir di mana-mana.

Guru mata pelajaran Hikmah dan Pembelajaran memang tadi sempat berkata tempat tujuan masing-masing murid akan dikirim secara acak.

Hikmah pertama yang kuambil dari simulasi ini adalah di mana-mana selalu saja ada orang tua menyebalkan yang membela anak mereka secara membabi buta. Seorang bapak-bapak berkacamata tengah adu mulut dengan pria berpostur tegap yang tadi ditabrak oleh anak si bapak. Padahal aku tadi jelas-jelas melihat bahwa yang salah adalah anak si bapak yang lari-lari tanpa memperhatikan sekeliling, bukan salah pria-yang katanya adalah seorang mercenary-itu.

Akhirnya kami diperintahkan masuk ke minibus. Bagian luar setiap kendaraan dilapisi baja, mirip kendaraan di film-film genre post-apocalypse. Tapi ,ternyata bagian dalamnya cukup nyaman. Ada pendingin udara yang meniupkan udara sejuk. Tahu gitu, aku sudah masuk lebih dulu ke dalam kendaraan ini sejak tadi.

Kebetulan pria mercenary tadi duduk di dekatku. Jika kulihat-lihat, tampangnya tidak semenyeramkan yang kubayangkan. Rasa penasaranku pun terbit. Sewaktu hidup, aku hanya berurusan dengan para petani dan pemetik buah pir. Belum pernah aku bertemu seorang mercenary sebelumnya.

"Aku dengar Paman seorang mercenary. Apakah Paman jago berkelahi?" tanyaku dengan nada seramah mungkin.

Ah, aku tarik kembali kata-kataku. Pria itu justru menatapku sinis, terlihat kesal. Dia melengos dan tidak menghiraukanku.

Apa aku sudah melakukan kesalahan? Tak ingin membuat masalah, aku pun memutuskan untuk mengatupkan bibir. Tampaknya pria itu sedang tidak ingin mengobrol ringan dengan orang asing.

Kendaraan yang kami tumpangi ini tiba-tiba mengerem mendadak. Terdengar suara ribut-ribut di luar, lantas salah seorang kernet menghampiri pria di sebelahku.

"Kau seorang mercenary, kan? Bisa bantu kami membasmi kadal-kadal gurun yang menghalangi jalan?" tanya kernet tersebut.

"Ada bayarannya, kan?"

"Tentu saja."

Pria itu pun bangkit sambil membawa tas selempangnya. Aku yang bosan setengah mati sejak tadi, diam-diam mengikuti mereka. Penumpang lain tampaknya tak tertarik keluar. Sebagian besar dari mereka tengah terlelap, termasuk anak-anak kecil yang tadi ribut luar biasa.

Salah seorang kru rombongan meminjamkan sebuah tombak panjang kepada si mercenary. Pria itu kemudian berlari ke arah badai pasir yang tengah berkecamuk di depan mobil ATV yang memimpin rombongan. Tidak kusangka untuk seseorang dengan postur sepertinya, gerakannya sangat gesit.

Aku tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi karena debu dan pasir beterbangan di mana-mana. Yang dapat kudengar raungan dan teriakan yang mewarnai suara pertarungan di depan sana.

Badai pasir tiba-tiba reda. Beberapa bangkai kadal raksasa bergelimpangan di tanah, sementara pria mercenary tadi dengan santainya berjalan kembali ke minibus. Dia mengembalikan tombak kepada kru rombongan.

"Kalau Anda tidak cepat masuk, Anda bisa ditinggal rombongan, Pak Tua," kata pria itu saat melintas di hadapanku.

Aku refleks menoleh ke kanan dan kiri. Tidak ada orang lain di sini.

Buru-buru aku mendekat ke spion minibus. Kulihat sebuah wajah penuh keriput balas menatapku. Tanganku menyentuh rambut, begitu pula pria di dalam cermin itu. Pantas saja pria tadi tersinggung saat kuajak berkenalan.

Hikmah kedua yang kudapat dari simulasi ini. Jangan sembarangan memanggil orang lain Paman jika penampilanmu seperti pria berumur tujuh puluhan.

=0=

Ceritamela:

Honorary mention kepada Kak Catsummoner yang sudah meminjamkan Om Bebek untuk menjadi tokoh utama dalam cerita ini.

POV 1 nya memang dari Leo yang isekai ke tubuh kakek-kakek. Tapi, Leo cuma jadi pemeran pembantu, mirip dr. Watson di seri Sherlock Holmes.

Begitulah. Mohon dimaklumi

Under The Same SunWhere stories live. Discover now