Hari 5 - Di Atas Bianglala

14 5 3
                                    


Meski mereka telah naik sejauh 150 meter, ujung Sungai Madu tetap tidak terlihat oleh mereka. Ternyata, bianglala yang mereka naiki masih kurang tinggi.

"Wah, kita bisa melihat asrama dari sini." Aster yang duduk di seberang Carlos menunjuk ke arah selatan. Matanya bulatnya berbinar-binar.

Kehebohan Aster berbanding terbalik dengan Vina yang mengkerut di sampingnya.

"Kamu takut ketinggian?" tanya Carlos pada gadis berkulit kuning langsat itu.

Masih dengan kepala tertunduk, Vina mengangguk. Pandangan matanya terus tertanam ke kakinya, seakan dengan begitu dia dapat melupakan kenyataan bahwa mereka tengah berada di titik tertinggi alam persinggahan.

"Kenapa mau-mau saja naik bianglala?" Carlos mengesah. Pasti tadi Aster yang menyeret Vina ke sini tanpa bertanya apakah gadis itu bersedia atau tidak.

"Ah, maafin aku, Vin. Harusnya aku bertanya dulu apakah kamu ingin naik atau tidak." Rasa bersalah membayang di manik matanya.

Benar, kan! Carlos mendengkus. Sudah dia tebak seperti itu yang terjadi. Aster terlalu bersemangat hingga lupa memastikan, sementara Vina tidak punya keberanian untuk menolak.

"Sebentar lagi kita turun, kok." Carlos berkata dengan nada bicara lebih lembut. "Kamu tidak mual, kan?"

Rasa takut bisa mengaduk-ngaduk perut seseorang. Bisa repot kalau Vina sampai muntah di sana.

Carlos dan salah satu temannya pernah bersembunyi dari tukang pukul yang dikirimkan rentenir. Mereka bersembunyi di sebuah kargo hingga tidak sengaja ikut terangkut ke atas kapal. Temannya itu takut pada laut karena seluruh anggota keluarganya mati tenggelam saat berusaha mengungsi. Begitu mencium aroma air laut, si teman langsung memuntahkan isi perutnya yang tidak seberapa dan membuat Carlos ikut-ikutan merasa mual. Carlos tidak ingin hal yang sama terulang.

"Sayang sekali, padahal pemandangannya sangat indah, lho, Vin," ucap Aster sambil melayangkan pandangan ke luar jendela.

Vina tampak takut-takut mengintip. Carlos bisa melihat bahwa gadis itu sebenarnya cukup penasaran.

Sembari membuang napas dengan kasar, Carlos mengulurkan tangan ke arah Vina. "Pegang tanganku dan Aster. Kami akan memastikan kamu baik-baik saja di atas sini."

Setelah Carlos berucap demikian, Aster pun ikut menjulurkan tangan kepada Vina. Gadis berambut legam itu menyambut uluran tangan mereka, lalu terlihat berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengintip ke luar.

Carlos merasakan genggaman Vina makin erat, tetapi dilihatnya bibir gadis itu perlahan mengukir senyum lebar. Mata Vina tampak berbinar bahagia. Rona merah perlahan mengisi wajahnya yang pucat.

Dasar cewek aneh! Carlos memalingkan muka. Daun telinganya terasa panas. Bisa-bisanya dia tersipu hanya karena hal remeh seperti itu.

[383 kata]


>>>0<<<

Tema Hari Ke-5:

Buatlah cerita yang mengandung tiga kata ini: sungai, bianglala, rentenir.

Maksimal 1000 kata.

>>>0<<<

Under The Same SunWhere stories live. Discover now