Hari 16 - Lari

4 1 1
                                    

Tema Hari Ke-16

Buatlah cerita dengan tokoh utama seorang anak kecil yang sedang bersembunyi dari kejaran hewan buas. Tambahan, anak kecil di sini berumur sekitar 5-13 tahun ya.

=0=

Aku menahan napas saat singa berekor kalajengking itu melintas di dekatku. Dadaku rasanya seperti akan meledak. Takut. Aku sangat takut hewan buas itu akan menemukanku.

Wajah Ayah dan Ibu terbayang di kepalaku. Air mata pun tumpah membasahi pipiku. Aku belum sempat meminta maaf kepada mereka karena terlalu sering bandel melanggar larangan. Mereka sudah sering bilang agar aku tidak keluyuran terlalu jauh, tapi rasa penasaran membuatku mengabaikan pesan mereka. Sekarang, aku terjebak di tempat ini.

Suara geraman hewan itu dapat kudengar dari balik dinding. Aku tidak berani mengintip. Bahkan, aku tidak berani membuka mata. Kupejamkan mata seolah jika aku tidak dapat melihatnya dia pun tidak dapat melihatku.

Suara langkah hewan itu terdengar makin jauh. Aku mulai bernapas lagi meski dengan sangat berhati-hati. Katanya, hewan itu punya pendengaran yang tajam. Aku tidak mau terlalu rakus menghirup udara sampai menimbulkan bunyi yang menarik perhatiannya.

Setelah napasku normal, aku memberanikan diri membuka mata. Kutengok ke luar melalu celah dinding tempatku bersembunyi. Tidak kulihat sosok hewan jadi-jadian itu di mana pun.

Aku pun memutuskan kabur dari tempat itu. Aku tidak ingin mati muda. Usiaku bahkan belum genap 12 tahun. Aku masih ingin berkeliling dunia. Aku masih ingin bertemu dan berkenalan dengan para penyintas lain. Aku masih ingin ...

Jantungku seperti terlepas dari tempatnya ketika suara auman hewan itu terdengar lantang membelah udara. Mendadak, aku kehilangan tenaga. Kakiku terasa lemas dan tidak sanggup kugerakkan.

Aku duduk bersimpuh. Kuharap Ayah dan Ibu tidak perlu melihat mayatku. Tidak bisa kubayangkan bagaimana wujudku setelah dicabik-cabik hewan itu.

Tapi, di detik-detik terakhir sebelum hewan itu melompat, aku menemukan lagi keberanian. Kakiku kembali dapat digerakkan. Aku segera berguling ke depan, melompat berdiri, lalu berlari sekencang yang kubisa.

Aku berlari secara zigzag. Melompati puing demi puing bangunan. Mataku sesekali melirik ke belakang. Singa itu makin dekat, tapi langkahku pun makin cepat.

Aku sampai di depan sebuah lubang yang menganga lebar. Saking dalamnya, aku tidak bisa melihat dasar lubang itu. Tapi, aku bisa mendengar suara aliran air.

Auman si singa terdengar lagi. Kulihat dia bersiap menerjang ke arahku. Pilihanku hanya diterkam singa atau melompat ke dalam jurang. Keduanya dapat membuatku mati muda. Menyedihkan sekali. Tapi, rasanya mati tenggelam jauh lebih baik daripada mati diterkam singa. Jadi, aku pun memutuskan untuk melompat.

Under The Same SunWhere stories live. Discover now