Hari 10 - Buah Pir

9 3 2
                                    

Tema Hari ke-10

Ambil buku fiksi terdekat dari kalian, buka HALAMAN 6,

lalu buat CERITA yang terinspirasi dari DUA KATA PERTAMA pada halaman tersebut.

>>>0<<<

"Jadi, pada usia berapa kalian meninggal?" tanyaku di sela makan siang entah yang ke berapa. Sejak hari pertamaku sekolah, aku selalu makan siang dengan Aster, Vina, dan Carlos. Ternyata mereka cukup populer di tempat ini, jadi kurasa tidak ada salahnya terus bergaul dengan mereka.

"Delapan belas tahun," jawab Aster santai sambil menjilat es krimnya.

"Aku enam belas tahun," tutur Vina malu-malu.

Berarti benar, ya, yang tertulis di buku panduan? Berapa pun usia terakhir saat masih hidup tidak akan berpengaruh di sini. Semuanya dibangkitkan lagi dalam usia 15 tahun.

Aku melirik Carlos yang tampak sengaja mengabaikan pertanyaanku barusan.

"Kau sendiri umur berapa?" Aster balik bertanya kepadaku.

"Tujuh belas tahun."

"Ah, kalau begitu, Carlos yang paling tua di antara kita," terang Aster sambil mengangguk-angguk. "Bagaimana keseharianmu sewaktu hidup? Apakah kau sekolah, atau bekerja?"

"Aku homeschooling. Sehari-hari, aku membantu orang tuaku di kebun pir."

"Wah, keren. Pasti enak, bisa makan pir setiap hari," celetuk Vina. Baru kusadari bahwa hari ini dia memilih buah pir sebagai makan siangnya, meski jenis pir yang berbeda dengan yang ditanam oleh orang tuaku.

"Entah. Aku tidak suka pir," kataku sambil menahan diri untuk tidak menunjukkan raut jijik di depan teman-teman baruku.

Sebenarnya, bukan buah pirnya yang kubenci, tetapi kenangan buruk yang ditorehkan ayahku ketika aku masih kecil. Jika aku membandel, dia akan mengurungku di gudang tempat menyimpan pir-pir setengah busuk yang akan dibuat menjadi selai. Baunya sangat memuakkan. Sayangnya, ayah dan ibuku tak mau mengerti jika aku menolak memakan pir yang tersaji di meja makan. Sambil mengata-ngataiku, mereka mencecokiku dengan potongan-potongan pir itu.

"Ironis, ya. Anak seorang petani pir tidak menyukai pir." Akhirnya Carlos bersuara.

Aku tidak bisa membaca makna di balik ekspresi Carlos. Pemuda yang satu itu selalu memasang poker face yang sulit diterjemahkan jika sedang berbincang denganku.

"Kita, kan, tidak harus menyukai apa yang disukai orang tua kita, Carl." Aster membelaku.

"Makanya aku bilang ironis." Carlos meletakkan kembali gelas limunnya. "Di rumahnya pasti penuh dengan buah pir, padahal dia tidak suka. Bukankah itu sudah seperti neraka kecil? Untung kamu mati muda, jadi tidak perlu menjadi petani pir untuk melanjutkan bisnis keluargamu."

Oh ... Aku tidak menyangka ternyata Carlos bersimpati kepadaku. Kupikir dia berniat meledekku. Mungkin Carlos tidak buruk-buruk amat untuk dijadikan teman.


>>>0<<<

ceritamela:

Seperti di gambar yang tersemat di atas, 2 kata yang saya dapat dari buku terdekat adalah 'No' dan 'Poirot'.

Kalau kalian suka baca cerita detektif, pasti kenal Hercule Poirot, kan. Novel yang ada di atas tempat tidur saya adalah The Monogram Murders karya Sophie Hannah yang menceritakan kasus baru Hercule Poirot, detektif partikelir karya Agatha Christie. 

Tapi, karena saya lagi ga mau mikir banyak-banyak, saya cari arti Poirot. Ternyata dalam bahasa Prancis, Poirot itu bisa dimaknai sebagai petani atau penjual pir. Jadi, mari kita pakai ini saja sebagai inspirasi.  Demikian dan terima vote.

Under The Same SunWhere stories live. Discover now