O3. Deadly Triangle

15.7K 1.6K 21
                                    

Familyship & brothership

.

Suasana ruang keluarga terasa sangat sepi, tidak pernah ada yang namanya berkumpul bersama sambil menonton tayangan televisi diiringi canda tawa di kediaman super mewah milik Alynx.

Terkadang Acrux ingin merasakan bagaimana rasanya punya keluarga yang harmonis seperti dulu, dimana ibunya yang membuatkan cookies untuk teman nonton film bareng, ayahnya yang selalu menggoda triples atau suara cadel dari adek keempatnya yang masih berusia dua tahun. Acrux menghela napas lalu menyenderkan badannya pada sofa, matanya mendongak melihat lampu gantung bergaya Eropa klasik.

"Kak Acrux?! Kakak kapan datangnya?" Suara yang lebih lembut dari adiknya yang kembar tiga itu mengalun, sangat menenangkan.

Acrux menatap pemuda yang kini tengah duduk di sampingnya, sosok yang selalu menjadi alasannya untuk bertahan, alasannya untuk tersenyum dan alasannya untuk masih berada dirumah ini. Dia adik bungsunya, Auriga.

"Satu jam lalu mungkin," jawab Acrux dengan lembut, tangan kirinya mengusap surai Auriga dengan lembut, mata yang awalnya menatap tajam kini berubah sedikit berbinar. Semua kata dingin, otoriter dari Acrux akan menguap hilang jika bersangkutan dengan Auriga. Sifatnya yang sedikit lembut ini hanya ditunjukkan pada Auriga, adiknya yang kembar tiga, adik keempatnya dan Dene.

Auriga menyenderkan kepalanya pada bahu lebar sang kakak, matanya terpejam menikmati usapan Acrux, "Hm begitukah? Oleh-olehnya?" tanya Auriga mengadahkan tangannya dengan nada ceria.

Auriga itu anaknya easygoing, ia sangat mudah bergaul dengan siapapun, ia juga punya banyak kenalan di luar sekolah. Jika dilihat, Auriga seperti tak punya beban apa pun. Namun nyatanya, tak ada yang mengerti kehidupan asli dari Auriga, sosok pemuda yang berusaha mengambil perhatian sang ayah walau nyatanya tak pernah bisa.

Acrux yang mendengar itu tertawa pelan, tangannya menggusak surai Auriga, "Nanti ya, sehabis makan malam."

Auriga mengangguk dengan semangat, bahkan rambutnya pun juga ikut bergerak, "Okay! Btw kakak-kakak yang lain sudah datang?" tanya Auriga celingukan.

Acrux mengangguk lalu menggelengkan kepalanya, em ia juga bingung. Jadi yang datang kan masih satu orang dan yang ditanyakan Auriga adalah kakak-kakaknya, jadi ya begitulah, "Aldebaran ada di kamarnya, baru saja datang."

Binar mata Auriga terlihat, ia sangat ingin bertemu kakaknya yang satu itu, "Auriga ke kak Alde dulu ya, bye bye," pamit Auriga pada Acrux dan langsung berlari menaiki tangga.

Acrux membolakan matanya, adeknya itu kenapa sangat suka berlarian ditangga sih, kalau jatuh bagaimana coba? "Jangan lari Auriga!" peringat Acrux. Tapi namanya juga Auriga, ia tak akan mendengarkan peringatan kakak pertamanya itu, karena sebenarnya yang paling menyeramkan adalah kakak kembar tiga yang berbeda enam tahun dengannya.

Acrux hanya bisa menghela napas, "Huft, anak itu."

"Kak,"

Suara rendah dan dalam itu terdengar di ruang keluarga, ia menoleh pada ketiga pemuda yang berdiri tak jauh dari dirinya.

Acrux tersenyum tipis, "Triplets selamat datang."

Ketiganya mengangguk dan duduk di sofa yang berseberangan dengan Acrux, "Kami pulang."

Tak lama kemudian ada seirang maid yang datang membawakan tiga cangkir teh hitam untuk Tuan muda kembarnya, lalau maid itu undur diri.

"Gimana perjalanan bisnis kakak?" tanya salah satu dari mereka yang mengenakan piercing berbandul sayap di telinga kanannya, Arcturus Cygnus de Lynx.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang