23. Saga

12.1K 1.9K 170
                                    

Familyship & brothership

.

Dua bulan telah berlalu, Alynx masih setia pada tidur lelapnya. Anak-anak Alynx pun bergantian untuk menjaga sang ayah, terkadang Regulus dan Sirius juga ikut bergantian untuk menjaga. Keamanan di lorong Alynx memang ketat, namun tak ada yang tak mungkin untuk orang asing masuk.

Saat ini waktu Acrux untuk berjaga. Ia melimpahkan semua pekerjaannya hari ini pada Ace, sang sekretaris, karena sejak pagi tadi ia sudah berada di rumah sakit.

Acrux tak tahu harus bagaimana lagi, kecelakaan ayahnya memang sudah direncanakan. Antares memberikan berkas-berkas mengenai alat yang di pasang di leher sopir itu. Memang benar alat yang tertanam adalah sebuah alat komunikasi jarak jauh yang terhubung dengan seseorang. Ia marah, namun sayangnya sopir itu meninggal saat setelah melakukan operasi. Sedikit janggal, tapi ia terus mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan sopir truk itu. Alat itu pun tak dapat menyimpan pecakapan yang sedang berlangsung.

Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam, sepertinya para adik-adiknya tengah tertidur lelap.

Ponselnya berdering, sontak ia langsung mengambil ponsel itu dan mengangkat telepon Ace.

"Halo," Sapa Acrux pada Ace di seberang telpon sana.

Ace berbicara sesuatu mengenai apa yang ia temukan tentang sopir truk yang menabrak ayahnya.

"Sebentar aku akan ke sana," ucap Acrux lalu mematikan panggilan telponnya dan berlari menuju ruangan Jex yang tak jauh dari ruang rawat Alynx.

"Jex," panggil Acrux sesaat setelah mengetuk pintu ruangan Jex.

Jex yang sedari tadi fokus pada komputernya kini beralih menatap Tuan muda pertamanya, "Ya Tuan muda?"

"Jaga ayah sebentar, aku ada urusan di luar," ucap Acrux lalu pergi dengan tergesa-gesa.

Jex hanya menatap bingung sambil mengedipkan matanya beberapa kali, "Baik, hati-hati di jalan," ucapnya.

.

Tap
Tap
Tap

Suara langkah menuruni tangga yang gelap itu terdengar menggema. Setelah melewati tangga sosok yang memakai jaket kulit berwarna hitam dengan sebuah laptop yang berada di tangan kanannya berbelok ke arah lorong dan berhenti di sebuah pintu yang terbuat dari besi. Pintu besi itu sudah memiliki kerak di beberapa bagiannya, namun tetap terlihat kokoh.

Krek

Suara pintu besi yang terbuka terdengar sedikit mengerikan, pintu itu memang hanya bisa dikunci dari dalam, ditambah lagi suasana yang ramang-remang dari lilin-lilin yang tertempel di dinding ruangan berpintu besi itu.

Sosok berjaket hitam itu duduk di kursi depan meja yang lumayan panjang lalu meletakkan sebuah laptop berwarna hitam di atas meja.

Manik matanya menatap datar layar laptopnya yang baru saja ia nyalakan.

"Sudah waktunya, bukti terkumpul dengan jelas, waktunya eksekusi."

"Acrux, semoga informasi ini dapat membuatmu menghilangkan pikiran gilamu itu, aku tahu resikonya. Aku akan membantumu untuk menyelesaikannya," ucapnya, jari-jarinya dengan lihai dan begitu cepat mengetik ringkasan yang ada di otaknya. Ia mengirimkan pesan pada Acrux lewat sebuah situs dimana hanya segelintir orang yang tahu. Sistemnya mirip seperti mengirim pesan lewat email. Namun ini lebih rahasia lagi. Penerimanya tak akan mengetahui akun dari pengirim, namun pengirim wajib tahu akun penerima agar bisa mengirim pesannya. Maka dari itu situs ini bisa digunakan untuk membagikan suatu informasi secara rahasia dan aman.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang