26. Pulang

9.5K 1.6K 228
                                    

Familyship & brothership

.

Hari minggu seperti biasanya, Alynx tengah menyiapkan sarapan untuknya dan para anak-anaknya. Menunya simple saja ada ayam pedas manis, tumis sawi dan jagung juga ada perkedel kentang. Selama memasak tadi, ia dibantu Auriga dan Aldebaran. Sepertinya Aldebaran mulai tertarik pada memasak. Lebih tepatnya, lagi caper sama ayahnya.

"Jangan ada yang makan dulu ya," peringat Alynx sambil meletakkan perkedel kentang di atas meja makan lalu duduk di kursi.

Antares menatap Alynx bingung, "Lah, emang kenapa?"

"Udah diem dulu," jawab Alynx mengarahkan jari telunjukknya di depan bibir.

"Nunggu siapa sih?" Antares berbisik pada Aldebaran yang sibuk dengan rubik 5x5 milik Arcturus.

Aldebaran mengangkat bahunya singkat, "Mana gue tau, tanya ayah lagi gih."

"Lo aja deh," tolak Antares.

Aldebaran menatap Antares sinis, "Malah nyuruh adeknya," gerutunya.

Antares mengangguk, "Itu fungsi adek," jawabnya sambil tersenyum lebar.

"Ih gemes deh, pengen gue bunuh," gumam Aldebaran melirik Antares dengan ekor matanya.

"Yah, emang nunggu siapa sih?" Tanya Aries yang jengah dengan bisik antara Antares dan Aldebaran.

"Bentar lagi juga tahu," jawab Alynx sambil menyunggingkan senyum misterius.

Tap
Tap
Tap

Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah ruang makan. Para anak Alynx tengah menerka-nerka siapa yang ditunggu oleh ayah mereka. Omanya kah? Sirius? Regulus? Atau jangan-jangan ayahnya punya calon istri?!

"Maaf, telat," ucap sosok yang baru saja datang mengenakan pakaian santai. Lalu duduk di kursi yang biasa ia duduki.

Antares memutar bola matanya malas,"Ck, kenapa ada dia sih?!" Tanyanya tak terima lalu berdiri dari duduknya. 

Arcturus melirik Acrux sinis lalu berdiri dari duduknya, mengikuti Antares yang berjalan menjauhi meja makan.

Acrux yang melihat respon Antares seperti itu tak enak hati dan menatap Alynx.

"Antares, Arcturus, kembali!" Perintah Alynx dengan tegas. Semuanya harus segera diselesaikan, jika berlama-lama malah akan membuat hubungan semakin merenggang, seperti itu pikirannya.

Acrux memang bersalah, tapi tak sepenuhnya bersalah. Dirinyalah adalah objek utama Acrux seperti ini, berarti ia juga andil dalam kejadian ini. Maka dari itu, ia bertanggung jawab atas marahnya anak-anaknya yang lain pada sang kakak pertama.

Antares yang mendengar suara berat sang ayah langsung menghantikan langkahnya, "Ayah! Dia itu udah gila. Dia jahat! Pokoknya dia itu bajingan!"

Alynx menatap Antares yang lumayan jauh dari nya, "Lantas bagaimana dengan ayah dulu? Buktinya sekarang kalian bisa memaafkan ayah bukan? Begitu pula dengan kakakmu ini, semua orang punya alasan masing-masing dalam mengambil keputusan. Bermusuhan antar saudara itu tak baik Arcturus, Antares," ucapnya dengan nada yang selembut mungkin. Jika ia juga berteriak dan berbicara dengan datar, itu akan memberi kesan bahwa dirinya membela Acrux. Makanya Alynx berbicara dengan hati-hati pada Antares, agar apa yang dia ucapkan sampai pada hati Antares dan yang lainnya.

Alynx tersenyum tipis ketika Arcturus dan Antares tak menjawab apa pun dan hanya diam, "Sekarang kita makan dulu ya, habis sarapan kita bicarakan. Hari ini hari libur, tak ada punya kegiatan bukan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang