22. Cedric Aleston

12.8K 2K 131
                                    

Familyship & brothership

.

Bunyi mesin EKG terdengar dengan layar monitor yang menampilkan grafik tak beraturan dari denyut jantung Alynx. Setelah kejadian beberapa jam yang lalu, Acrux bersama Aries mendiskusikan untuk menjenguk secara bersamaan walau awalnya tak disetujui oleh Jex. Namun setelah berdiskusi panjang, akhirnya Jex menperbolehkan mereka bertujuh menjenguk secara bersamaan.

"Ayah ayo bangun," ucap Aldebaran lirih sambil memegang tangan kanan Alynx. Ia duduk di kursi samping brankar sang ayah. Sedangkan yang lain berdiri di belakang Aldebaran.

Mereka menatap sendu Alynx. Hampir di sekujur tubuhnya terdapat luka akibat tabrakan tadi.

Aldebaran mengecup punggung tangan sang ayah, "Ayah ayo bangun. Ayah gak mau ucapin selamat langsung buat Bara?"

"Ayah,"

Kata 'ayah' adalah kata yang selalu Aldebaran gumamkan sedari tadi. Berharap ayahnya memberi tanggapan saat dirinya memanggil. Namun sayangnya itu mustahil terjadi untuk sekarang.

Aldebaran menyeka air matanya yang sudah jatuh di pipinya, "Jangan gini, Bara udah seneng ayah berubah."

Aries menghela napas, ia menatap sendu Aldebaran. Jika Aldebaran terus menangis, kemungkinan akan berpengaruh pada kesehatannya juga, "Al, mending lo tidur. Besok lo masih mau tandingkan?" Tanya Aries mengingatkan Aldebaran.

Aldebaran mengangguk, "Iya."

"Sana tidur, udah mau jam sepuluh ini," perintah Arcturus menyuruh Aldebaran untuk cepat tidur. Agar besok tetap bisa menjalani pertandingan dengan vit.

Aldebaran menatap Alynx, "Tapi ayahー"

"Ada gue. Gue yang bakal jagain," potong Antares.

"Ries, Ri, Reg. Bawa Aldebaran," ucap Acrux pada ketiga saudaranya untuk segera membawa Aldebaran.

Regulus menatap Aldebaran yang masih duduk di kursi seolah tak berniat untuk berdiri dari kursi itu, "Ayo Alde."

"Kak Al, ayah malah gak suka kakak begadang kayak gini. Tidur ya?" Bujuk Auriga mengulurkan tangannya pada sang kakak.

Aldebaran mengangguk lalu menerima uluran tangan dari sang adik. Keempatnya masuk pada ruangan di sebelah ruang rawat Alynx untuk mengistirahatkan diri.

"Lo sendiri gak apa-apa?" Tanya Acrux pada Antares. Mereka bertiga sepakat untuk bergantian menjaga. Satu menjaga, dua istirahat. Begitu terus sampai pagi menyingsing.

Antares mendudukkan diri di kursi yang sebelumnya Aldebaran tempati, "Iya, gak apa. Kalian tidur duluan aja."

"Kalau gitu nanti bangunin gue jam 12," ucap Acrux menepuk bahu sang adik. Ia melangahkan kakinya menuju pintu yang menghubungkan ruang rawat Alynx dengan ruang istirahat diikuti Arcturus.

Pintu itu pun tertutup, menyisakan Antares dan Alynx dalam kesunyian yang hanya diisi oleh suara mesin EKG.

Antares menatap tubuh Alynx dengan lekat. Luka kecelakaan seperti ini sangat mustahil untuk hidup. Namun nyatanya Tuhan masih memberikan kesempatan untuk sang ayah hidup di dunia. Antares masih bersyukur akan hal itu.

"Ayah," panggil Antares. Lalu tak lama ia terkekeh sambil nembenarkan posisi duduknya.

"Hehe agak aneh sih, tapi Antares suka," ucapnya lembut. Ini pertama kalinya ia berbicara lembut seperti ini selain pada Aries dan Auriga. Antares menyebut dirinya sendiri dengan kata 'gue.' Namun terkadang ia akan menyebut namanya saat berbicara pada Aries dan Auriga, lalu mungkin sekarang bertambah pada Alynx juga.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang