RD 08

177 49 41
                                    

BISMILLAH

VOTE DULU SEBELUM BACA YAA PREN :)

OIYAH,KOMEN JUGA YAA,PREN

^^^

"Lo kayak bunga,Ra.
Harus di jaga bukan di petik."

-Ravendra Dirgantara-

^^^


HAPPY READING

Setelah dari markas,lelaki jangkung itu pergi ke caffe hanya untuk bertemu dengan teman kampusnya. Katanya temannya itu ingin berbicara. Entah apa yang akan dia bicarakan pada dirinya.

Setelah masuk kedalam caffe itu,ia menuju meja yang telah temannya itu pesankan. Lelaki itu berdiri dan menyambutnya dengan bertos ala lelaki. Mereka duduk. Disana sudah ada makanan dan minuman yang temannya itu pesakan.

"Tumben!" ujar Gibran dengan menaikan alisnya. Jarang temannya ini mengajaknya bertemu seperti ini,selain ada tugas kampus yang harus mereka kerjakan berbarengan.

"Apa masih ada lowongan buat gue jadi adik ipar lo,Gib?"

Gibran mengerutkan alisnya,saat mendengar penuturan yang di lontarkan temannya ini. Gibran menatap pada orang itu yang juga sedang menatapnya. Berani sekali orang ini berbicara seperti itu.

Lama. Lama Gibran tidak menjawab,ia hanya menyambar minuman yang ada di hadapannya. Orang itu mengerutkan alisnya. Apa ada yang salah dengan pembicaraan yang ia mulai. Toh,Gibran sudah tahu,jika dirinya menyukai adik dari lelaki itu.

"Gue udah ketemu sama dia,Gib!"

Gibran mendongak menatap pada orang itu. Lalu ia duduk dengan menegakkan badannya. Orang itu menatap pada Gibran. Ralat orang itu menantikan jawaban dari Gibran.

"Haha. Lo masih suka sama ade gue?"

"Sampai kapanpun!" Ucapnya tegas. Ia menyayangi gadis mungil itu.

Gibran memangut-mangutkan kepalanya. Ia sudah tau,lelaki yang ada di hadapannya ini menyukai adiknya,saat adiknya itu masih SMP di Bandung. Lelaki itu menyukai adiknya lewat foto yang berada dirumahnya.

"Kiara yang bakal ngasih jawaban buat lo,Jen!"  Ya Jen. Dia Jenandra Alvaro. Lelaki tampan yang menyukai gadis mungil,yang tak lain adik dari temannya ini. Entah ada apa pada dirinya hingga pada gadis itu ia melabuhkan perasaanya. Ia tau dan ia juga paham dengan kata-kata 'Jangan berharap terlalu tinggi' tapi,ia sudah terlanjur jauh untuk mengharapkan gadis itu. Jika akhirnya ia tidak bisa meluluhkan dan mendapatkan gadis itu. Ia pasti akan menerima konsekuensinya. Ia akan menerima siapa yang akan gadis itu pilih. Ia menyukai dan menyayangi gadis itu,tapi ia juga tidak akan memaksa,jika bukan dirinya yang gadis itu pilih.

***

"Kiara sakit. Dan itu karna lo!"

Gadis itu berdiri dari duduknya di bibir kasur saat mendengar suara lelaki disebrang telponnya. Kenapa lelaki ini bisa menuduhnya seperti ini. Ia perlahan menarik nafasnya untuk menetralkan ke kagetannya.

"Terus apa urusanya sama gue?"

"Gue bilang apa? Jangan pernah sakitin Kiara!"

RAVENDRADonde viven las historias. Descúbrelo ahora