RD 11

152 33 43
                                    


BISMILLAH

VOTE DULU SEBELUM BACA YAA PREN :)

OIYAH,KOMEN JUGA YAA,PREN

HAPPY READING

Hari ini,Jen sedang dalam perjalanan menuju rumah sahabatnya,Gibran. Senyuman yang sedari tadi terukir dari bibirnya tidak luntur. Ia memandang ke arah samping tepat pada kursi dekat pengemudi,disana terdapat paperbag berwarna biru muda. Didalamnya terdapat brownis rasa coklat. Ia masih tau dan akan tetap tau dengan makanan yang  gadis itu suka.

Tidak terasa,kini mobilnya sudah mamasuki perkarangan rumah sahabatnya itu. Hari ini,hari Rabu. Ia tau pasti gadis itu belum pulang sekolah. Maka dari itu ia akan menyuguhi gadis itu dengan makanan kesukaanya. Tidak usah heran,Jen tau makanan kesukannya dari siapa,jelas ia tau semua kesukaan gadis itu dari abangnya,Gibran.

Ia berjalan menuju pada sahabatnya yang telah terdiam diri disana. Ia meminta Gibran untuk menunggunya di teras,sebelum dirinya pergi kesini. Saat telah sampai dihadapan Gibran,ia malah disuguhi dengan tampang malas dari sahabatnya itu. Gibran masuk kedalam dan dibuntuti oleh dirinya.

"Males gue liat lo!" Celetuk Gibran dengan memandang Jen malas. Lihat saja penampilannya,sangat rapih dengan memakai celana jeans hitam dan kemaja berwarna biru lengan panjang yang di lipat hingga sampai kesiku. Ini si Jen ingin bertamu atau ingin kondangan. Ia tau,temannya ini ingin kesini tidak murni ingin bertemu dengan dirinya. Ada niat terselubung dari temannya ini.

Jen yang mendengar itu,hanya terkekeh lalu ikut duduk di sofa seperti yang dilakukan oleh Gibran.

"Jangan gitulah ma cadepar,Gib!"

"Cadepar?" Beo Gibran. Ia memandang Jen dengan alis yang bertaut bigung.

"Calon ade ipar. Gitu aja gatau lo!" Ucapnya dengan diiringi tawaan saat mengucapkan itu.

Bughhh

Renyah sekali saat Gibran memukul punggung Jen. Jen yang menerima pukulan itu,sedikit meringis. Kenapa ia dipukul? Apa ada yang salah dengan perkataannya?. Memang benarkan jika dirinya ingin Gibran menjadi abang iparnya.

Gibran merotasikan matanya malas melihat Jen.

"Apa yang lo bawa?" Tanya Gibran,ingin menyentuh paperbag berwarna biru itu. Sadar,Jen langsung merebut paperbag itu yang sudah ada di tangan Gibran.

"Waitt...ini tuh buat Kiara!"

"Gue cuman mau liat ege!" Gibran lagi dan lagi dibuat kesal oleh temannya ini.

Beberapa menit Kiara sudah berada di ambang pintu rumahnya yang terbuka. Baru saja ia ingin mengucapkan salam,ia terbengong melihat abangnya dengan temannya itu yang sedang adu mulut dan melempar batal sofa pada arah mereka masing-masing. Entah apa yang sedang mereka bicarakan sampai adu mulut seperti ini.

Ia menggelengkan kepalanya. Heran dengan kelakuan abangnya yang seperti anak kecil. Tapi jauh,jika dia sedang diluar maka aura dingin dan so coolnya akan keluar pada diri Gibran Adithama.

Ia terkikik geli melihat mereka berdua yang terus-terusan adu mulut dan melempar batal sofa. Lelaki dengan kemaja biru itu membelakangi dirinya,ia tidak tau siapa lelaki itu. Memang lelaki itu sahabat dari abangnya,tapi ia tidak terlalu peduli dengan siapa teman abangnya.

RAVENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang