07 • Kastil di Selatan

1.5K 362 52
                                    

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️

> OED <
> 07 — Kastil di Selatan <

"Jangan tersinggung, aku mengatakan kau cacat karena kau masih hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan tersinggung, aku mengatakan kau cacat karena kau masih hidup. Sepertinya terjadi sesuatu pada wolf mu sebelum pubermu tiba."

"Gunakan topeng itu kalau sudah tiba di kastil yang tadi kujelaskan. Dah~! Omega kecil! Semoga tak ada wolf besar yang menerkammu."

Kara memandang ragu pada topeng yang tengah digenggamnya, lantas beralih memandang ke depan sana yang hanya dikelilingi pepohonan, tak lagi ia melihat bayangan pria barusan. Benar, Kara ditinggalkan dengan digantungkan untuk menentukan keputusan yang amat meragukan

Apa ia harus mempercayai kata pria itu, untuk mendatangi wilayah timur disana yang katanya dikelilingi bebatuan sihir yang dinamakan batu Cielo itu?


»»——— 𝓞𝓭𝓭 𝓔𝓵 𝓓𝓮𝓼𝓽í ———««


"Aku benar ke selatan kan?" Gumam ragu Kara. Lengan kurusnya memeluk dirinya sendiri saat terasa hawa sejuk mulai menerpanya.

Wilayah selatan, pack Licoln yang kesehariannya ditemani hujanan salju. Sedangkan wilayah Aracia yang ada di barat tak pernah merasakan cuaca sesejuk ini, disana hanya ada cuaca yang tak terlalu panas dan pepohonan rimbun yang meneduh.

Semakin Kara berjalan maju ke depan sana, semakin juga tubuh kecil itu menggigil. Kara yang sekarang ini, cara kerja tubuhnya tak jauh berbeda dari para Beta, dia hanya human pada umumnya saat ini.

"Dingin."

Bahkan setiap ia menghirup dan membuang udara akan menghasilkan asap dingin. Kakinya melangkah tetap, setiap langkahnya seakan tenggelam di tumpukan salju. Semakin memakan waktu yang awalnya tumpukan salju itu terasa dingin kini terasa menjalarkan panas, langkah Kara pun mulai kaku.

Lama ia memaksakan diri tak tentu arah, tubuh kecil itu tumbang di tengah tumpukan salju. Hidungnya memerah sebab tersumbat dinginnya udara, ia kehilangan kesadarannya. Juga tak menyadari sepasang kaki mendekat padanya, lalu berjongkok untuk memeriksa keadaan dirinya.

"Hm," bergumam si pemilik sepasang kaki itu, tidak ada yang tau pasti apa maksud dari dehem singkatnya.



Gelap..., apa yang terjadi?

Wajah Kara mengerut, perlahan kelopak matanya pun ia buka. Sejenak ia melamun dengan pikiran kosongnya, sampai ia menyadari bahwa ia tengah berbaring sambil menghadap sebuah atap tinggi dengan warna kegelapan.

Odd El DestíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang