11 • Iblis Yang Penasaran

1.5K 326 78
                                    

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️

> OED <
> 11 — Iblis Yang Penasaran<

Peluh yang menguar dari kulit pun keringat menetes mengaliri anak wajah Kara, omega malang yang kini ujung jari kakinya hanya sedikit menyentuh tanah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peluh yang menguar dari kulit pun keringat menetes mengaliri anak wajah Kara, omega malang yang kini ujung jari kakinya hanya sedikit menyentuh tanah. Kedua tangannya yang terkekang gantung membuatnya merasakan sakit yang menjalar sebab terlalu tinggi tertarik sampai hanya membuat dirinya menjijit dengan ujung jarinya.

Beberapa waktu lalu ia masih diminta untuk menari, menurutinya dengan setengah hati karena bukan kehendaknya. Dan sekarang ia mendapat perlukan tak mengenakan ini.

"Umh," ringisan Kara mengudara ketika samar ia merasakan sakit pada bahunya yang belum terobati dari luka sebelumnya yang diciptakan sang iblis tadi.

"Kenapa kau malah balik lagi?" Suara tuding dijeruji sebrang sana terdengar pelan sampai dirungu Kara.

Kara memandang kearah jeruji yang gelap sampai temannya yang membantunya sebelumnya itu tak kelihatan. "Daimon menangkapku." Sahutnya dengan asa yang luntur.

Terhenyak Noldy disebrang sana, "Kau bertemu dengannya?"

"Kau tak bertemu dengannya? Dia... mengerikan." Keluh Kara, detik ini tubuhnya mulai gemetar sebab merasa mula pegal.

"Aku tak bertemu dengan—" Ucapanya Noldy menggantung seraya iabyang mrnoleh cepat pada asal suara yang mendadak mengagetkan rungu serta firasatnya. "Ada yang datang." Timpal tajam Noldin, matanya menyipit ke arah ia merasakan kehadiran seorang yang rasanya amat mencekam.

Tak berbeda jauh dengan Kara, masih dengan kondisinya dirinya yang tangannya terikat keatas, ia merasakan kehadiran seseorang yang kian terus mendekat. Dan dirinya pun menunggu bayangan siapa gerangan yang akan muncul dari sana.

"Da-Daimon.."

Wajah Kara pucat pasi, ujung jari kakinya reflek coba mundur namun itu tak membuahkan hasil sebab tangannya yang terikat keatas itu.

"Tidak... Jangan lagi..." Was-wasnya didalam benak.

Penghalang jeruji itu terbuka dan sang iblis dengan wajah tak berwarnanya melangkah mendekat pada Kara. Menghirup aroma manis yang masih segar menguar dari luka Omega itu, lalu memadang wajah si empu yang terlihat seperti tikus yang bertemu predatornya.

"Bagaimana bisa kau menari seperti tadi?" Tangan pucat yang uratnya terlihat mencuat itu terangkat mengincar bahu Kara yang terluka.

Odd El DestíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang