13 • Secangkir Anyir

1.3K 320 53
                                    

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️

} OED {
} 13 — Secangkir Anyir {

Lama ia terlelap, Kara melenguh kecil diatas ranjang datarnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama ia terlelap, Kara melenguh kecil diatas ranjang datarnya itu. Jemarinya mengucek matanya beberapa saat sebelum ia menguap lebar seraya melakukan peregangan.

"Noldy?" Panggil Kara. Kebiasaannya semenjak ia menjadi tahanan disana, ialah mengobrol dengan Noldy.

Kara menderyit sesaaat kala panggilannya tak disahuti. "Hey, Noldyy. Kau masih tidur ya?" Panggilnya sekali lagi seraya memastikan.

Pria kecil itu pun merasa diabaikan, sambil mengucek matanya yang masih pedau, ia mendekat pada jeruji yang mengurungnya.

"Nold—" panggilan yang hendak Kara lakukan pun menggantung ketika ia mendapati jeruji dihadapannya terbuka bebas.

"Noldy!?" Lantang Kara meneriaki nama Noldy, lalu matanya mulai berkaca. Hidungnya perih akan menangis, "Noldy kabur tanpa memberitahuku.., hiks.."


»»——— 𝓞𝓭𝓭 𝓔𝓵 𝓓𝓮𝓼𝓽í ———««


Kara duduk dengan menekuk lututnya, wajahnya pun tenggelam disana. Ia merasa sedih karena Noldy yang kabur tanpa memberitahunya lebih dulu.

Pun ia memikirkan pria itu sampai teringat jika Noldy yang pernah berkata,

"Akan repot ketika ada 2 tikus yang mencoba melarikan diri bersama."

Mungkin itu salah satu dari alasan Noldy yang sekarang nihil disana.

Kara pun kembali merengek cengeng, ia merasa kesepian saat ini. Sejujur saat ada keberadaan Noldy kemarin itu membuat rasa kesepian dan ketakutannya berkurang.

Tapi, kini Noldy yang menghilang membuatnya dominan merasakan sedih.

Menghabiskan waktu cukup lama untuk dirinya tenggelam dalam kesepian. Sampai tak ia sadari ada seseorang yang tiba didepan jerujinya, atensi Kara pun spontan beralih kesana.

Seorang wanita yang baru saja tiba itu membukakan pintu jeruji yang mengurung Kara.

"Keluarlah, tuan memanggilmu." Suara wanita itu terdengar lembut membuat Kara yang sebelumnya sempat was-was kini sedikit rilaks.

"Ayo, wolf. Jangan membuatnya menunggu." Desak wanita itu.

Dengan begitu, Kara pun bangkit. Sempat ia merasa ragu untuk keluar karena wanita itu masih berdiri diambang pintu. Namun, tak lama wanita itu meminggirkan tubuhnya agar Kara bisa keluar.

Odd El DestíTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang