08 • Prisión

1.5K 347 46
                                    

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️

> OED <
> 08 — Prisión <

"Kenapa ada anjing disini?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa ada anjing disini?"

"Hah?"

Kara terbelenggu dengan suara kelam nan dingin itu. Bahkan ia tak lagi mendongak, kini ia tertunduk dengan satu tangannya memeriksa wajahnya yang sedikit merasakan sesuatu. Setelah ia mengusap wajahnya dan melihat apa yang mejanggal menghiasi wajahnya itu, Kara semakin tak berkutik.

Wajahnya mendapatkan luka goresan.

Bahkan cuaca dingin wilayah selatan itu tak sebanding dengan rasa dingin menusuk yang Kara rasakan sekarang.

"A-aku,"

"Kenapa kau berada disini?"

Lidah Kara kelu, tak berani menyahut lagi. Ia hanya berani menatap ujung alas kaki yang terbuat dari kulit berwarnakan gelap itu. Sungguh ia sama sekali tak berani mendongak, rasanya seakan ia akan kehilangan kepalanya jika ia ceroboh untuk mendongak.

"Aku yang menyuruhnya kesini, tapi tak kusangka dia tiba lebih cepat dari perkiraanku."

Kara tau sekarang. Suara itu yang sebelumnya berbicara padanya, pantas terdengar familiar. Sekarang ia ingat pernah bertemu dengan 'nya di menara Brújula.

Sosok yang berdiri angkuh menjulang dihadapan Kara pun melirik pada yang Kara tau gerangan pemilik suaranya itu. Setelahnya Kara bisa mendengar suara bisik-bisik. Lalu, itu mendadak sunyi dan disusul dengan suara grusuk yang singkat. Rasa penasaran pun menghinggapinya, ia perlahan melirik.

Tiada henti disana ia dibuat terkejut untuk kesekian kalinya, Kara tak menemukan orang-orang ramai sebelumnya, Yang berarti hanya ada dirinya, pria yang ia temui di menara Brújula, dan seorang yang menyeramkan tadi.

"Kurung dia di prisión."

(prisión : penjara)

"Kau tak penasaran, tuan? Tarian yang selalu dia lakukan sedikit berbeda, terlihat indah untuk memuja."

Empu yang dipanggil tuan hendak beranjak, namun ia urungkan. "Tau apa kau, Riebel." Balasnya balik dengan intonasi yang ditekan.

Kara mengetahuinya sekarang, pria licik yang membuatnya datang kemari itu bernama Riebel.

Riebel menggidikkan bahunya, lalu mengalihkan atensinya pada Kara yang masih setia terduduk tak berdaya diubin situ. Ia melemparkan pisau kecil yang terbuat dari perak, "Menarilah, gunakan itu sebagai ganti dari pedang mainanmu."

Mata Kara menatap pisau yang terlempar padanya dengan ragu, lalu menatap pria berambut pirang keperakan itu dengan mata tak berdayanya. "Ka-ki ku terluka," balasnya dengan memelas berharapa mendapat kemurahan hati dari orang asing yang kemungkinan jahat dihadapannya itu.

Odd El DestíWhere stories live. Discover now