01 || Kekasaran Evelyn

212 24 17
                                    

"Mau sebanyak apa pun harta yang kau berikan, itu semua tak akan sebanding dengan pengorbanan ibumu dulu!!"

o0o


Tok, tok, tok

Seorang gadis dengan nama lengkap Evelyn Qistini Ephra, sedari tadi mengetuk pintu kamar sang ibu dengan begitu kuat. Raut wajahnya mulai kusam pertanda emosinya mulai naik.

"Buka pintunya, Bu! Ibu ngapain aja sih di dalam! Elyn udah mau telat ini!" teriak gadis itu dengan lantang.

Tok, tok, tok

"IBUUUU!"

Tampak emosi gadis itu semakin menjadi. Napasnya terdengar memburu, keningnya terlihat berkerut pertanda jika ia tidak menyukai situasi ini. Situasi di mana sang ibu terlalu lelet.

"BUKA PINTUNYA ANJENG!"

Plissss jangan ditiru guys!! Dosa!

Pintu kamar itu pun terbuka, menampakkan seorang wanita berkisar 50 tahun yang berdiri di balik pintu dengan wajah yang terlihat pucat.

"Di panggil anjeng baru nyaut lo!" gertak Evelyn, tak peduli jika yang dibentaknya adalah ibu kandungnya sendiri.

"Ibu lagi kurang sehat, Lyn. Ibu butuh istirahat," ungkap wanita tua itu masih dengan nada yang begitu lembut.

"Elyn gak peduli! Elyn mau berangkat kerja sekarang, sedangkan ibu belum masak apa-apa!" bentak gadis itu, kemudian ia menarik kasar tangan ibunya agar keluar dari kamar.

Aleena Yoela Elmeera atau lebih tepatnya ibu Evelyn terus saja memohon agar Evelyn melepaskan tangannya yang dicengkeram dengan begitu kuat.

"Elyn, ibu mohon. Hari ini kamu masak sendiri aja dulu," titah sang ibu penuh permohonan. Tampak jelas dari raut wajahnya, jika Aleena memang sedang kurang fit saat ini.

Sedangkan Evelyn, alih-alih mendengarkan perkataan sang ibu yang memohon belas kasih padanya, ia justru dengan sengaja mendorong kasar tubuh ibunya ke ruang dapur.

"Tuh, masak! Jangan cuma enak-enakan tidur di kamar. Ibu lupa yaa, rumah ini Elyn yang beli, keperluan makan juga Elyn yang keluarin duit. Jadi seharunya ibu tau diri dong numpang hidup sama Elyn!" bentak gadis itu panjang lebar.

"Andai papa kamu masih hidup, ibu juga gak akan numpang hidup sama kamu, Lyn." Bukannya marah, Aleena masih terus berusaha berbicara lembut pada putri satu-satunya itu.

"Rumah ibu juga gak ada karna kamu yang jual buat modal usaha," lanjutnya.

"Husttt! Gak usah bahas yang udah mati! Toh kalaupun rumah itu masih ada, ibu juga gak akan bisa beli makan buat bertahan hidup!" bantah Evelyn meminta ibunya untuk diam.

"Mending ibu masak sekarang! Elyn udah mau ke kantor!" lanjutnya seraya kembali mendorong tubuh sang ibu agar segera memasak untuknya.

Evelyn selalu saja berpikir jika ia berkorban banyak untuk sang ibu dengan menampung dan menghidupi sang ibu, hingga membuatnya selalu bertindak seenaknya pada sang ibu. Padahal kenyataannya, perjuangan seorang ibu, mulai dari mengandung, melahirkan, hingga menyusui tak akan pernah sebanding dengan harta seberapa pun.

Ketika Ibu Sakit Hati (ONGOING)Where stories live. Discover now