06 || Ibu Bukan Pembantu!

98 12 7
                                    

Teruslah menyiksa ibumu, hingga penderitaan terus menghantui
mu tanpa jeda!

~o0o~


Aleena tertegun diam, mencerna maksud ucapan dari putrinya.

Bukankan Evelyn yang membeli makanan tadi?

Mengapa Evelyn malah mengira jika dirinya lah yang memasak?

Lalu, siapakah sebenarnya yang memasak makanan itu?

Aleena terus saja bertanya-tanya dalam batinnya. Ditambah lagi di rumah itu hanya ada dia dan Evelyn yang tinggil, bahkan pembentu pun tidak ada.

"Pijit yang bener, Ibu!" bentak Evelyn saat tak merasakan pijitan sama sekali.

Kontan, Aleena terbangun dari lamunannya. "I-iyaa."

"Iya, iya, mulu lo. Sakit telinga gue dengarnya," gertak Evelyn penuh kesal.

Aleena hanya bisa menghela napas panjang, dan kembali memijat punggung sang putri.

"Ternyata sama aja," batin Aleena penuh kecewa saat lagi dan lagi, Evelyn bersikap kasar terhadapnya.

Awalnya, Aleena sungguh berpikir jika putrinya itu benar-benar sudah berubah dan mau memperbaiki hubungan ibu dan anak di antara mereka. Namun, kenyataannya Evelyn tetaplah Evelyn yang ia kenal kasar dan suka mencaci maki orang tuanya sendiri.

Terkait makanan pagi tadi, Aleena sebenarnya ingin memberitahu Evelyn jika bukan dia yang memasak. Karena sejujurnya, ia juga penasaran siapa yang memasak atau mungkin memesan makanan itu. Namun, melihat dari cara Evelyn berbicara padanya, Aleena mengurungkan kembali niatnya. Ia takut jika Evelyn malah memarahinya.

"Udah, udah, Elyn mau masuk kamar!" ujar Evelyn meminta sang ibu berhenti.

"Malam ini jangan lupa masak buat Elyn!" perintah Evelyn penuh tekanan.

Evelyn beranjak dari duduknya dan sedikit mendorong tubuh ibunya lalu bergegas ke kamarnya tanpa peduli jika hati Aleena terluka karena sikap kasarnya itu.

Sekali lagi, Aleena hanya bisa menghela napas pasrah melihat kelakuan putrinya itu. Lalu melangkah ke dapur guna bersiap-siap memasak untuk putrinya.

Aleena terdiam sejenak saat sudah tiba di dapur, matanya menyorot setiap benda yang ada di dapur itu.

"Memang ada yang habis memasak," batinnya saat melihat sedikit perubahan di dapur itu dari terakhir kali ia memasak di sana.

"Elyn?" tanyanya pada diri sendiri.

"Tidak mungkin! Elyn aja mikir kalo saya yang masak!" lanjutnya penuh tanda tanya.

"Ahh! Kepala saya jadi sakit memikirkan ini." Aleena menggelengkan kepalanya saat tiba-tiba ia merasa sedikit pusing.

Ia berpikir, alangkah baiknya jika ia tidak memikirkan hal ini. Lagipula siapa pun yang memasak pagi tadi, tetaplah Aleena yang diuntungkan karena tidak lagi mendapat kekasaran di luar batas kemampuannya seperti terkahir kali.

Aleena pun mulai memasak. Setelah beres dan merasa semua aman, barulah ia meninggalkan dapur itu.

~o0o~

Saat ini, Aleena tengah berdiri di depan pintu kamar putrinya.

Tok, tok, tok

Ketika Ibu Sakit Hati (ONGOING)Where stories live. Discover now