09 || Jarum Suntik

76 10 1
                                    

Dia lemah! Hanya saja, ia memaksa untuk menjadi kuat!

~o0o~

Evelyn melenguh dalam tidurnya. Hingga akhirnya ia terbangun karena silau dari cahaya matahari yang muncul dari sela-sela jendela kamarnya.

Saat kesadarannya sudah stabil, Evelyn langsung duduk di atas kasur dengan sorot mata penuh kekesalan.

"Mimpi sialan!" umpatnya.

Evelyn menoleh ke arah jam dinding, "Gue jadi telat bangun gara-gara mimpi sialan itu!" lanjutnya saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

Evelyn menurunkan kakinya dari atas ranjang, hendak masuk ke dalam kamar mandi.

"Aggghhh!" Ia tiba-tiba mendesis sambil memegang bagian pahanya.

"Kok paha sama betis gue kerasa perih banget, ya?" herannya.

"Bagian perut gue juga," lanjutnya lagi.

"Rasanya kayak_" Ucapan Evelyn terhenti saat ia bisa mengenal rasa sakit itu.

Dengan ekspresi kaget, ia buru-buru masuk ke dalam kamar mandi guna memastikan tebakannya.

Sesampainya di kamar mandi, Evelyn berdiri di depan cermin yang ada di dalam kamar mandi itu. Kemudian, ia mengangkat bajunya guna memastikan sesuatu.

Betapa terkejutnya ia, saat melihat ada banyak bekas cambukkan di sana. Ini jauh lebih parah, dari terkahir kali.

Evelyn menggeleng kuat, ia masih tidak mempercayai jika mimpinya itu ternyata nyata.

"Enggak! Ini gak mungkin! Gue yakin banget itu cuma mimpi!"

Evelyn beralih memeriksa paha dan juga betisnya. Ia semakin dibuat kaget saat melihat bekas yang sama di sana.

Evelyn kembali menoleh ke arah cermin, melihat pantulan dirinya yang baru ia sadari jika penampilannya terlihat begitu berantakan.

Gadis itu menutup mulutnya seraya memundurkan sedikit badannya ke belakang. Ia benar-benar dibuat kaget dengan apa yang dilihatnya pagi ini. Ia masih tidak percaya jika kejadian yang dialaminya bukanlah mimpi, tapi sebuah kenyataan.

"ENGGAK! INI GAK MUNGKIN!" teriaknya tampak frustrasi.

Semenit kemudian, sorot mata yang tadinya penuh ketakutan, kini berganti menjadi sorot mata penuh amarah.

Ia mengepalkan tangannya di bawah sana. Rahangnya mengerang menahan amarah yang seakan ingin meledak. Irisan matanya memerah, pertanda jika emosi mulai menguasainya.

"Berarti ibu beneran siksa gue semalam!" ucapnya.

"Ini gak bisa dibiarin! Gue harus kasi pelajaran sama orang tua itu!" geramnya penuh amarah.

Evelyn berjalan keluar dari kamar mandi, lalu segera keluar dari kamarnya. Menuruni anak tangga, mencari keberadaan sang ibu.

"IBUUU!" teriaknya.

Evelyn membuka kasar pintu kamar ibunya. Namun ia tak menemukan ibunya di sana.

"Gudang?"

Evelyn beralih ke arah gudang yang berada tepat di samping kamar ibunya.

Brugh

Evelyn mendobrak kasar gudang itu. Namun, ia tak juga melihat ibunya di sana. Yang ada, ia malah tertegun keheranan melihat situasi di gudang itu. Ia tidak menemukan keanehan di sana. Gudang itu bersih seolah tak pernah terjadi sesuatu di sana. Bahkan alat-alat yang semalam ibunya gunakan, tidak ada di sana.

Ketika Ibu Sakit Hati (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang