1. Siapa?

56 4 0
                                    

Aku tidak tahu, mengapa langkah kakiku terhenti di sini ketika melihat bangunan yang tampak sudah sangat tua dan tidak berpenghuni.

Ada perasaan yang cukup membuatku gelisah begitu aku melihat tempat ini, setelah banyaknya tempat yang ku singgahi, hanya tempat ini yang membuatku merasakan sebuah ketakukan.

Aku memberanikan diri untuk maju lebih dekat dari tempatku berdiri. Saat diriku semakin dekat dengan pintu, sesaat bayang-bayang kegelapan terlintas di benakku.

Satu hal yang ku ingat, rasa sakit. Rasa yang selalu menghantui, aku tidak tahu rasa ini muncul dari mana. Hanya saja, terasa sangat melekat.

🥀🥀

Seorang remaja perempuan yang sedari tadi fokus mendengarkan penjelasan guru tentang mata pelajarannya, seketika buyar ketika dirinya mendapat kabar yang tidak menyenangkan.

Pihak sekolah memberinya izin penuh untuk mendatangi ibunya, yang saat ini tengah berbaring di salah satu ranjang rumah sakit karena gagal ginjal yang dideritanya.

Bukan lagi senyum yang dia dapati ketika melihat ibunya, tetapi kain yang menutupi seluruh tubuhnya dan seorang pria paruh baya yang tidak ia kenal.

"Ibu ... Ibu bercanda, kan? Ini tidak lucu, Bu!" serunya dengan menyingkap kain tersebut.

Dia berharap itu hanya lelucon semata, namun ketika ia melihat mata ibunya yang tertutup rapat, tidak ada hembusan napas. Ia merasa jiwanya meninggalkan tubuhnya dan hampir jatuh ke lantai. Jika, saja pria di sampingnya tidak sigap memegang tubuh sang remaja.

"Bohong! Ibu bohong, Ibu bilang ... Ibu pasti sembuh. Tapi, ini apa Bu? Ibu meninggalkanku?" ucapnya dengan terus terisak.

"Tenang, Nak. Ibumu pasti tidak bermaksud membohongimu," ujar pria paruh baya.

Remaja tersebut menoleh ke arah suara itu berasal, seseorang yang tidak ia pedulikan sejak dirinya memasuki ruangan. "Maaf, tapi Paman ini siapa? Kenapa ada di sini?" tanyanya heran.

"Aku akan menjelaskannya, nanti. Setelah pemakaman Ibumu." Remaja itu hanya mengangguk pasrah.

Hari itu juga, semua serangkaian untuk pengistirahatan terakhir dijalankan hingga sore hari. Sang remaja tetap berada di depan makam ibunya dengan seragam yang mulai lusuh.

"Ayo kembali, hari sudah hampir malam."

"Tidak, aku masih ingin di sini. Tinggalkan saja aku di sini, Paman tidak perlu repot menunggu."

"Ibumu tidak akan senang jika gadisnya terus menangis dan terpuruk, jangan terlalu berlebihan jika sedih. Bukankah, itu yang selalu Ibumu ingatkan?"

"Bagaimana Paman tahu tentang itu?"

"Sudah ku katakan, aku akan menjelaskannya. Jadi, ayo kembali ke rumahmu."

Karena rasa penasarannya, sang remaja mengikuti begitu saja ajakan tersebut. Biasanya ia akan takut dan selalu waspada terhadap orang asing.

Namun, ketika bersama pria yang saat ini berhadapan dengannya di ruang tamu, tidak menimbulkan perasaan tersebut. Ia hanya merasa sedikit tidak nyaman.

"Kemasi barangmu, kamu akan tinggal bersamaku," ucapnya memecah keheningan, yang sudah berlangsung beberapa menit.

"Tunggu? Maksudnya apa, Paman? Aku tidak mengenalmu dan Paman juga bukan kerabat Ibuku. Kenapa aku harus tinggal bersamamu?"

"Apakah Ibumu sangat membenciku? Karena sampai sekarang, kamu masih belum tahu tentangku," jawab pria itu, sedikit terkekeh.

"Apa yang lucu, Paman?"

"Maaf, aku tidak bermaksud, dan tolong jangan terkejut."

Pria itu menatap anak tersebut dengan lekat. "Aku Ayahmu," akunya, membuat sang remaja menjatuhkan rahangnya.

"A-apa? Ayah? Ayahku sudah meninggal sejak aku bayi, Ibu memberitahuku seperti itu."

"Tidak, Nak. Ayahmu masih hidup, aku. Izinkan aku memberitahu sesuatu, sebelum kamu memutuskan untuk tinggal bersamaku."

Pria paruh baya menjelaskan bagaimana dirinya bisa bertemu dengan ibu dari remaja tersebut. Semua bermula enam belas tahun lalu, ketika dirinya cukup tidak terkontrol karena alkohol setelah pertemuannya dengan klien di lounge.

Saat itu seorang wanita menghampiri dirinya untuk menolong, karena ia tergeletak tidak jauh dari kamar miliknya, sebelum bisa menaruh kartunya untuk mengakses pintu kamar.

Namun ternyata kebaikannya ternodai saat wanita itu sudah membantunya memasuki kamar, tepat ketika sang wanita hendak berbalik untuk pulang setelah pekerjaannya sebagai pelayan di sana.

Keesokannya ketika pria itu sadar sudah mengacau, ia mendengarkan dengan detail penjelasan dari wanita di sampingnya, yang diiringi isak tangis. Dirinya berjanji akan menikahinya dan memberinya semua fasilitas yang dibutuhkan.

Pernikahan yang akan diadakan sempat ditolak oleh sang wanita, karena dirinya mengetahui bahwa orang yang akan menikahinya adalah Yoon Seok Min, orang terpandang dalam dunia bisnis yang bergerak di bidang pelayanan, serta sudah memiliki keluarga.

Tetapi, pria tersebut tetap pada pendiriannya. Meski pernikahannya akan berimbas pada bisnis serta keluarga yang sudah ia bangun.

Dengan berat hati, wanita tersebut menerima dengan syarat yang ia ajukan pada Yoon Seok Min. Mereka akan hidup terpisah, membantah rumor yang beredar, dan tidak menampakkan diri ataupun bertemu dengan anak yang di kandungnya.

"Itu benar-benar kesalahanku, aku minta maaf," tuturnya setelah membeberkan hal tersebut.

"Jadi, selama ini yang membiayai Ibu di rumah sakit dan marga yang ku pakai ...."

"Ya, aku. Aku bertanggung jawab penuh atas dirinya dan dirimu."

"Tapi, kenapa Paman tidak berusaha untuk menemuiku secara langsung, meski ibu melarangnya?"

"Aku selalu menemui dan memantaumu, walaupun dari jauh. Ibumu memberiku batasan, karena tidak ingin anaknya terluka dan aku mengerti akan hal itu."

"Lalu ajakan tinggal bersama ini? Berarti Paman melanggarnya dan apa itu akan baik-baik saja?"

"Ya, aku memang melanggarnya. Jika tidak, aku akan selalu hidup dalam bayang-bayang kesalahan. Selain itu, aku ingin memberikan apa yang seharusnya menjadi milik kalian."

Remaja itu menunduk lesu, setelah mendengar pernyataan yang sudah sangat lama terkubur.

"Bisakah Paman memberiku waktu? Aku tidak ingin gegabah."

"Tentu, Nak. Hubungi aku kapanpun kamu siap." Pria itu menyerahkan kartu yang berisi identitasnya dan pergi meninggalkan rumah istri keduanya.












🌹
☆Jangan jadi silent reader's, tinggalkan jejak dengan vote ★

REMEMBER AND CHANGEWhere stories live. Discover now