5. Perhatian dan pertemuan

13 2 0
                                    

"Tentu saja aku akan kembali Cla. Aku tidak akan membiarkannya menang."

"Tapi menurutku, itu terlalu tidak adil baginya. Dia tidak tahu apa-apa, lalu kamu? Kamu menuangkan segala amarah itu padanya."

"Aku tidak peduli."

🥀🥀

Kehidupan sekolahnya tidak lebih baik dari kepindahannya, ke rumah ayahnya.

Hana selalu mengisi hari-hari sekolahnya dengan membaca buku dan menggambar, tidak ada satupun dari mereka yang berteman dengannya.

Ia tidak tahu apa penyebabnya. Setiap kali dirinya mencoba untuk berbaur, mereka menjauh. Jadi, sejak saat itu Hana menyibukkan dirinya dengan mengabaikan kembali.

Sudah dua minggu ia menjalani sekolah, setelah izinnya berakhir. Hal itu masih tetap berlanjut, tidak ada kata duka atau penyemangat, kecuali dari gurunya.

Satu hal yang berbeda saat ia kembali sekolah, Hana selalu diantar, dan dijemput. Beberapa siswa dari kelasnya yang melihat hal tersebut memiliki opini, jika dia adalah wanita simpanan.

Karena kerap kali yang mengantar atau menjemputnya, orang yang berbeda.
Opini tersebut mendapat banyak reaksi dari orang-orang yang mendengarnya.

Sekarang, bukan hanya diabaikan. Tetapi, tatapan mata mereka padanya mengintimidasi.

Hana masih tetap tidak menghiraukan, meskipun beberapa dari mereka terang-terangan menjelekkannya atau mengejeknya dengan sebutan seperti itu.

Ternyata desas-desus itu juga sampai pada guru-guru, merasa tidak nyaman dengan keadaan. Wali kelasnya, menanyakan perihal tersebut.

Setelah mendengar penjelasan Hana dari awal pertemuannya dengan sang ayah hingga tinggal bersama, membuat gurunya merasa iba. Bahkan di akhir penjelasannya, ia akan mengatakan hal ini pada ayah, dan kakaknya, serta membawa mereka, agar tidak ada salah paham.

Wali kelasnya setuju, untuk memperkuat argumen yang diberikan olehnya.

Pertemuan di keesokan harinya, sudah menjelaskan semua kesalahan yang terjadi, dan membebaskan ia dari tuduhan orang-orang tidak bertanggung jawab.

Kehidupan sekolahnya kembali tenang setelah masalah yang dihadapinya, meski terkadang masih ada beberapa yang menatapnya, dengan tatapan yang sama.

Setelah jam pelajaran berakhir, Hana kembali ke rumah dengan kakaknya.

"Kak, maaf ya. Karena aku, kalian jadi terlihat dengan masalah ini."

"Tidak perlu minta maaf. Ini bukan salahmu, itu salah mereka yang membuat, dan menyebarkan berita tidak benar, oke?"

"Tapi, tetap saja ...."

"Mari jangan bahas hal itu, lupakan saja. Sekarang kamu harus fokus pada sekolah dan kebahagiaan kamu."

Keheningan kembali terjadi dalam perjalanan pulang, ketika Han Soo hendak membuka pintu, setelah mereka sampai di depan rumah.

Dirinya dikejutkan dengan pintu yang sudah tidak terkunci dan terlihat seseorang yang sedang duduk di sofa ruang tamu, serta menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Aku perhatikan, kamu terlalu memanjakan anak itu," ucapnya dengan tenang dan mengambil cangkir berisi teh di depannya.

Han Soo menghentikan langkahnya setelah memasuki rumah beberapa langkah, meyakinkan Hana untuk mengabaikan orang tersebut, dan menyuruhnya masuk ke dalam kamar serta mengunci pintu.

"Apa salahnya? Tidak ada, karena dia juga bagian dari keluarga ini," jawabnya. Melihat dan memastikan pintu kamar Hana tertutup.

"Bukan! Ibu tidak pernah menganggapnya seperti itu dan aku tidak suka dia berada di sini, apalagi dekat denganmu!"

"Tolong pelankan suaramu, Bu, dan aku tidak masalah, jika dia dekat denganku."

"Biarkan saja, agar anak itu mendengar. Tentu saja itu masalah bagiku! Kamu sudah cukup umur untuk memiliki keluarga sendiri dan jika anak itu terus menempel padamu, bagaimana bisa kamu meluangkan waktu untuk hal lainnya."

"Jika itu yang Ibu khawatirkan, aku pastikan, aku bisa mengaturnya. Tolong jangan terus-menerus memarahi anak itu, dia baru kehilangan Ibunya, dan Ibu tidak henti-hentinya menyalahkan dia." Han Soo menghela napasnya dengan kasar.

"Bagaimana jika hal tersebut terjadi padaku? Apa Ibu sanggup membayangkannya? Jadi tolong, Bu ... tolong, belajar lembutlah padanya," lanjutnya.

"Terserah padamu! Aku tidak akan mengubah pendirianku padanya."

Han Soo dengan cepat berlari ke arah pintu kamar Hana, setelah ibunya melenggang pergi, meninggalkan rumah itu lagi atas kekacauan yang dia buat.














🌹
☆Jangan jadi silent reader's, tinggalkan jejak dengan vote ★

REMEMBER AND CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang