4. Permulaan

21 2 0
                                    

Han Soo menghentikan langkah kakinya, saat dirinya hendak melangkah ke kamar Hana, ketika terdengar beberapa dentingan dari lantai bawah.

Mengingat ibunya belum pulang dari kemarin, ia merasa heran, siapa yang berada di lantai bawah sepagi ini. Karena biasanya, ibunya tidak repot-repot bangun pagi lebih awal hanya untuk menyiapkan beberapa sarapan.

Tidak ingin mengejutkan siapa pun yang berada di sana, ia menuruni anak tangga dengan pelan. Ketika dirinya berhasil berada di lantai bawah, matanya terpaku pada sosok mungil yang sedang sibuk dengan beberapa piring dan gelas.

Ia mendekat dengan perlahan, saat dirinya akan memanggil si pemilik nama. Pandangan mereka bertemu satu sama lain, hingga sosok mungil itu sedikit terkejut dengan kedatangan orang lain.

"Maaf, Kakak membuatmu terkejut."

"Tak apa, Kak. Aku minta maaf, berada di sini tanpa izin dari kalian."

Han Soo mengerutkan alisnya. "Kenapa? Kamu tidak berbuat salah. Lagipula, ini rumahmu juga Hana."

"Jangan seperti itu, Kak. Aku tetaplah orang asing di rumah ini."

"Siapa orang asing yang kamu maksud?"

Keduanya menoleh pada suara seseorang, yang berasal dari atas tangga dan berjalan ke arah mereka.

"Kamu anakku, Hana. Tidak ada orang asing di rumah ini."

"Tapi, Paman. Aku ...."

"Panggil aku, Ayah. Aku akan terluka jika kamu masih memanggilku seperti itu, ya? Tolong."

"Benar kata Ayah." Han Soo ikut menyuarakan gagasan tersebut.

Hana menatap pada dua orang di hadapannya secara bergantian. "Aku merasa tidak pantas untuk itu. Karena aku menjadi penyebab kepergian istri dan Ibumu, Kak."

"Dengar, Nak. Itu keputusannya untuk pergi, bukan karenamu. Tenang saja, dia akan kembali jika sudah lelah bermain-main."

"Baik ... Ayah," ucapnya ragu-ragu.

"Jadi, apa yang kamu lakukan sepagi ini di dapur?" tanya Han Soo.

"Aku membuat sarapan untuk kalian, sebagai rasa terima kasih, dan menebus kesalahanku. Aku tidak tahu, apakah masakanku sesuai dengan selera kalian atau tidak."

"Berikan pada kami. Kami pasti menyukainya, kan Ayah?" Ia mendapat anggukan dan senyum dari ayahnya, yang hendak duduk.

Saat Hana akan membawa nampan berisi beberapa makanan, Han Soo berdiri dan ingin menolongnya. Tetapi ia meyakinkan sang kakak untuk tetap duduk dan menunggunya.

Kurang dari satu menit, dua jenis makanan, dan minuman tersaji di hadapan keduanya. Berupa sandwich, oatmeal, jus, dan kopi.

Namun, hidangan tersebut hanya disajikan untuk dua orang. Ayah dan anak yang merasa porsinya kurang untuk satu orang lainnya, saling melemparkan pandangan pada Hana dengan heran.

Mengerti dengan tatapan keduanya, Hana lebih dulu memberi penjelasan sebelum mereka menanyakan pertanyaan, "Aku sudah sarapan, saat aku membuatnya. Jadi, ini untuk kalian. Aku akan bersiap dan pergi ke sekolah. Ku harap kalian menikmati makanannya."

Hana berjalan cukup cepat untuk kembali ke kamarnya dan menyiapkan semua yang dibutuhkan.














🌹
☆Jangan jadi silent reader's, tinggalkan jejak dengan vote ★

REMEMBER AND CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang