Bab 5

1 1 0
                                    

Hai hai, kembali dengan aku yang mengupload story. Sorry kalau aku terlambat posting yaa.

Happy readng~

●•●•●•●        ●•●•●•●       ●•●•●•●

Suasana malam ini, begitu hidup dengan cahaya warna-warni dari berbagai kios. Bersamaan dengan suara riuh rendah dari para pengunjung, yang berjalan-jalan di pasar malam yang terletak di lapangan mall.

Mia dan Emily berjalan beriringan dengan senyum ceria di wajah mereka. Di tangan mereka, tergenggam tas belanja yang berisi gaun-gaun pesta baru yang mereka beli.

“Mia! Aku masih tidak percaya, betapa cantiknya gaun-gaun ini. Kita pasti akan menjadi pusat perhatian di pesta nanti!” ucap Emily dengan riang.

“Iya, Emily! Aku sangat senang dengan pilihan kita. Kita pasti akan membuat semua orang terpesona dengan penampilan kita,” ujar Mia menyetujui dikatakan Emily.

Mereka berdua berjalan melewati berbagai kios yang menjual makanan lezat, mainan, dan berbagai barang unik. Bau makanan yang menggoda membuat perut mereka keroncongan.

“Aku lapar, Mia. Bagaimana kalau kita mencoba beberapa makanan di sini?”

“Tentu saja! Ayo kita coba makanan yang menarik perhatian kita.”

Mereka berhenti di depan sebuah kios yang menjual makanan, yang berasal dari kota yang punya empat musim. Aroma pedas dan gurih menyeruak di udara.

“Selamat malam, ladies! Ada yang bisa saya bantu?”

Terlihat Emily sedang melihat menu, tapi dia masih terdiam belum menentukan. Emily bertanya, “Apa yang bisa Anda rekomendasikan?”

“Tteokbokki dan kimchi pancake adalah menu favorit pelanggan kami.”

“Baiklah, kami akan mencoba keduanya.”

Mereka memesan makanan dan duduk di meja kecil di dekat kios.
Sementara menunggu pesanan, mereka memilig berbincang-bincang. Tiba-tiba Emily melihat seseorang yang dikenalnya.

“Eh, itu bukan Ryan? Ryan pacar kamu, kan?”

“Serius Ryan di sini?”

“Aku tidak yakin. Tapi, sepertinya dia sedang bersama teman-temannya. Ayo, kita sapa dia, Mia!”

“Tunggu Emily, jangan sapa Ryan.”

Mia terlambat mengatakan itu kala Emily sudah berdiri dari bangku dan berjalan menjauh menuju Ryan.

“Aduh! Bagaimana ini? Aku belum cerita aku sudah putus dari Ryan kepada Emily,” tutur Mia panik, “kalau begini terus, semua yang kulakukan untuk menjauh dari Ryan akan sia-sia.”

Mau tak mau Mia pun ikut berdiri dari bangku. Mia berusaha mengejar ketertinggalannya yang cukup jauh dari Emily dan langkah Mia tertutupi kerumunan orang-orang.

“Ryan! Hai, apa kabar?”

“Hai, Emily! Apa kabar? Apa yang lu lakukan di sini?”

“Gue sama Mia baru saja selesai berbelanja gaun pesta dan memutuskan untuk menikmati suasana di event di mall ini. Lo sendiri?”

“Oh, gua lagi hangout dengan teman-teman gua. Bagaimana gaun pesta kalian? Pasti cantik!”

“Makasih, Ryan! Kami sangat senang dengan pilihan kami. Outfit lo juga terlihat keren.”

“Makasih, Emily. Oh ya, dimana Mia?”

Belum sempat Emily menjawab, Mia sudah muncul dibelakang Emily. Terlihat Mia berusaha mengatur nafas tak beraturan, akibat berusaha melewati kerumunan orang-orang.

“Eh, Mia. Lo-”

“Aku baik-baik saja, Emily.”

“Hai, Mia. Apa kabar?” tanya Ryan antusias. Dia begitu senang bisa melihat Mia kembali.

“Baik,” jawab Mia dengan ketus. Mia berusaha untuk tidak menunjukan keramahan.

Melihat gelagat Mia, Emily tidak percaya dan mencurigai ada sesuatu diantara mereka. “Kalian berantem?”

“Kami nggak berantem ‘kok. Ya, ‘kan, Sayang?”

Mia memilih untuk tidak menanggapi apa yang dikatakan Ryan. Melihat gelagat Mia, Ryan menyadari bahwa Mia tidak nyaman dan dia pun mengubah topik pembicaraan.

“Lo berdua mau gabung dengan kami? Gua ama temen baru saja selesai pesan beberapa makanan lezat di sini.”
 
Mia dan Emily saling pandang. Terlihat Mia tidak terlalu menginginkan duduk bersama Ryan. Namun, Emily tidak menyadari hal itu.

“Tentu saja! Kami akan bergabung dengan senang hati.”

Ya ampun, kayaknya gue harus tahan diri sampai mall tutup bareng Ryan, batin Mia mengeluh.

Mereka berjalan bersama ke meja yang telah dipesan oleh Ryan dan teman-temannya.

Akan tetapi, tidak dengan Mia, ia terlihat terpaksa mengikuti bergabung meja dengan kelompok Ryan. Ada alasan Mia tidak bisa mengatakannya.

●•●•●•●        ●•●•●•●       ●•●•●•●

Mia tiba di kafe dengan hati yang masih terbebani oleh pertemuan semalam dengan Ryan Smith, mantan pacarnya.

Meskipun ia berusaha menghilangkan kejengkelannya, wajah Ryan masih terpatri dalam ingatannya.

Mia memulai shift kerjanya dengan mencoba fokus pada tugas-tugasnya dan melupakan kejadian semalam.

Akan tetapi, saat sedang sibuk melayani pelanggan, Mia terkejut saat melihat Ryan memasuki kafe. Hatinya berdesir dan ia berharap agar Ryan tidak memperhatikannya.

Hanya saja, Ryan terus menggoda Mia dengan senyumnya yang memikat. Mia mencoba mengabaikan godaan itu, tetapi lambat laun Ryan semakin nekat untuk mulai mengajak Mia jalan-jalan pagi itu.

"Mia, aku merindukanmu. Ayo, jalan sebentar kita," goda Ryan dengan senyum manisnya.

Mia menatap Ryan dengan tegas, "Ryan, aku masih dalam jam kerja. Aku tidak bisa meninggalkan kafe sekarang."

Ryan tidak menyerah begitu saja. Ia terus memaksa Mia untuk ikut dengannya. Namun, saat itu, manajer Mia yang datang ke kafe.

Dia langsung bersikap yang sopan dan menghormati Ryan. "Selamat pagi, Pak Ryan. Apa yang bisa saya bantu?" sapa manajer dengan hormat.

Mia terkejut mendengar kata-kata manajer yang menyebut Ryan sebagai pemilik kafe. Pikirannya melayang ke masa lalu saat ia masih berpacaran dengan Ryan.

Yang mana Ryan selalu memiliki ambisi untuk memiliki bisnis sendiri dan meninggalkan dunia balap motor.

Kenapa harus seperti ini? Pantas saja setiap Ryan datang, Ethan diam saja tidak membela gue, batin Mia.

Dalam kebingungannya, Mia merasa terjebak antara keinginannya untuk tetap fokus pada pekerjaannya dan kehadiran Ryan yang mengganggu.

"Mia, aku tahu kamu masih marah padaku. Aku ingin memperbaiki kesalahan dan membuktikan bahwa aku telah berubah," ucap Ryan dengan suara lembut.

Mia merasa serba salah akan memutuskan bagaimana. Meskipun ia masih ragu, akhirnya dengan rasa bersalah, Mia mengalah dan setuju untuk ikut Ryan.

“Oke, ayo kita jalan-jalan, Ryan,” jawab Mia.

Dengan hati yang berat, Mia meninggalkan kafe bersama Ryan. Meski, Mia sendiri tidak tahu Ryan akan membawanya kemana.

.                                 Bersambung...

Love's Unexpected PathDonde viven las historias. Descúbrelo ahora