Bab 18

0 0 0
                                    

Hugo duduk sendirian di taman, membiarkan dirinya terkena guyuran hujan yang semakin deras. Suara rintik-rintik hujan mengisi keheningan sekitarnya. Mia, yang sedang duduk di dekat jendela depan kafe, tanpa sengaja melihat sosok Hugo di tengah hujan.

Hatinya bergejolak melihat tindakan Hugo yang memutuskan untuk tidak pulang ke rumah kakeknya. Meski begitu, Mia merenung sejenak, lalu merapikan alat gambar yang ada di meja. Tanpa pikir panjang, dia keluar dari kafe, membuka payungnya, dan menghampiri Hugo.

Mia dengan lembut memegang payungnya, melindungi Hugo dari guyuran hujan yang semakin deras. Tatapan mereka bertemu, dan mereka saling menatap tanpa berkedip, seolah tak ingin melepaskan satu sama lain. Mia dengan suara lembut memberitahu Hugo bahwa ada hal penting yang ingin ia bicarakan.

"Hugo," bisik Mia, suara lembutnya terbawa oleh angin hujan. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. Ini sangat penting."

Hugo menatap Mia dengan ekspresi serius. Dia menolak keinginan Mia untuk mengobrol, merasa bahwa saat ini dia tida ingin diganggu. Tanpa ragu, Hugo berdiri dan dengan gerakan tiba-tiba, melemparkan payung itu ke tanah.

"Jangan pernah ikut campur urusan saya! Pergi sana!" ucap Hugo dengan tegas, suaranya terdengar terhanyut oleh suara hujan yang semakin deras.

Mia terkejut dengan reaksi Hugo. Ia merasa tersinggung dan terusik oleh kata-kata Hugo. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Mia mengambil payung yang dilemparkan Hugo tadi. Berusaha melindungi dirinya sendiri agar tidak kena hujan yang semakin deras.

"Kamu harus tahu, kita berdua menghadapi musuh yang sama. Bukti itu ada di tangan aku dan aku disini adalah korban. Mari kita bekerja sama dan kesampingkan dulu ego kita masing-masing," ucap Mia berusaha meninggikan suara agar terdengar.

Mia sadar ini bukan tentang lukanya, tapi Hugo juga merasakan hal yang serupa. Bahkan bisa jadi keluarganya menjadi terancam karena satu orang yang masih belum jelas identitasnya.

Mia dengan lembut mengulurkan tangannya dan kembali melindungi Hugo menggunakan payungnya. Tatapannya pun masih tak lepas melihat wajah Hugo dan melihat lebih dalam tatapan Hugo pada dirinya.

Ia tahu Hugo pasti merasakan syok luar biasa dan berpikir kenapa ada wanita sebaik ini seperti Mia? Masih tetap baik meski berulang kali disakiti dan memberi ketenangan kepada Hugo.

●•●•●•●        ●•●•●•●        ●•●•●•●

Mia dan Hugo akhirnya duduk di tempat rahasia yang dimiliki Hugo. Mereka memasuki sebuah ruangan kecil yang tersembunyi di balik rak buku tua di perpustakaan. Ruangan ini penuh dengan barang-barang kuno dan misterius, menciptakan suasana yang misterius dan menarik.

Sebenarnya Hugo masih tidak yakin dengan Mia, tapi melihat Mia yakin menunjukkan flashdisk didepan matanya. Ini mungkin satu-satunya yang bisa dilakukan Hugo untuk memberikan Mia kesempatan.

Di tengah ruangan, terdapat meja kayu tua yang dipenuhi dengan alat-alat elektronik dan layar monitor. Di sebelahnya, ada rak-rak berisi buku dan alat game yang tersusun rapi. Ruangan ini sepertinya menjadi tempat di mana Hugo melakukan kegiatan hiburan.

Mia dan Hugo duduk di depan meja kayu, Hugo membuka laptopnya dan menyalakan layar monitor yang besar. Mereka memasukkan sebuah flashdisk milik Mia, ke dalam pemutar dan memutar rekaman yang mereka temukan.

Saat rekaman dimulai, suasana ruangan berubah. Cahaya yang redup dan suara gemuruh menambah ketegangan di udara. Mia dan Hugo terpaku pada layar, mata mereka terfokus pada apa yang terjadi.

Hugo merasa darahnya mendidih melihat adegan yang terungkap di rekaman tersebut. Wajahnya memerah dan tangan-tangannya gemetar. Selama ini berarti Hugo salah orang, dan malah menjadikan Mia tersangka?

Dalam perasaan Hugo merasa sangat bersalah kepada Mia. Dia melirik Mia yang ikut melihat dirinya. Seolah Mia bisa merasakan kemarahan dan keinginan Hugo untuk mengungkap kebenaran di balik semua ini.

"Tenang'lah, Hugo. Aku tahu bagaimana perasaanmu," ucap Mia sambil mengelus pundak Hugo.

Hugo benar-benar semakin merasa bersalah kepada Mia. Hatinya bersedih kenapa semua ini bisa terjadi. Ditambah, terbuat dari apa hati Mia, sampai dia bisa tetap memberikan kebaikannya?

"Mia, ini sangat penting," ucap Hugo dengan suara serak. "Kita harus mengungkap siapa dalang di balik semua ini. Kita tidak bisa membiarkan mereka lolos begitu saja."

Mia mengangguk dengan tegas. "Kamu benar, Hugo. Kita harus bekerja sama untuk menemukan kebenaran dan memastikan keadilan terpenuhi. Tapi, ada satu hal yang aku penasaran. Dua pengawal almarhum ibumu, apa mereka masih hidup?"

"Setelah ibu meninggal, dua pengawalnya ikut menghilang juga."

"Artinya ini adalah pembunuhan berencana. Menurutmu siapa orang paling kamu curigai?"

"Ada, tapi saya tidak yakin."

"Kalau begitu, awasi orang itu dengan baik, ya, Hugo."

Hugo mengangguk dengan mantab. "Saya minta maaf dengan kesalahanpahalanya yang terjadi diantara kita. Saya akan mengadakan konferensi pers untuk memberitahu pada dunia kalau kamu tidak'lah bersalah."

"Jangan dulu adakan konferensi pers. Kita harus cari bukti yang kuat, baru kita umumkan di konferensi pers."

"Baik'lah, Mia, tapi malam ini saya mau mengantarmu pulang, sebagai bentuk permintaan maaf saya."

.                                Bersambung...

Love's Unexpected PathKde žijí příběhy. Začni objevovat