Bab 15

1 0 0
                                    

Mia sangat ditangani dengan baik oleh tim medis. Ryan menatap bahagia yang Mia baik-baik saja, meski masih terbaring tak sadarkan diri. Ryan tahu perbuatannya sekarang belum cukup membalas kebaikan Mia.

Ryan segera melenggang pergi ke meja kasir. Memutuskan untuk segera membayar biaya perawatan Mia. Sementara itu, Galen menemani Mia yang telah dipindahkan ke kamar untuk istirahat.

Selama mereka menunggu proses pembayaran selesai, Emily merasa bingung. Dia berpikir apakah seharusnya dia menelepon orang tua Mia untuk memberitahu mereka tentang keadaan Mia?

Melihat Emily dalam kebimbangan, Ryan memperhatikannya dan bertanya, "Ada apa? Lu terlihat bingung."

Emily menjawab dengan ragu, "Gue sedang memikirkan apakah gue harus menelepon orang tua Mia. Gue tidak tahu apa yang sebaiknya gue katakan."

Ryan memberikan pandangannya dengan bijak, "Menurut gua, lebih baik lu menghubungi orang tua Mia. Lebih baik jujur daripada mereka mendengarnya dari orang lain. Mereka pasti akan menghargai informasi yang lu berikan."

Emily mengangguk dan mengucapkan terima kasih atas nasihat Ryan. Dia merasa sedikit dikurangi rasa kecemasannya. Namun, hanya satu yang dipikirkan Emily. Bagaimana bukti yang ditemukan Mia?

●•●•●•●        ●•●•●•●        ●•●•●•●

Mia perlahan membuka mata dari mimpi buruknya, tubuhnya masih terasa lemah dan dia tidak dapat bergerak. Selama ia mengerjabkan matanya, terdengar suara khawatir dengan kondisinya dari pria dan wanita paruh baya di sampingnya.

Setelah semalam Daniel dan Damaris mendapat kabar Mia dirawat di rumah sakit dari Emily. Mereka segera memesan tiket dari luar negeri kembali ke negara Syntica. Sampai di kota ini sekitar pukul dua siangan.

Saat mereka datang, mereka menemukan Emily yang menjaga Mia. Damaris sangat berterima kasih kepada Emily dan mereka ingin menjaga Mia.
Mereka tidak ingin menambah kerepotan bagi Emily.

Kini kesadaran Mia telah sepenuhnya kembali dan melihat bahwa ia berada di sebuah kamar bersama orang tuanya. Ia juga mencium aroma khas rumah sakit, yang terasa familiar baginya. Termasuk suara benda yang ada disamping tempat tidurnya.

"Bagaimana kondisinya sekarang? Apakah dia sudah sadar?" tanya Damaris dengan khawatir.

Mia mencoba berbicara, tetapi suaranya hanya keluar dengan susah payah. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi masih tidak bisa merasakan kekuatan di anggota tubuhnya.

"Dia sudah terbangun, tapi sepertinya masih lemah. Kita harus segera memanggil dokter," ucap Daniel. Setelah mendapat anggukan dari Damaris, Daniel segera berjalan keluar dari ruangan Mia.

Dengan lemah, Mia melihat kepergian Daniel. Ia berganti menatap dalam Damaris yang sedang mengelus pucuk rambutnya.

Mia merasa campur aduk dengan perasaan takut dan bingung. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum dia kehilangan kesadaran, tapi ingatannya masih samar-samar.

Beberapa saat kemudian, Daniel melangkah masuk ke ruangan yanh diikuti oleh seorang dokter dan seorang suster yang siap membantu.

Di samping dekat pintu masuk, Daniel bersama Damaris memperhatikan. Suasana di ruangan terasa hening, hanya terdengar suara peralatan medis yang bergerak.

Damaris memandang Mia dengan penuh kekhawatiran, begitu pun Daniel yang juga merasa khawatir. Namun, Daniel mencoba mengelus pundak Istrinya agar tetap tenang. Mereka berdua berharap agar keadaannya segera membaik.

Dokter dengan penuh kesabaran memeriksa tubuh Mia, memeriksa denyut nadinya, dan mendengarkan detak jantungnya dengan stetoskop. Suster dengan cekatan membantu yang diperlukan dokter.

Selesai pemeriksaan Mia. Dokter menghampiri Daniel dan Damaris. Hendak memberitahu perkembangan Mia.

"Bagaimana kondisi Mia, Dok?"

"Saat ini, kondisinya masih lemah, tapi tidak ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Kami akan terus memantau dan memberikan perawatan yang diperlukan."

Damaris yang memperhatikan Mia mengerang memegangi kepala. Dia segera menghampiri Mia.

"Mia Sayang, kenapa kamu, Nak?"

Damaris beberapa kali kerap menoleh ke arah suaminya mengobrol diseberang dekat pintu.

Dengan susah payah Mia mulai membuka suaranya. "A-aku nggak papa, Ma." Hanya itu yang keluar. Mia tidak ingin membuat khawatir Damaris. Sekaligus berusaha tidak memancing perhatian dokter atau Ayahnya yang masih berbicara.

"Apakah ada yang perlu kami lakukan untuk membantu pemulihannya?"

"Yang terbaik yang bisa Anda lakukan adalah memberikan dukungan dan kehangatan kepada Mia. Pastikan juga dia mengikuti petunjuk perawatan yang kami berikan."

"Tentu, kami akan melakukan yang terbaik untuk Mia. Terima kasih atas perhatian dan perawatan yang Anda berikan pada Mia."

"Sama-sama. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi kami. Kami siap membantu. Semoga Mia segera pulih sepenuhnya."

Ketika Daniel kembali, dia menemukan raut wajah Damaris kelihatan panik. "Ada apa dengan Mia, Ma?"

"Mia nggak mau cerita, Pa."

"Mia, Sayang. Kalau kamu masih belum bisa cerita, jangan dipaksa, ya. Papa nggak mau kamu kesakitan seperti ini."

Tanpa disadari mata Mia mengeluarkan buliran air mata. "Terima kasih, Pa, Ma. Maaf Mia merepotkan kalian."

"Buat Putri kami, itu nggak akan merepotkan," ucap Daniel menenangkan Mia.

"Benar kata Papa kamu. Sekarang kamu istirahat, ya, Nak," ucap Damaris sembari mengelus tangan Mia.

"Iya, Ma."

Perlahan mata Mia kembali ditutup. Saat itulah kedua orang tuanya diam-diam berjalan menuju depan pintu. Pintu pun dibuka dan Daniel yang duluan keluar. Sementara Damaris memberikan senyuman pada anak pertamanya itu. Lalu, menyusul keluar.

"Mama takut Mia akan ingat kenangan menyakitkan itu, Pa."

"Mama tenang saja. Mia pasti nggak akan ingat depresi di masa lalunya. Kita coba jangan memberikan pancingan yang mengingatkan depresi kepada Mia."

"Kenapa Hugo begitu tega kepada Mia? Mia sudah dinyatakan nggak bersalah, Pa."

"Papa tahu, Papa akan membuat perhitungan kepada Hugo."

"Pa, jangan lakukan apapun yang memancing kemarahan Hugo."

"Kita sekarang rawat Mia dulu dan pikirkan rencana selanjutnya."

.                                 Bersambung...

Love's Unexpected PathWhere stories live. Discover now