[BAGIAN 22]

2.5K 185 5
                                    

●●● ---------- ●●●

HALLO READERS

"Tidak akan kubiarkan kau melihat sisi lain dari ku sayang"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tidak akan kubiarkan kau melihat sisi lain dari ku sayang"

-Xanveir-

  Menghela nafas pasrah, sang asisten yang bernama Neo tersebut menunggu tuannya yang sudah hampir 2 jam berada di kamar mandi.

Neo pusing mencium aroma sabun mahal yang memenuhi ruangan ini, Neo menggelengkan kepalanya memikirkan apakah tuannya itu menghabiskan lima botol sabun sekaligus? Sungguh harus di apresiasi.

Ceklek

Neo hampir pingsan mencium aroma menguar dengan dahsyatnya setelah sang tuan keluar dari kamar mandi, terlihatlah rambut yang basah dan seragam yang dipakainya sedikit basah akibat air yang menetes dari rambutnya.

Xanveir menatap datar asistennya yang menunjukkan raut wajah seperti mabuk laut, Xanveir segera berjalan kearah meja yang terdapat parfume mahal yang ia beli di italia baru-baru ini.

Xanveir menyemprotkan parfume ke seluruh tubuhnya hingga parfume tersebut hanya tersisa setengah. setelah selesai Xanveir menatap tajam asistennya.

"Bakar baju yang yang kuberikan padamu, sisa-sisa abu pembakaran itu buang saja dilaut lepas"

Neo yang mengerti akan perintah tersebut membungkukkan badan lalu mengambil seragam yang sudah di injak-injak oleh tuannya tadi sebelum di masukkan ke kantong plastik.

"Baik tuan kalau begitu saya permisi" Neo langsung keluar dari ruangan tuannya

Xanveir tidak menghiraukan, ia langsung saja keluar dari ruangannya dan berjalan kearah kelas gadisnya.

○ ○ ○

  Zena menatap bosan kearah Bu Aniza yang sedang menjelaskan materi diatas, dirinya melihat Sarah yang hanya bermain handphone tanpa memperdulikan celotehan yang menjelaskan tanpa henti.

Di tengah-tengah penjelasan Bu Aniza tiba tiba pintu kelas terbuka, tampak seorang lelaki memasuki kelas tanpa memperdulikan tatapan seluruh orang yang ada di kelas dan tidak terkecuali Bu Aniza.

Tatapan lelaki tersebut hanya terfokus kepada.... Zena? Ya, tentu saja tidak ada lagi objek yang dia perhatikan di sekitarnya kecuali Zena.

Sedangkan Zena yang di tatap seperti itu hanya mendengus kesal, Zena mengalihkan perhatiannya pada siswa yang sedang membaca buku di bangku berada paling pojok.

Xanveir mengerutkan keningnya tidak suka lalu ikut melihat apa yang membuat tatapan Zenanya beralih dari wajah tampannya.

Setelah melihat bocah culunlah yang mengalihkan perhatian Zena, Xanveir menggeram marah lalu segera duduk di bangku kosong terletak di samping Zena.

Zena melirik sinis pada Xanveir yang sekarang wajahnya terlihat kesal, Zena sendiri tidak tau mengapa pria ini tiba-tiba saja masuk kekelasnya dan memasang raut kesal karena seharusnya Zena yang kesal dengannya?

"Mengapa anda masuk kesini Mr. Dominique?" Bu Aniza bingung melihat sang pemilik sekolah yang katanya kembali menjadi remaja SMA.

Xanveir hanya menaikkan alisnya seolah berkata 'mengapa? Kau ingin melarangku? Aku bisa saja menghempaskan mu dari sini'

Bu Aniza yang melihat wajah dingin Xanveir hanya berdehem sejenak lalu melanjutkan materinya.

Sedangkan Xanveir menoleh kearah Zena yang hanya menatap lurus papan tulis dengan wajah juteknya. Xanveir menggenggam tangan kecil Zena lalu mengelusnya pelan.

"Tanganmu pasti sakit sayang" Xanveir memainkan jari Zena seperti anak kecil, untuk urusan Zena menatap pria culun tadi ia akan membicarakannya nanti yang terpenting sekarang membujuk gadisnya!

Zena tidak merespon ucapan Xanveir dan berusaha melepaskan genggaman Xanveir dari tangannya. Tapi, buakannya melepaskan Xanveir malah menggenggamnya semakin erat.

"Jangan marah sayangku, aku sudah membakar baju sialan itu dan apa kau tahu? Aku sudah mandi menggunakan lima botol sabun agar bekas jalang menjijikkan itu tidak berbekas" Xanveir membisik lirih di dekat telinga Zena.

Zena sedikikit terkejut mendengar banyaknya sabun yang dihabiskan Xanveir hanya untuk mandi? Yang bener ajee.

Zena merasa bahunya terasa berat kemudia menoleh dan mendapati Xanveir yang menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Zena. karena rambut Xanveir yang masih basah Zena merasa tidak nyaman saat air itu membasahi seragam sekolah di bagian bahunya.

"minggir Xanveir, rambutmu membasahi seragamku" Zena mendorong kepala Xanveir dari ceruk lehernya. sedangkan Xanveir sendiri merasa kesal karena gadisnya tidak memanggil dirinya menggunakan panggilan kesayangan.

"namaku King bukan Xanveir" Xanveir memasang raut kesal yang sialnya terlihat sedikit menggemaskan bagi Zena.

'wajah menyeramkan seperti gendaruwo ini bagaimana sekarang bisa semenggemaskan ini?' Zena menahan rasa gemasnya pada pria satu ini.

"sayangku, jangan marah ya?"

Zena menggelengkan kepalanya sadar bahwa pikirannya sudah teralihkan oleh ucapan Xanveir.

"kau ini pria seperti apa Xanveir? kau membujukku tanpa menyogokku sebuah hadiah? kau adalah pria paling tidak peka di dunia" Zena dengan kesal mengalihkan perhatiannya kembali pada Bu Aniza yang masih saja menjelaskan materi yang rumit.

Xanveir melamun saat memikirkan betapa bodohnya dirinya ini karena tidak dapat mengerti perempuan seperti Zena.

Xanveir memejamkan matanya. selama ini dirinya tidak pernah dihadapkan pada cobaan untuk menghadapi seorang gadis seperti Zena karena dulunya saat dia bersama gadis itu...

Xanveir langsung menggeleng mengingat sesuatu dimasa lalunya yang menurut Xanveir sebuah mimpi buruk semata.

Ya, sekarang yang ada dihadapannya adalah gadisnya dan dunianya. Zena adalah masa depannya dirinya tidak boleh terus terbayang-bayang akan sosok dia.

●●● ---------- ●●●

THANK YOU GUYS !

-765 KATA

[Btw baca ceritaku yang satunya lagi yaa
  Entangled by pecintafiks1]

Bantu votee

Transmigrasi ZeraWhere stories live. Discover now