-18

1.2K 128 12
                                    

Mobil fortuner hitam itu terparkir sempurna didepan halaman depan kediaman bapak.

Baru saja niskala turun dari mobil..

"Beli kopi dimana sih dek lama amat" ucap agung yg sudah menunggu didepan pintu sejak tadi.

"Ya sabar, kan niskala bilang sekalian cari sketchbook" ucap niskala sembari memberikan kopi itu.

"Yg penting kopinya udah diterima kan gung" ucap mayor teddy menghampiri kegaduhan kecil

"Iya sih bang" ucap agung

"Bukannya kamu tadi bilang anterin rara beli buku tapi kok bisa pulang sama pak teddy?" Tanya agung

"Tadi ketemu ditempat kopi, sekalian saya mau ambil barang diruangan" ucap pak teddy menjawab pertanyaan yang diarahkan pada niskala

"Ohh gitu, ya sudah saya kembali kedalam ya bang" ucap agung sembari melenggang pergi.

"Barang kamu udah semua?" Tanya pak teddy memastikan

"Udah kok pak"

"Saya antar kebelakang ya"

Niskala hanya mengangguk karna mungkin pak teddy memang akan mengambil barang diruangannya.
.
.
.

Kalian berjalan beriringan dijalan setapak berbatu ukiran. tak hanya lampu taman kecil yang menerangi jalan kala itu sinar bulan ikut hadir memberikan cahayanya pada malam yang tenang.

"Terimakasih banyak ya pak" ucap niskala sesampainya didepan kamar.

Pak teddy tersenyum dan memberikan papperbag kecil yang dibelinya tadi ditoko buku vintage.

"Buat kamu" ucap pak teddy

"Buat saya? Bukannya tadi bapak bilang buat keponakan bapak?" Tanya niskala bingung

Pak teddy menggeleng "maaf saya bohong. Ini buat kamu"

"Kenapa buat saya pak?"

"Saya minta maaf kemarin² sikap saya kurang bagus, seharusnya saya gak melibatkan kamu. Kemarin mood saya agak sedikit overload sama pekerjaan. Mungkin karna apa-apa selalu saya pendem. Jadi meledak pada saat itu" jelas pak teddy

"Gapapa kok pak, saya ngerti. Pak teddy jangan ngerasa sendiri ya, berbagi sama orang juga boleh banget kok pak. Sesuatu yang bikin sakit itu jangan ditahan. saya juga bisa dengerin kok dengan izin bapak, jangan sungkan ya pak" ucap niskala

Pak teddy hanya membalas dengan senyuman.

"Kalo gitu saya langsung pulang ya" ucap pak teddy

"Gak jadi ambil barangnya pak?"

"Soal itu saya bohong juga, klo ga bilang kaya gitu yg ada agung makin nanyain panjang lebar kan"

"Bener juga sih"

"Saya pulang yaa"

"Terimakasih ya pak dan Hati-hati dijalan"

Pak teddy pun melangkah pergi dan niskala hanya bisa menatapnya.

Baru beberapa langkah berjalan, pak teddy berbalik kembali kemudian menatap niskala

Niskala melihatnya menyirit heran, ada yang tertinggal kah?

Pria tegap itu melambaikan tangannya dengan senyuman disertai lesung pipi terpatri diwajahnya yg entah mengapa tampak begitu menawan.

lucu sekali pria matang satu ini.

Niskala pun membalas lambaian tangan itu.

Niskala menatapnya sampai pria itu tak terlihat di belokan jalan menuju halaman depan.

Siapa sangka hari ini jantungnya dibuat berdegup tak karuan.

Mata yang biasanya bisa ia tahan untuk menatapnya, kali ini sungguh diluar kendalinya.

Sepanjang jalan beriringan, tarikan nafas jauh lebih banyak niskala lakukan.

senyuman hampir tak pernah lepas dari wajahmu malam ini.

Sudah lama rasanya niskala tak merasakan hal seperti ini.

Sudah lama rasanya sejak niskala memutuskan untuk berhenti menyukai seseorang.

Rasanya kali ini niskala merasakaan hal yg dikatakan 'perayaan mati rasa'.

siapa sangka dirinya bisa merasakan percikan rasa itu kembali.

Niskala berbaring telungkup diranjang sembari menatap kotak musik yang tengah mengalun merdu.

Kotak musik?

Flashback

"Ternyata disini jual barang antik juga ya" ucap niskala

"Kenapa kamu suka?" Tanya pak teddy

"Aneh ya pak?" Niskala balik bertanya

"Engga kok kenapa mesti aneh" jawab pak teddy

"Saya suka barang antik yg berbau klasik" ucap niskala

"Termasuk kotak musik itu?" Tanya pak teddy sembari menunjuk benda bersinar itu

Niskala mengangguk dan berujar "Cantik sekali"

"Bisa bantu pilihin buat keponakan saya?" Tanya pak teddy tiba-tiba

"Memangnya umur berapa pak?"

"Sekitar 6 tahun, menurut kamu yg indah yg mana?"

Niskala pun menunjuk salah satu kotak musik dari deretan pajangan itu.

"Carousel?" Tanya pak teddy

Niskala pun mengangguk tersenyum.

Flashback end

.
.
.

Kotak musik carousel bergerak dengan cahaya pemantas disetiap sudut kerangka.

Sepertinya pilihan carousel itu sangat pas.

Sangat indah.

Sangat berwarna.

Menenangkan.

Niskala tersenyum tipis tanpa sadar

Sebenarnya ada apa?

Hanya dengan melihat atau disampingnya perasaan niskala terasa menghangat.

Rasanya sudah lama tidak merasakan hal ini.

Hal ini wajar kah?

.
.
.

Kini niskala mencoba menerka isi hati mu sendiri, rasa itu mulai jatuh kah?

Detak jantung yang selalu berirama tatkala matanya bertemu dengan netra coklat yang memikat

Jika memang begitu,
Kini tidak ada jalan untuknya kembali sekarang

Akankah aku mengejar arti dari setiap detak yang terjadi?

aku sendiri tidak pernah tahu

Yang aku tau mengejarmu rasanya seperti dongeng

Kau nyata saat aku menutup mata.

Tanpa terasa,
Niskala terlelap dengan kotak musik yang mengalun mengiringi malam itu.









TO BE CONTINUE

Jangan lupa vote dan komennya ya sayangku 🖤🖤
aku paling sukaa kalo kalian komen disetiap part yg aku buatt, makinn excited buat lanjutin cerita inii ❤️

heartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang