RL | 30

1K 43 0
                                    

Hari sudah malam, di ruangan yang serba putih dan banyak alat medis hanya ada Galang dan mama nya.

Sebenernya Gilang juga ingin ikut menemani Aluna di rumah sakit, namun aluna tidak ingin melihat wajahnya.

Suara pintu terbuka, itu daffa. Ia menjemput sellia untuk pulang. Dan hanya bersisa Galang lah disana.

"Sayang, mama pulang dulu ya? Besok pagi mama kesini lagi."

Aluna tersenyum lalu mengangguk, sellia mencium puncak kepala anaknya, ia juga mengelus puncak kepalanya terlebih dahulu.

Setelah merasa cukup sellia dan daffa keluar dari ruangan.

Galang terus menatap Aluna yang memjamkan matanya, tidak ingin mengganggu istirahat Aluna.

Sedangkan Aluna, Gadis itu sedang memikirkan Gilang. Sedikit merasa bersalah, karna tidak semuanya ini adalah kesalahan Gilang.

Namun salah pria itu adalah menduakannya, Aluna menatap Galang yang sedang tertidur dengan posisi dudu dan kedua tangannya berada di depan dada.

Ia ingin meminta tolong Galang, ia ingin bertemu dengan Gilang. Ia ingin meluruskan hubungan nya dengan Gilang, bukan seperti tadi siang saat ia bertemu dengan Gilang.

Aluna juga tersenyum, Galang selalu adalah obat dari segala penyakitnya. Jujur saja ia merindukan saat ia berjalan bersama Galang, sekarang sikap dingin Galang itu kembali lagi semenjak ia mengungkap kan perasaannya.

"Kalo mau apa - apa bilang aja." Ucap Galang

Seakan akan mengetahui apa yang Aluna butuhkan, Galang juga langsung membuka matanya.

Ia berjalan menghampiri Aluna, "mau apa?"

"Boleh minta tolong hubungi Gilang?" Tanya Aluna

Galang mengerutkan keningnya, "Udah mau ketemu?"

Aluna mengangguk pelan, Galang tersenyum tipis ia juga mengusak rambut Aluna. Kemudian ia membuka ponselnya untuk menghibungi Gilang.

Setelah selesai menghibungi Gilang, Galang kembali duduk di sofa yang berada di dalam ruangan.

Tidak ada suara, keduanya sama - sama terdiam.

Bagaimana pun Gilang, pria itu sudah memberi aluna bahagia, meskipun ia juga lah orang yang memberi banyak Luka.

Setelah beberapa menit, akhirnya Gilang datang. Galang berdiri dari duduknya, ia berjalan untuk menghampiri Gilang yang berada di depan pintu ruangan, sekalian ia juga keluar.

Ia menepuk dua kali pundak Gilang, kemudian ia kembali melangkah kan kakinya untuk keluar ruangan.

Gilang menutup pintu ruangan, lalu menghampiri Aluna yang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Kata Galang, kamu mau ketemu aku?"

Aluna mengangguk, ia meraih tangan milik Gilang. Tangan yang selalu menggandengnya setiap saat.

"Gilang, kamu memang selalu kasih aku kebahagian, tapi kamu juga yang udah kasih aku Luka."

Mendengar ucapan Aluna, Gilang menundukan kepalanya. Memang benar itu kenyataan nya, ia juga menyadari bahwa ia bersalah.

"Maafin aku Lun."

Aluna tersenyum, "Gilang, angkat kepala kamu."

Gilang mengangkat kepalanya, ia melihat senyuman yang sangat ia rindukan, senyuman tulus yang selalu ia berikan kepadanya.

"Mau bagaimana pun kamu, aku berterima kasih banyak. Kamu selalu kasih aku kebahagian, kamu cowo setelah ayah yang kasih aku kebahagian."

"Terima kasih, udah mau menemani aku sampai saat ini. Dan juga maaf."

REAL LOVEWhere stories live. Discover now