08 - Perkelahian Kecil

3.2K 631 245
                                    

[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA]

Wattpad : moccamatha
Instagram : moccamatha
Tiktok : moccamatha

Jangan lupa VOTE + KOMENTAR banyak-banyak, ya!

Happy reading~


Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Terkadang sesuatu yang tidak diucapkan justru merupakan kekhawatiran yang paling dalam."

- 7 i'tidal : Terpaksa Mengejar Surga -

*****


Lantunan ayat-ayat suci terdengar bersahutan. Dari suara yang terbata-bata dan sumbang, hingga yang merdu di telinga. Meski tidak kompak, suasana di tempat berkubah ini sangat menenangkan. Terbukti ada dua orang yang sampai ketiduran dalam posisi duduknya.

"Alhamdulillah," ucap Nico setelah menutup mushafnya, lalu menyandarkan punggung ke dinding.

Arsa tersenyum tipis. "Thanks, guys. Berkat bantuan kalian, gue bisa baca Al - Qur'an walaupun masih sering ketinggalan kalau barengan kayak gini."

"Sama-sama, Bang. Kan, kita udah sepakat untuk saling bantu buat mencapai target hafalan," balas Anan dengan lengkungan bibirnya yang khas.

Pria tertua pemilik kumis tipis itu manggut-manggut, lalu mengalihkan pandangan ke arah dua adiknya yang sedang menjelajahi mimpi. Ia ingin membangunkannya, tapi tidak tega saat melihat raut lelah di wajah Senan dan Fari. Semalam keduanya berusaha menghafal surah-surah pendek hingga larut malam. Ralat, lebih tepatnya Fari dipaksa menemani Senan yang takut duduk sendirian di pendopo. Bocah itu sampai terkantuk-kantuk, karena tidak enak hati menolak permintaan sang kakak dengan rasa ambisiusnya melancarkan hafalan.

"Bangun. Molor mulu, lo," Nico mendorong pelan bahu Senan hingga terjatuh di pangkuan Fari.

"Haish, berisik banget, lo. Ganggu aja," gerutu Senan masih dengan mata terpejam.

Fari yang tidurnya ikut terusik mulai membuka mata. Bocah itu mengerjap beberapa kali, lantas memandang para abang yang menatapnya gemas.

"Bangun, Ri. Kamu jadi mau liat sunrise nggak?" Pertanyaan dari Kenjiro membuat segala rasa kantuk pada diri si bungsu hilang.

"Jadi, Ko. Tapi ... emang Koko tau arah jalan ke bukit? Yang tau, kan, cuma Bang Fito," balasnya sendu ketika mengingat Alfito belum juga pulang hingga pagi ini. Padahal pria itu lah yang sejak kemarin membuat Fari merengek ingin diajak ke bukit untuk melihat matahari terbit.

Kenjiro melengkungkan bibir, lalu mengangguk. Detik berikutnya Fari langsung berdiri dari duduk dengan penuh kegirangan, membuat Senan jatuh menggelinding dari pangkuan. Seketika itu juga suara tawa mengudara, memecah keheningan dan menyadarkan Senan dari alam bawah sadar.

Terpaksa Mengejar Surga || NCT Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang