⚠️DILARANG PLAGIAT⚠️
"Kami terus menjauh, padahal DIA yang selalu menguatkan saat rapuh. Kami selalu bersembunyi, tapi kami lupa bahwa DIA adalah yang paling pandai dalam melihat dan mengawasi."
7 pemuda slengean yang secara mendadak dikirim oleh o...
Taqabbalallahu minna waminkum. Minal 'aidin walfazin, teman-teman. Meski tidak tepat di tanggal 1 Syawal kemarin, Mocca meminta maaf jika ada sikap ataupun kata-kata yang kurang berkenan di hati kalian. Mari saling memaafkan mungkin saja ada kesalahan yang tidak sengaja kita lakukan. Semoga keberkahan selalu menyertai dan menjadikan kita sebagai orang yang mendapatkan kemenangan di hari yang sangat baik ini. Aamiin✨
Seperti biasa VOTE + KOMENTAR jangan ditinggal gitu aja, ya!
Happy Eid Mubarak. Happy Reading^^
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Langit Desa Padma mulai menggelap, berganti dari senja yang temaram menuju malam. Namun, di hutan perbatasan wilayah tersebut masih terduduk seorang gadis yang beberapa saat lalu terisak seorang diri. Dinginnya angin yang mulai berembus bahkan tak membuatnya menyingkir dari sana. Padahal tangannya sudah memeluk tubuh yang hanya berbalut dress merah selutut. Bahkan semut-semut juga enggan menyentuh kaki tanpa alasnya yang seolah hampir membeku. Ia hanya menundukkan kepala sambil berusaha terus menenangkan diri setelah seharian melayani banyak pria.
Anindya Larasati, kembang desa yang menjadi favorit bagi siapapun tamu yang berkunjung ke Rumah Kupu. Parasnya terlampau jelita di antara puluhan wanita di sana. Suaranya yang paling merdu jika diminta beradu rayu. Serta pelayanannya yang selalu totalitas dan siap dipanggil kapan saja, membuat banyak pria tergila-gila. Beberapa dari mereka rela membayar hingga ratusan juta. Ada pula yang berniat memperistri dan menawarkan mahar yang sangat besar nominalnya.
Namun, Larasati bukanlah anggota Rumah Kupu yang bisa menikmati pekerjaannya. Ia juga tidak mengambil banyak keuntungan dari sana. Bahkan sejak awal pindah di Desa Padma Wetan, ia adalah satu-satunya perempuan yang bekerja dengan terpaksa, yang sering berjalannya waktu menjadikannya terbiasa.
Tes
Larasati mengangkat kepala saat tangannya disentuh lembut oleh gerimis yang mulai berjatuhan. Ia bangkit secara perlahan, kemudian berjalan pelan sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Jangan sampai tendangan sepatu kulit dari pria tadi sore membuatnya tak mampu bekerja malam ini. Ia sudah dibuatkan janji oleh Mami Titi untuk menemui pria kaya raya dari kota. Kalau ia tidak menemui, haruslah siap dengan hukuman-hukuman yang menghampiri.
Bersamaan dengan itu, tujuh cucu Eyang Suro sudah berkumpul di tempat yang sama. Mereka sedang bertukar informasi mengenai apa saja yang sudah dilihat dan di temukan di desa ini. Arsa, Alfito, dan Nico menemukan tempat bak kelab malam yang didatangi oleh orang-orang berada. Mereka belum sempat menjelajahi lebih dalam, hanya melihat-lihat sekilas kemudian pergi sebab keberadaan Nico hampir dikenali oleh beberapa orang. Pemuda itu jelas tidak ingin namanya sebagai aktor baik-baik tercoreng begitu saja hanya karena berkunjung ke desa ini.
